Ibupedia

10 Alasan Kenapa Orangtua Tidak Boleh Memukul Anak

10 Alasan Kenapa Orangtua Tidak Boleh Memukul Anak
10 Alasan Kenapa Orangtua Tidak Boleh Memukul Anak

Bu, sebagian orangtua merasa memukul anak bisa diterapkan sebagai bentuk hukuman untuk anak. Apakah Ibu juga berpikir demikian? Sebagian orangtua mengeluhkan perilaku anak sama seperti yang mereka lakukan bertahun-tahun lalu. Sekarang ini, banyak orangtua kurang memiliki kemampuan untuk menjadi orangtua. Salah satu penyebabnya adalah karena gaya hidup yang jauh dari ideal.

Saat ini orangtua dan anak menjalani gaya hidup yang kurang akrab dan terisolasi. Ada perilaku-perilaku anak yang di luar kendali. Penyebabnya bukanlah karena orangtua tidak menerapkan hukuman fisik. Tetapi disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk pola makan (gula berlebih, bahan pengawet, pewarna, dan zat tambahan lainnya yang membuat anak tidak fokus), waktu nonton TV yang berlebihan, orangtua yang tidak tahu bagaimana membantu anak melewati badai emosi, orangtua yang memilih menghukum anak daripada berbicara dengan mereka, dan orangtua yang harus bekerja berjam-jam untuk mencari uang. Padahal anak membutuhkan quality time bersama orangtua dan ini sangat sulit didapat dalam kehidupan keluarga modern

Kenapa memukul anak bukan cara yang efektif?

Penting untuk dipahami kalau disiplin tidak sama dengan menghukum lho Bu. Para ahli pengasuhan anak mengatakan banyak orang memiliki pandangan keliru tentang cara mendisiplinkan anak. Disiplin itu berarti mengajarkan. Nah, Ibu perlu tahu beberapa alasan kenapa memukul anak bisa berdampak negatif secara emosi dan fisik. Simak ya Bu…

  1. Karena sama dengan mengajarkan kekerasan

    Anak akan menjadi seperti apa yang ia lihat, bukan apa yang ia dengar. Jadi tindakan Ibu akan menjadi contoh bagi anak. 

    Meski tidak segera terlihat ketika anak masih kecil, perilaku orangtua yang suka memukul akan mempengaruhi masa depan anak nantinya. Apakah Ibu ingin mengajarkan anak menerima kekerasan fisik saat marah sebagai cara mengontrol orang lain atau membuat sesuatu menjadi adil atau benar? Nah, itulah yang dipelajari anak ketika dipukul.

    Sering juga terjadi anak yang di-bully jadi mem-bully. Ini terjadi karena kekerasan membuat anak merasa tidak berdaya. Mereka lantas mencari cara untuk mengeluarkan perasaan tersebut atau belajar untuk memendamnya. Keduanya sama-sama tidak sehat. Hasil penelitian menyatakan anak yang lebih sering dipukul dibanding teman sebayanya yang tidak menerima pukulan, lebih cenderung mengembangkan perilaku agresif nantinya.

  2. Tidak ada bukti kalau memukul jadi cara yang efektif

    Memukul anak tidak akan membuahkan hasil. Memukul mungkin bisa membuat anak mematuhi aturan untuk waktu pendek, tapi bukan cara efektif untuk mencegah perilaku yang sama terus diulangi.

    Sebuah penelitian jangka panjang menemukan fakta bahwa memukul tidak akan menghasilkan apapun dan sebenarnya bisa menyebabkan anak mengalami masalah emosional dalam hidup. Meski ada banyak penelitian tentang kebiasaan memukul anak, tak ada satu pun penelitian yang menemukan manfaat positif dari memukul itu.

    Banyak buku mengatakan jika anak perlu lebih disiplin, berarti orangtua perlu menghukum mereka saat anak melanggar aturan. Tapi tindakan seperti ini sering kali mengakibatkan anak akhirnya memberontak.

  3. Memukul tidak memecahkan masalah

    Memukul mungkin menghentikan anak berperilaku buruk untuk sementara waktu. Tetapi tindakan itu tak mengajarkan anak tentang apa yang salah dan bagaimana mengatasinya dengan baik.

    Pertama-tama Ibu harus tahu kenapa anak berperilaku nakal. Apakah ia merasa lelah, bosan, membutuhkan perhatian, atau ada emosi yang tidak bisa ia ungkapkan? Memukul anak bukan jalan keluar dan tidak akan membantu memenuhi kebutuhan anak.

    Daripada menggunakan hukuman secara fisik, cobalah bekerja sama dengan anak untuk mewujudkan kebutuhan yang belum terpenuhi dan kemudian beri pujian atas perilaku positif yang ia tunjukkan.

  4. Memukul anak bisa mempengaruhi hubungan Ibu dengan buah hati

    Kebanyakan orangtua ingin dicintai dan dihormati oleh anak. Tapi untuk mencapai ini, penting juga untuk mencintai dan menghormati anak. Perlakukan anak dengan empati, sayang, dan cinta.

    Bila Ibu menerapkan hukuman fisik, anak akan merasa takut serta bingung. Bila suatu hari teman atau pasangan memukul Ibu karena Ibu melakukan sesuatu yang mereka tidak suka, apakah Ibu masih akan menjalin kedekatan dengan mereka? Tentu tidak, bukan? Lalu apakah anak bisa menganggap Ibu sebagai teman atau bisakah ia menjalin kedekatan dengan Ibu yang telah melakukan kekerasan fisik padanya?

    Memukul bisa menghancurkan kepercayaan lho Bu. Anak tidak lagi mempercayai orangtua dan menjadi semakin reaktif. Sikap ini memicu perilaku agresif. Anak-anak menjadi siap menyerang bahkan sebelum mereka diserang. Justru semakin buruk kan Bu?

  5. Anak akan belajar untuk menghindari orangtuanya dan bukan memperbaiki perilakunya

    Akibat anak sering dipukul, anak mungkin akan lebih fokus pada hukuman daripada perilaku buruk yang ia perbuat. Misalnya, bukannya tidak mengganggu adik karena akan membuatnya menangis, anak justru belajar untuk tidak mengganggu adik di depan orangtuanya karena ia takut akan dipukul.

    Anak akan merasa takut dan tidak fokus pada pesan yang ingin Ibu sampaikan dengan cara memukulnya. Bicaralah pada anak dengan tenang dan berikan contoh yang baik. Cara ini jauh lebih efektif. Silakan dicoba ya Bu!

  6. Memukul anak menunjukkan Ibu lebih besar

    Memukul memperjelas kenyataan jika Ibu lebih besar dan lebih kuat dari anak. Dengan memukul, Ibu mengambil kendali anak atas dirinya karena Ibu lebih besar dan secara fisik mampu melakukannya.

    Di mata anak, ini tidak adil karena ia tidak berdaya untuk membela diri. Ingat, anak akan tumbuh dan menjadi lebih besar, lebih cepat, dan lebih kuat dari Ibu. Lalu bagaimana Ibu akan mengendalikan perilaku anak bila ia sudah lebih besar dan lebih kuat dari Ibu?

  7. Memukul anak membuat anak tidak memiliki kendali atas dirinya

    Anak harus bisa mengendalikan sendiri tubuhnya. Sangat penting untuk mengajarkan anak mengenai hubungan yang sehat dan penuh rasa hormat. Pemahaman anak terhadap hal ini akan sangat dipengaruhi oleh hubungan orangtua dengannya. Bila Ibu memukul, maka itu artinya Ibu mengambil kendali atas tubuh anak tanpa persetujuan si anak dan tanpa disadari  Ibu sedang mengajarkan kepada anak kalau persetujuan bukanlah hal yang penting.

  8. Orangtua bisa menyakiti anak

    Ini mungkin jadi hal pertama yang perlu diingat ya Bu. Jangan lupakan. Memukul adalah tindakan untuk menyakiti anak. Dengan memukul, Ibu menimbulkan rasa sakit. Coba deh bayangkan Ibu dipukul suami, pasti Ibu bertanya-tanya kenapa orang yang mencintai Ibu ingin menyakiti Ibu secara fisik? Nah, perasaan yang sama bisa sangat membingungkan bagi anak dan bisa merusak hubungan orangtua dengan anak. Tindakan Ibu bisa menyebabkan anak tidak lagi percaya lagi dengan Ibu dan hubungan Anda berdua menjadi tidak dekat. Apakah Ibu ingin anak-anak tumbuh dan mempercayai bahwa rasa sakit fisik sebagai hal yang normal dan menjadi bagian yang bisa diterima dalam hubungan orangtua dan anak? Tentu tidak kan?

  9. Dengan memukul, orangtua tidak memberi contoh cara sehat untuk mengatasi rasa marah

    Bila Ibu memukul ketika merasa marah, maka Ibu sesungguhnya sedang mengajarkan kepada anak kalau kekerasan adalah cara yang benar untuk mengatasi emosi negatif. Ingat, Ibu adalah panutan bagi anak.

    Entah Ibu menginginkannya atau tidak, anak belajar dengan mengamati semua yang Ibu lakukan. Bila Ibu memukul, anak belajar untuk memukul. Disiplin yang baik adalah dengan menjaga martabat orangtua dan anak, bukan dengan memberi hukuman pukulan.

  10. Karena orangtua pernah dipukul saat kecil, bukan berarti hal ini benar untuk dilakukan

    Salah satu alasan para orangtua membenarkan kekerasan adalah karena menganggap kekerasan tersebut tidak membahayakan. Memukul lantas sering digunakan untuk menghentikan kebiasaan buruk dan perilaku yang tidak diinginkan.

    Beberapa orang berpendapat dan meyakini bahwa hukuman fisik menjadi cara yang bisa diterima untuk menjalin hubungan dengan anak. Tapi pendapat itu tidak terbukti berhasil untuk jangka panjang dan bahkan bisa menimbulkan hal-hal yang berbahaya.

    Banyak penelitian membuktikan, memukul anak bukanlah cara mendidik yang efektif. Memukul hanya memaksa anak mengikuti aturan untuk jangka pendek. Penelitian membuktikan bahwa perilaku buruk bisa diulangi lagi hanya dalam waktu hanya 10 menit.

    Banyak orangtua menyatakan bahwa mereka hanya memukul setelah anak melakukan kesalahan beberapa lama. Namun penelitian menemukan kalau kebanyakan orangtua melakukan hukuman kekerasan cukup cepat, bahka kadang dalam waktu kurang dari satu menit setelah perilaku buruk anak dimulai.

    Lalu ketika hukuman dengan memukul tidak berhasil, maka Ibu akan melakukan pemukulan lebih keras dan lebih sering karena Ibu berusaha mengontrol perilaku anak. Benar begitu ‘kan?

Efek memukul anak

Banyak orangtua yang masih beranggapan bahwa memukul anak menjadi cara terbaik untuk membuat anak-anak mengikuti aturan. Meski memukul mirip perilaku orangtua zaman dahulu, tetapi nyatanya penelitian menunjukkan bahwa 70 persen orangtua di Amerika merasa memukul anak sah-sah saja dilakukan, dan sebanyak 50 persen orangtua  di Amerika melakukan pemukulan pada anak. 

Orang dewasa yang memukul anak, biasanya juga sering dipukul ketika masih kecil. Mereka mengira, tindakan tersebut berhasil pada dirinya dan menganggap akan berhasil juga pada anaknya. Apakah Ibu juga berpikir demikian?  

Meski memukul anak menjadi salah satu metode disiplin yang sudah lama diterapkan, kebanyakan ahli berpendapat kalau memukul bukanlah cara yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Anak memang akan menangis dan menghentikan perilaku buruknya setelah dipukul, tapi mereka akan kembali melakukan hal yang sama beberapa saat kemudian karena ia tidak memahami hal yang benar. 

Anak yang dipukul juga mulai berpikir kalau kekerasan adalah cara untuk mengatasi konflik. Dengan kata lain, orangtua sedang mengajarkan anak untuk bersikap agresif. Orang tua secara otomatis juga mengajarkan anak kalau memukul adalah cara untuk menghentikan perilaku buruk yang akan terjadi. Ingat, orangtua yang baik haruslah memimpin, memandu, dan mengarahkan untuk mengajar dan mengubah perilaku anak.

Bu, memukul anak biasanya tidak dianggap sebagai kekerasan terhadap anak. Tapi tindakan ini juga bisa mengarah kepada kekerasan pada anak, bergantung pada metode yang dilakukan. Setidaknya ada satu panduan penting untuk menghindari kondisi di luar batas, yakni jangan memukul ketika marah. Tapi justru panduan ini sering dilanggar. Orangtua memukul anak justru di saat marah.

  • Efek positif memukul anak

    Banyak ahli meyakini kalau memukul anak bukan cara efektif untuk mendidik anak dan tidak bisa diterima dalam kondisi apapun. Tidak ada bukti efek positif dari memukul anak untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bila hukuman fisik bisa jadi cara yang efektif, maka sisi bahayanya bisa saja diabaikan. Tetapi memukul tak akan menghasilkan apapun, dan itu berarti tak ada alasan untuk terus melakukan kebiasaan ini. 

    Namun agar memukul anak bisa jadi bentuk disiplin yang efektif, orangtua tidak boleh menggunakan kekuatan yang berlebihan. Penting pula untuk menjelaskan kepada anak alasan ia dihukum. Bila anak tinggal di keluarga yang penuh cinta, perhatian, kenyamanan, dan semua hal baik lainnya, maka ia bisa memahami alasan ia harus didisiplinkan dari perilaku buruknya.

    Jika anak bisa memahami kenapa ia dipukul, maka tindakan tersebut bisa jadi cara mendidik yang efektif. Pada konteks ini, tidak akan ada efek negatif untuk jangka panjang dan bahkan bisa memberi efek positif. Misalnya sebelum memukul anak, dengan sabar jelaskan perbuatan anak yang salah sehingga jelas alasan ia dihukum. Dengan cara ini, ada kemungkinan anak bisa memahami alasan ia dipukul dan mengubah perilakunya.

  • Efek negatif memukul anak

    Menerima hukuman fisik saat anak masih kecil bisa memicu perbuatan kekerasan di masa depannya. Meski memukul anak hanya dilakukan oleh beberapa keluarga saja, tetapi dampak negatifnya bisa menyebar dan mengenai siapa pun. Anak yang dipukul cenderung akan melakukan kekerasan, sebab mereka belajar kalau kekerasan menjadi cara mudah dan cepat untuk menyelesaikan konflik.

    Penelitian lain menyatakan, tindakan memukul anak bisa memicu munculnya masalah kesehatan mental seperti depresi, usaha bunuh diri, serta penyalahgunaan obat ketika anak menjadi dewasa. Memukul anak juga menimbulkan efek agresi, kecemasan, dan perilaku berisiko saat dewasa, serta masalah kesehatan fisik termasuk penurunan harapan hidup. 

    Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, walaupun Ibu berusaha mati-matian membenarkan tindakan pemukulan anak. Orangtua perlu mencontohkan perilaku yang ingin anak lakukan. Jadi, tidak masuk akal bila memukul anak karena ia berulah lalu orangtua dengan enteng memintanya untuk tidak memukul adiknya ketika si adik mengambil mainannya.

Alternatif mendisiplinkan selain memukul anak

Daripada memukul anak-anak, ada cara lain mendisiplinkan anak-anak yang bisa lebih efektif dan jauh lebih positif  lho Bu. Berfokuslah untuk menghargai perilaku positif anak. Dan sangat penting untuk konsisten melakukannya, mulai dari orangtua, kakek-nenek, hingga pengasuh. Hasil yang baik hanya akan didapat jika anak menerima pesan yang sama. 

Terkadang para orangtua menyerah dan merasa kalah karena tidak memiliki cara untuk mengatasi perilaku buruk anak. Jika ingin lebih mudah, Ibu wajib belajar beberapa metode efektif untuk mengatasinya. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah masalah perilaku pada anak: 

 

  • Kurangilah waktu menonton televisi. Atau buatlah aturan agar anak-anak tidak memegang ipod, menonton televisi atau bermain games. Penelitian seringkali menunjukkan bahwa gadget berdampak buruk untuk kesehatan fisik dan mental anak.
  • Sebisa mungkin kurangi menyediakan makanan manis, makanan yang diproses, serta bahan makanan berpengawet untuk menu anak. Pilihlah makanan mengandung lemak baik untuk perkembangan otak, protein untuk membuat anak kenyang dan tingkat gula darah lebih stabil, serta tambahkan sayuran dan buah-buahan. 
  • Usahakan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan dan di alam
  • Rencanakan liburan keluarga dan berpetualang untuk menciptakan memori. Tak perlu mahal atau jauh, Ibu bisa merencanakan liburan atau petualangan di sekitar rumah.  
  • Sempatkan untuk membaca buku-buku dan artikel-artikel untuk memahami perilaku dan perkembangan anak. Ingat Bu, otak anak masih berkembang. Anak-anak tak mampu mengatur otak seperti orang dewasa. 
  • Bersabar dan bersikap pengertian. Meskipun sulit, tapi harus terus diusahakan ya Bu! 
  • Buatlah harapan-harapan yang nyata dan wajar terhadap anak, jangan berlebihan.

Nah, daripada memukul atau menunjukkan tindakan agresif di depan anak, Ibu bisa coba menerapkan metode time-out atau meminta anak masuk ke kamarnya ketika anak melakukan hal yang salah.  

Ibu juga bisa merangsang anak berperilaku baik dengan menggunakan grafik. Misalnya saja, anak akan mendapat bintang bila berperilaku baik dan bintang yang ia terima bisa ditukar dengan hadiah seperti nonton kartun atau hadiah kecil. Menarik kan Bu?

Dengan cara ini, Ibu perlahan melatih anak untuk terbiasa dengan perilaku baik dan akan menjadi kebiasaan mereka. Anak tidak hanya belajar tentang bersikap positif, tapi juga dibesarkan di lingkungan yang positif.

(Isma/Puji)

Follow Ibupedia Instagram