Ibupedia

12 Permainan Anak-anak yang Sederhana Untuk Mengedukasi

12 Permainan Anak-anak yang Sederhana Untuk Mengedukasi
12 Permainan Anak-anak yang Sederhana Untuk Mengedukasi

Anak tidak bisa ‘diam’, adalah hal biasa. Membuka tutup pintu lemari berulang-ulang, mengosongkan isi keranjang dan menyembunyikan sesuatu, adalah cara anak mengeksplor apa yang ada di sekitarnya, dalam arti kata, ini adalah salah satu cara ia belajar. Untuk memaksimalkan proses belajarnya, Ibu bisa membuat permainan anak-anak yang seru untuk mengedukasi.

Permainan yang tidak terstruktur adalah permainan yang paling sesuai untuk anak-anak usia satu sampai tiga tahun(balita). Permainan yang akan dilakukan, semestinya disesuaikan dengan ketertarikan anak.

Contohnya, jika anak sedang senang permainan yang aktif, Ibu bisa membuat permainan yang melibatkan melompat atau menari. Jika anak sedang menyukai permainan yang lebih tenang, Ibu bisa mengajaknya menyusun balok, atau mewarnai.

Dengan jenis permainan yang tepat, bermain bisa membantu perkembangan bagi anak. Misalnya membangun kemampuan kognitif, perkembangan fisik dan emosi anak.

Berikut adalah contoh permainan anak yang bisa dicoba di rumah. Permainan berikut sangat sederhana, tanpa Ibu perlu membeli mainan mahal, atau Ibu bahkan bisa berkreasi sendiri.

  1. Mengikuti instruksi

    Adalah permainan anak-anak dengan memeragakan apa yang diinstruksikan oleh Ibu. Misalnya, Ibu mengatakan, ‘pegang kepala’, maka si anak mesti memegang kepalanya juga. Permainan sederhana ini bisa melatih anak dalam mengikuti instruksi dan membantunya dalam menghafal sesuatu, misalnya nama-nama anggota tubuh. 

  2. Bermain rintangan

    Biasanya, Ibu dan Ayah, apalagi kakek dan nenek, akan khawatir jika melihat anak berlarian di atas sofa, atau melompat-lompat.  Sebetulnya cara bermain seperti ini bermanfaat untuk melatih motorik kasar, perkembangan keseimbangan dan koordinasi tubuhnya, juga melatih kekuatan.

    Namun tentu saja, anak mesti bermain di tempat yang aman. Untuk menyalurkan kegiatannya yang satu ini, Ibu bisa membuatkannya alas bermain. Misalnya, menyusun hula hoop di lantai, dan anak harus berjalan atau melompat ke dalam cincin-cincin tersebut.

  3. Mencari mainan

    Ibu pasti tahu apa mainan kesayangannya, misalnya sebuah bola. Permainan anak-anak ini bertujuan untuk melatih kesabaran, kegigihan dan kemampuan emosional anak. Caranya adalah dengan menyembunyikan bola tersebut dan beri anak waktu untuk menemukannya. Jika anak terlihat kesal, Ibu bisa berpura-pura membantunya mencari.

  4. Puzzle

    Puzzle tidak hanya menantang bagi orang dewasa, tapi puzzle juga bisa menjadi permainan yang menarik untuk balita. Sekarang ini, ada banyak sekali model puzzle untuk anak-anak usia dini. Ada yang terbuat dari kayu, plastik hingga karton. Puzzle pun sekarang tidak hanya pada lembar karton, tapi juga dibuat pada buku cerita.

    Puzzle adalah contoh permainan anak-anak yang lengkap manfaatnya. Dengan bermain puzzle, anak-anak bisa melatih keterampilan fisiknya dengan bergerak mencari potongan puzzle, melatih kognitif anak dengan mencari potongan puzzle yang sesuai dan melatih kesabaran anak.

  5. Bermain dengan seprai

    Jika Ibu hanya bermain berdua, Ibu bisa menggunakan kain yang lebih kecil seperti taplak meja, jika bermain dengan lebih banyak anak, bisa memakai seprai. Permainan anak-anak ini bermanfaat untuk melatih kesabaran, mendengarkan instruksi dan kemampuan motorik mereka.

    Masing-masing pemain, memegang ujung atau sisi taplak meja dengan kuat. Lalu jika Ibu ucapkan ‘angkat’, maka Ibu dan pemainnya mesti mengangkat taplak meja. Kemudian tambahkan istruksi lain, seperti ‘turunkan’ atau ‘sembunyi di bawah seprai’. Agar lebih menarik, acak urutan instruksi dan beri jeda di antaranya.

  6. Melempar pertanyaan

    Permainan anak-anak ini cocok dimainkan ketika anak sedang belajar mengenali dan mengingat sesuatu. Bermain ini bakal lebih seru dengan menggunakan banyak mainan favoritnya.

    Misalnya, tumpuk mainannya dalam satu wadah, kemudian, misalnya tanyakan, ‘Mana balok yang berwarna merah?’ atau ‘Mana pensil yang berwarna kuning?’. Permainan ini juga seru untuk melatih anak mengenali gambar hewan, huruf, angka atau bentuk.

  7. Berbagi mainan

    Berbagi mainan adalah cara yang sederhana untuk mengajari anak berbagi. Ada pun permainan anak-anak yang bisa dicoba adalah dengan pensil warna miliknya.

    Sediakan tiga wadah, wadah A, adalah tempat menaruh semua pensil warnanya, wadah B adalah miliknya, sedangkan yang terakhir adalah milik Ibu. Minta anak untuk membagi pensil warnanya.

    Pensil warna yang pertama di ambil, adalah untuk ditaruh di wadah miliknya, pensil warna ke dua, adalah untuk Ibu, begitu seterusnya hingga pensil warna habis. Agar permainan lebih menarik, Ibu bisa melanjutkan dengan kegiatan mewarnai setelahnya.

  8. Membentuk lilin

    Pertama, lilin harus yang aman untuk anak dan selalu awasi saat ia bermain, karena terkadang, anak-anak suka memasukkan mainan seperti ini ke dalam mulutnya.

    Tidak masalah jika anak tidak memiliki cetakannya, justru ia bisa semakin berkreasi. Misalnya, anak membuat lilin berbentuk kue, Ibu bisa sambil membuat pertanyaan, seperti, ‘Kenapa kamu membuat kue?’

    Selain melatih kreativitasnya, anak juga akan belajar menjelaskan, belajar membuat keputusan dan melatih imajinasinya.

  9. Pretend Games

    Adalah permainan anak-anak dengan berpura-pura menjadi seseorang atau sesuatu. Misalnya, dengan bermain dress up, menjadi super hero.

    Permainan ini selain mengajarkan anak berimajinasi, juga melatihnya mengekspresikan emosi, misalnya marah atau gembira. Untuk anak perempuan, misalnya bermain sebagai seorang putri.

  10. Mewarnai

    Permainan anak-anak ini kesannya sangat ‘biasa’ atau malah membosankan. Tapi kenyataannya, kegiatan ini memang disukai anak-anak dan mencoret-coret adalah masa tumbuh kembang yang dilewati oleh semua anak. Anak-anak senang melihat warna-warna yang cerah, termasuk pada pensil warna atau krayonnya. 

    Dengan mewarnai anak akan perlahan memahami instruksi, seperti keharusan mewarnai suatu objek dengan warna tertentu atau di mana saja ia boleh mewarnai. Mewarnai juga bermanfaat melatih anak untuk fokus, melatih koordinasi antara mata dan tangan, serta melatih kesabaran. Agar manfaatnya meningkat, Ibu bisa menyediakan buku mewarnai dengan gambar-gambar menarik di dalamnya.

  11. Membaca buku

    Betul, mungkin balita belum mampu membaca tulisan di dalam bukunya. Namun anak usia dua tahun sudah mulai bisa menghafal huruf. Membaca juga bisa menjadi permainan yang semakin menyenangkan, ditambah dengan gambar menarik atau objek timbul pada buku (pop up). Membaca baik bagi perkembangan motoriknya dan bisa meningkatkan daya ingat.

  12. Membuat tangan kotor

    Bermanfaat untuk anak mengenali tekstur dan juga melatih konsentrasinya. Contoh permainannya adalah membuat adonan kue, mengambil balok yang dikubur dalam pasir atau membuat kantung-kantung berisi beras.

Bolehkan anak bermain sambil menonton tv?

Seringkali kita lihat, orangtua yang meletakkan ponsel atau membiarkan anak menonton TV terutama saat waktunya makan. Dengan beragam alasan, anak suka menonton, lebih tenang saat menonton, atau bahkan tidak mau makan jika acara favoritnya tidak diputarkan. Anak-anak juga senang menonton tv sambil bermain. Tapi, apakah hal ini baik untuk anak?

Membutuhkan waktu hingga usia anak sampai pada sekitar delapan belas bulan, untuk otaknya berkembang dan memahami gambar atau bentuk yang dilihatnya di layar, adalah sesuatu yang sebetulnya dilihatnya sehari-hari dalam dunia nyata.

Hal yang sebetulnya dibutuhkan anak pada usia balita untuk belajar adalah dengan menyentuh, menggoyangkan dan melempar sesuatu. Anak juga butuh melihat dan mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarnya. Intinya, anak belajar melalui interaksi.

Kebiasaan menonton pada anak di bawah usia delapan belas bulan bisa memberikan efek negatif pada perkembangan berbahasa anak, kemampuan membaca dan short memory term. Kebiasaan ini juga berakibat buruk pada pola tidurnya dan atensinya. 

Bagaimana dengan acara anak yang berisi edukasi? TV bukan berarti sama sekali tidak boleh ditonton, namun seharusnya dibatasi dan Ibu mesti lebih selektif dalam menyuguhkan tontonan pada anak. Pilih acara yang sifatnya edukatif, dan selalu dampingi anak selagi menonton dan manfaatkan waktu ini dengan menyelipkan permainan.

Efek Negatif Menonton TV

  • Ada pun beberapa contoh efek negatif lainnya akibat anak terlalu banyak menonton tv:

  • Penglihatan anak akan berbeda antara objek di dunia nyata dan apa yang biasanya dilihatnya di TV.

  • Anak bisa kesulitan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

  • Kehilangan inisiatif.

  • Malas bergerak (inactive). Tidak aktif lama kelamaan bisa membuat anak menjadi obesitas.

  • Menghambat kemampuan berbicara. 

Untuk membuat anak fokus pada permainan serunya, jauhkan anak dari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya. Misalnya, matikan tv dan jauhkan mainan lain yang tidak termasuk dalam permainan.

Jika anak terlihat tidak tertarik dengan permainan tersebut, mungkin usia anak belum sesuai untuk mainan tersebut, misalnya, puzzle yang Ibu belikan masih terlalu rumit untuk anak. 

Aturan Bermain yang Baik dengan Anak

  • Sama-sama Senang

    Bermain dengan anak, bukanlah suatu kewajiban, juga bukan untuk menutupi rasa bersalah orangtua pada anaknya, misalnya karena seharian meninggalkan anak untuk bekerja. Bermain adalah melakukan sesuatu yang menyenangkan bagi anak dan Ibu (atau Ayah), bukan hanya menyenangkan untuk anak, atau hanya untuk Ibu. 

    Selain meningkatkan perkembangan otak dan fisik anak, bermain adalah salah satu cara yang baik untuk meningkatkan hubungan di antara anak dan orangtuanya, untuk mengenal anak lebih baik, untuk meningkatkan keterampilan anak, bahkan secara tidak langsung, bermain bisa menjadi olahraga yang menyenangkan bagi keduanya.

  • Tidak Ada yang Mendominasi

    Seperti yang dikatakan di atas, bermain yang baik adalah yang di mana para pemainnya senang dalam melakukannya, kedua pemain bermain harus dengan seimbang dan tidak ada yang mendominasi. 

    Orangtua terkadang merasa malas atau pun tidak sesuai dengan cara anak bermain, yang misalnya, terlalu sering mengulang sesuatu. Bagi orangtua, hal ini melelahkan atau membosankan.

    Sedangkan bagi anak-anak, mengulang-ulang sesuatu adalah adalah caranya belajar hingga mereka merasa yang dipelajarinya tersebut, sudah benar. Contoh lainnya, anak-anak sering kali ‘bossy’ terhadap orangtuanya ketika bermain. 

    Hal di atas adalah bentuk dominasi anak ketika bermain. Ibu mungkin akan membiarkan hal ini karena beranggapan bermain adalah untuk membuat anak senang. Namun hal tersebut, justru tidak disarankan.

    Sebaliknya, orangtua juga jangan mendominasi ketika bermain dengan anak. Ini umumnya dilakukan oleh ayah. Contoh, ayah membelikan anak balok susun untuk dibangun menjadi gedung.

    Maksud hati mengajak anak bermain sambil mengajarinya menyusun balok, tapi berujung dengan ayah yang menyelesaikan seluruh permainan dengan sempurna. Artinya, anak justru tidak mendapat kesempatan bermain dan menyalurkan kreativitasnya.

Mengikuti aturan ini juga bisa melatih anak cara bermain yang baik, terutama ketika ia bermain dengan orang lain. Anak akan mempelajari, bermain itu adalah milik semua pemain. Semua yang ikut bermain boleh mengeluarkan pendapat, boleh merasakan keberatan dan harus sama-sama dihargai.

(Stephanie)

Follow Ibupedia Instagram