10 Fakta Penting Vaksin Covid-19 untuk Anak
Perkembangan terbaru mengenai vaksin Covid-19 untuk anak menunjukkan adanya secercah harapan. Jika tidak ada halangan, kemungkinan dalam waktu dekat vaksin Covid-19 untuk anak akan siap didistribusikan. Banyak orangtua di dunia mungkin telah menunggu-nunggu momen ini. Momen di mana tidak hanya orang dewasa saja yang bisa divaksin Covid-19, tetapi juga anak-anak khususnya yang masih berusia di bawah 12 tahun.
Meski umumnya pasien Covid-19 yang masih anak-anak tidak menunjukkan gejala berat, namun bukan berarti tidak ada di antara mereka yang mengalami perburukan bahkan sampai meninggal dunia. Mereka pun juga tetap berpotensi menularkan virus tersebut ke orang lain. Makanya, vaksin Covid-19 untuk anak tetap diperlukan untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat virus corona ini.
Selama ini, kita mungkin hanya sering mendengar fakta-fakta mengenai vaksin Covid-19 yang ditujukan untuk orang dewasa saja. Sedangkan, belum banyak yang menaruh perhatian pada vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Bukan karena vaksin tersebut tidak ada, tetapi memang sampai saat ini vaksin Covid-19 untuk anak masih dalam tahap pengembangan. Kabar terbaru, vaksin untuk anak usia 12 tahun ke bawah sedang melalui uji klinis, yang artinya sedang dalam tahap uji coba ke manusia.
Deretan Fakta Penting Vaksin Covid-19 untuk Anak
Sebelum memutuskan untuk memvaksin si kecil, ada baiknya orangtua memahami dulu deretan fakta penting mengenai vaksin Covid-19 untuk anak. Berikut rangkumannya, spesial untuk Ibu dan Ayah semua.
1. Ada tiga kandidat vaksin Covid-19 untuk anak-anak
Vaksin Covid-19 untuk anak usia di bawah 12 tahun hampir siap untuk didistribusikan ke seluruh negeri. Seperti dilansir dari laman Parents, ada tiga kandidat yang sudah menerima otorisasi penggunaan darurat oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika, yaitu Moderna, Pfizer, dan Johnson & Johnson.
Sebenarnya, vaksin Pfizer sudah disetujui dan telah digunakan untuk anak-anak yang berusia 12 tahun ke atas. Lebih dari 600.000 anak usia 12 sampai 15 tahun di Amerika Serikat, yang kebanyakan adalah siswa sekolah menengah atas dan beberapa siswa menengah pertama, sudah mendapat vaksin Covid-19 dosis pertamanya. Saat ini, Pfizer berencana mengajukan izin penggunaan darurat untuk anak-anak berusia 2 hingga 11 tahun pada bulan September mendatang.
Sedangkan untuk vaksin Covid-19 merek Moderna dan Johnson & Johnson, saat ini baru bisa diberikan kepada orang yang berusia di atas 18 tahun. Namun, Pfizer dan Moderna kini sudah berada di tahap uji klinis pada anak-anak berusia 6 bulan. Mereka berharap bisa mendapatkan hasil keamanannya di tahun ini. Anthony Fauci, M.D., direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, memperkirakan bahwa anak-anak berusia 4 tahun ke atas dapat divaksinasi pada akhir 2021 atau awal 2022.
2. Uji coba vaksin Covid-19 untuk anak
Saat vaksin Covid-19 pertama kali dikembangkan dan akhirnya bisa dilakukan uji klinis, para ahli memang sengaja tidak melakukannya kepada kelompok anak-anak. Alasan yang paling mendasar adalah karena anak-anak memiliki tubuh dan sistem kekebalan yang berbeda dengan orang dewasa. Jadi para ahli ingin memahami risiko keamanan secara menyeluruh sebelum menjalani tes uji klinisnya.
Kini, setelah mereka telah mengetahui lebih banyak tentang vaksin Covid-19, uji klinis terhadap anak-anak akhirnya bisa dilakukan. Baik Moderna dan Pfizer sudah memulai uji coba pediatrik untuk anak-anak berusia 6 bulan hingga kurang dari 12 tahun. Selain itu, Johnson & Johnson juga mengumumkan rencana pengujian pediatrik untuk anak-anak berusia 12 tahun ke atas, yang akan diikuti dengan pengujian yang melibatkan bayi baru lahir dan remaja. Para ahli berharap dapat melihat hasilnya dalam beberapa bulan ke depan.
3. Keamanan vaksin Covid-19 untuk anak
Dalam proses uji klinis, para ahli mengevaluasi secara menyeluruh dosis, efek samping, frekuensi, dan elemen penting lainnya dalam vaksin Covid-19 bagi anak-anak. Sampai saat ini, mereka belum melihat adanya tanda bahaya dalam uji klinis tersebut. Sebelumnya, para peneliti sangat menyadari bahwa anak-anak memiliki sistem kekebalan dan fungsi tubuh yang berbeda dengan orang dewasa, jadi vaksin baru boleh dilakukan jika mereka sudah benar-benar yakin akan keamanannya.
Sebagian orangtua mungkin ada yang ragu-ragu karena proses pengembangan hingga pengujian vaksin Covid-19 untuk anak ini terkesan agak buru-buru. Namun, Dr. Christine Turley, spesialis pediatrik dan wakil ketua peneliti di Atrium Health Levine Children’s, menekankan bahwa semua prosedur keselamatan telah diikuti dengan benar dalam uji klinis. Yang dipercepat hanyalah komponen administratifnya saja.
Purvi Parikh, M.D., ahli alergi dan imunologi di The Allergy and Asthma Network, juga menegaskan kalau orangtua tidak perlu takut dengan pemberian vaksin Covid-19 untuk anak ini, karena risiko infeksi mungkin lebih besar dari risiko apa pun dari vaksin tersebut. Vaksinasi juga bisa membantu menghentikan penyebaran virus corona karena kita semua akan mendapatkan herd immunity.
4. Efek samping vaksin Covid-19 bagi anak
Laporan dari penggunaan vaksin Pfizer, diketahui bahwa efek samping vaksin tersebut bagi anak secara umum sama seperti yang bisa terjadi pada orang dewasa. Anak mungkin akan merasakan sakit di bekas suntikan (lengan atas) dan merasa lebih mudah lelah dari biasanya. Sakit kepala, nyeri otot atau persendian, dan bahkan demam dan menggigil juga mungkin terjadi. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan umumnya hilang dalam waktu 48 jam.
Sekali lagi, efek samping dari vaksin Covid-19 masih jauh lebih ringan jika dibandingkan risiko dampak terburuk yang bisa terjadi jika anak tertular virus corona akibat tidak divaksin. Ia pun juga bisa menularkannya pada orang lain dan membuat rantai persebaran virus semakin masif.
5. Efektivitas vaksin Covid-19 untuk anak
Sejauh ini, data awal efektivitas vaksin COVID-19 pada anak-anak tampak menjanjikan. Pada 31 Maret, Pfizer mengumumkan bahwa vaksinnya 100 persen efektif dalam mencegah penyakit pada usia 12 hingga 15 tahun. Lalu pada 10 Mei, perusahaan ini menerima izin penggunaan darurat untuk kelompok usia tersebut.
Seperti vaksin untuk orang dewasa, baik Pfizer maupun Moderna membutuhkan dua dosis dalam pemberiannya. Dosis kedua Pfizer Pfizer diberikan tiga minggu setelah dosis pertama diberikan, sedangkan Moderna diberikan empat minggu setelahnya. Penelitian menunjukkan bahwa dosis pertama 50 persen efektif melawan virus corona pada orang dewasa. Untuk dosis kedua efisiensi meningkat jadi sekitar 94 atau 95 persen, namun ini biasanya baru bekerja sekitar dua minggu setelah dosis kedua.
Sebaliknya, vaksin Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu dosis. Efektivitasnya pun hanya sekitar 82 persen. Namun dalam laporannya, vaksin ini juga terbukti melindungi dari bentuk penyakit parah dan kematian.
6. Pro dan kontra vaksin Covid-19 untuk anak
Seperti halnya vaksin-vaksin lainnya yang beberapa tahun kebelakang ini banyak menimbulkan “kegaduhan”, vaksin Covid-19 untuk anak juga tak lepas dari pro dan kontra. Para orangtua yang setuju, kebanyakan karena takut anaknya terkena dampak buruk corona. Mereka juga ingin anak-anak segera kembali ke sekolah dan melakukan aktivitas normal seperti sedia kala.
Lalu bagi mereka yang kontra, kebanyakan karena masih khawatir terhadap efek samping dari vaksin ini bagi anak-anaknya. Sebagian dari mereka juga ada yang berniat menunggu vaksin gelombang pertama diberikan kepada anak-anak dan melihat dulu hasilnya sebelum menentukan apakah anak-anak mereka akan divaksin seperti yang lain. Namun para ahli menyarankan, jika anak-anak memang memenuhi syarat pemberian vaksin Covid-19, sebaiknya vaksin tetap dilakukan. Lebih cepat lebih baik.
7. Pentingnya vaksin Covid-19 untuk anak
Anak-anak umumnya memang lebih terlindungi dari dampak terburuk virus corona. Jika tertular, kebanyakan mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, ada beberapa anak yang meninggal akibat virus tersebut, menurut American Academy of Pediatrics (AAP). Ini disebabkan virus corona memicu penyakit misterius dan mematikan yang disebut sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak (MIS-C).
Selain itu, anak-anak pun tetap dapat dengan mudah menularkan virus corona kepada orangtua, termasuk mereka yang mungkin lebih rentan terinfeksi, seperti kakek neneknya, atau orang-orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Apalagi mengingat banyak anak yang belum bisa mematuhi protokol kesehatan, tentu ia akan semakin berisiko jadi carrier, meski tanpa menunjukkan gejala apapun.
8. Kapan anak-anak bisa divaksin?
Seperti yang sudah dibahas di atas, saat ini baru vaksin Pfizer yang sudah beredar secara massal. Itupun baru digunakan untuk anak-anak yang usianya 12 tahun ke atas. Mereka rata-rata adalah pelajar sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Targetnya, mereka yang berada dalam kelompok itu bisa diimunisasi sepenuhnya pada tahun ajaran 2021-2022.
Sedangkan vaksin untuk anak-anak yang lebih muda (di bawah 12 tahun), masih dalam tahap uji klinis. Kapan bisa diberikan secara massal? Jawabannya tergantung hasil uji klinisnya. Tetapi berdasarkan kecepatan penelitian saat ini, vaksin mungkin bisa diberikan untuk anak-anak di sekolah dasar dan prasekolah pada akhir tahun ini.
9. Vaksin Covid-19 mungkin bisa jadi syarat masuk sekolah di masa mendatang
Seperti dikutip dari laman Healthy Children, di masa mendatang mungkin vaksin Covid-19 akan dijadikan salah satu syarat masuk sekolah bagi anak-anak. Meski ini tetap jadi keputusan pemerintah tiap-tiap negara, namun kemungkinan diberlakukannya tetap saja ada. Nantinya setelah vaksin disetujui, otoritas kesehatan di Amerika, termasuk AAP dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, akan merekomendasikan kapan dan bagaimana anak-anak harus mendapatkannya, sedang keputusannya tetap di tangan pemerintah masing-masing negara.
10. Bertatap muka di sekolah bisa meningkatkan risiko anak tertular virus corona
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh CDC, sebenarnya kembali ke sekolah tatap muka bukanlah faktor risiko utama persebaran Covid-19 bagi anak-anak. Tentu jika mereka patuh pada protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak fisik. Kegiatan yang sebetulnya lebih berisiko adalah seperti menghadiri pesta, pergi bermain bersama teman-teman, dan pertemuan keluarga.
Memvaksinasi anak dan remaja segera setelah mereka memenuhi syarat, tentu akan membantu mencegah infeksi dan persebaran virus ini. Semakin banyak orang divaksin, akan semakin banyak pula mereka yang terlindungi dari virus corona. Risiko infeksi secara umum akan menurun. Anak-anak pun secara bertahap bisa segera kembali ke sekolah, menjalani aktivitas lainnya, tanpa takut tertular virus corona.
Vaksin Covid-19 adalah harapan terbesar kita untuk bisa mengakhiri pandemi. Sebagai orangtua, tentu kita sangat menantikan anak-anak bisa kembali beraktivitas normal seperti sedia kala, pergi ke sekolah, bermain bersama teman-teman, atau menghabiskan waktu bersama keluarga besar. Jadi, mari berdoa supaya vaksin Covid-19 untuk anak bisa segera didistribusikan dan digunakan secara massal, ya!
Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih