4 Bahaya yang Mengintai Jika Tidak Menggunakan Car Seat Anak
Di Indonesia, penggunaan car seat anak masih tergolong jarang. Tidak adanya peraturan yang berlaku tentang pemakaian car seat anak membuat banyak orang tua yang belum memiliki kesadaran pentingnya menjaga keselamatan anak selama berkendara.
Salah satu tugas penting yang kerap terlupakan oleh para orangtua adalah menjaga keselamatan anak, termasuk saat berkendara. Tiap tahun, 60% korban kecelakaan di Indonesia adalah anak-anak.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab nomor 8 kematian di dunia, lebih banyak dibanding kasus kematian akibat HIV/AIDS menurut WHO. Selain itu, kematian akibat kecelakaan lalu lintas juga terbanyak kedua setelah akibat penyakit serius. Pada anak usia 5 sampai 14 tahun, kematian akibat kecelakaan lalu lintas adalah kedua terbesar.
Di Indonesia sendiri, 5% dari korban kecelakaan lalu lintas adalah anak-anak berusia di bawah 9 tahun. Sayangnya, belum ada peraturan terkait pemakaian car seat anak di Indonesia.
Padahal penggunaan car seat anak pada usia 2 sampai 3 tahun bisa mengurangi risiko kematian akibat kecelakaan lalu lintas sampai 71% asal dipasang dan digunakan dengan benar.
Lantas, mengapa anak harus memakai car seat anak? Apa yang terjadi jika anak tidak memakai car seat anak saat terjadi kecelakaan?
1. Fungsi car seat anak sama seperti fungsi seat belt bagi orang dewasa
Fitur keselamatan paling utama yang dimiliki sebuah mobil adalah seatbelt. Fungsi seatbelt adalah mengikat bagian tubuh di 3 titik terkuat tubuh agar badan tetap terikat di kursi jika terjadi kecelakaan pada kendaraan.
Saat terjadi kecelakaan, wilayah yang paling aman adalah tetap berada di dalam mobil. Penggunaan seatbelt yang tepat menjaga agar tubuh tetap berada di dalam mobil karena wilayah di luar mobil adalah area berbahaya dan memiliki risiko jauh lebih besar. Risiko tersebut berupa terhempas terkena benda keras, tergesek aspal jalanan, hingga ditabrak oleh kendaraan lain.
Selain itu, penggunaan seatbelt juga untuk memastikan penumpang mobil mengalami cedera minimal dan membuat fitur keselamatan berikutnya, yaitu airbag dapat berfungsi dengan seharusnya dalam melindungi penumpang mobil.
Namun, seatbelt didesain untuk melindungi tubuh orang dewasa saja. Seatbelt tidak bisa memberikan proteksi kepada anak dengan tinggi di bawah 135 cm.
Pemakaian seatbelt pada anak dengan tinggi dibawah 135 cm malah akan semakin mencederai mereka saat terjadi kecelakaan. Cedera tersebut berupa leher cedera akibat teriris seatbelt dan cedera organ dalam akibat seatbelt yang menghimpit perut anak.
Jika orang dewasa diwajibkan memakai seatbelt sebagai bentuk perlindungan diri saat kecelakaan yang tidak diinginkan terjadi, apakah adil membiarkan si kecil tidak terlindungi sama sekali dengan tidak memakaikan mereka car seat anak?
2. Menggendong bayi saat naik mobil bukan bentuk melindungi mereka
Banyak Ibu yang merasa bahwa dengan menggendong bayi di mobil, maka mereka sudah memberikan proteksi terbaik kepada si kecil. Padahal, alih-alih melindungi si kecil, kenyataannya adalah si kecil lah yang menjadi pelindung Ibu saat kecelakaan terjadi.
Pegangan dan pelukan Ibu tidak cukup kuat untuk menahan gaya yang terjadi saat kecelakaan terjadi.
Bayi dengan berat 9 kg yang menaiki mobil dengan kecepatan 46 km/jam membutuhkan pengaman yang dapat menahan 30 kali berat mereka. Apakah pegangan manusia dapat menahan beban sebesar 270 kg?
Penggunaan gendongan (baby carrier) juga bukan jawaban sebagai cara menggendong bayi dengan aman saat berkendara menggunakan mobil karena gendongan bayi bukanlah alat keselamatan. Gaya yang sangat besar saat sebuah mobil berhenti melaju tiba-tiba bahkan hanya pada kecepatan 60 km/jam akan membuat bayi terloncat keluar dari gendongan.
Banyak risiko mengintai dari bayi yang terlempar ke depan saat kecelakaan terjadi. Jangan saat kecelakaan, saat rem mendadak pun anak sangat berisiko terlempar ke depan dan menabrak kursi depan ataupun dasbor mobil. Ini akan mengakibatkan anak cedera mulai dari cedera ringan hingga berat.
Lantas apa yang terjadi saat kecelakaan? Tubuh anak akan ter-pingpong di dalam mobil dan mengakibatkan cedera yang sangat fatal. Belum lagi risiko yang mengintai berupa tubuh anak terpental ke luar mobil.
Oleh karena itu, penggunaan car seat anak saat berkendara di mobil penting untuk memberikan fitur keselamatan bagi anak.
3. Efek yang dirasakan tubuh saat kecelakaan seperti jatuh dari lantai 3
Hanya dengan kecepatan mobil melaju sebesar 60 km/jam, mobil yang berhenti mendadak memberikan reaksi seperti jatuh dari lantai 3 kepada anak. Padahal, kecepatan 60 km/jam pada mobil adalah kecepatan standar yang tidak begitu kencang dan bukannya mengebut.
Namun, efeknya terhadap anak semasif itu. Apakah seseorang yang melompat dari lantai 3 dapat selamat? Sebagian besar tidak.
4. Cedera pada anak bisa lebih parah dibandingkan orang dewasa
Saat kecelakaan terjadi, gaya yang terjadi pada tubuh bisa puluhan kali dari berat tubuh. Kemungkinan besar, dengan dampak yang sama, cedera yang dialami anak bisa lebih parah daripada orang dewasa karena fisiologis tubuhnya lebih rentan daripada orang dewasa.
Salah satunya adalah bentuk tulang belakang anak yang berbeda dari tulang belakang orang dewasa. Pada orang dewasa, tiap segmen tulang belakang saling terkait.
Sementara, tiap segmen tulang belakang anak tidak mengait satu sama lain sehingga jika sang anak mengalami lontaran ke depan, potensi ia cedera tulang besar lebih besar daripada orang dewasa. Salah satu cedera yang diakibatkan oleh cedera tulang belakang adalah lumpuh.
Si kecil belum menggunakan car seat anak saat berkendara? Yuk segera pakaikan mereka sebagai bentuk kasih sayang orangtua kepada anak.
Editor: Dwi Ratih