Ibupedia

5 Cara Mengatasi Dehidrasi pada Anak

5 Cara Mengatasi Dehidrasi pada Anak
5 Cara Mengatasi Dehidrasi pada Anak

Dehidrasi pada anak pada dasarnya bersifat ringan dan mudah diatasi. Tapi tahukah Ibu, dehidrasi pada anak jika dibiarkan berlarut-larut dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat mengakibatkan kondisi serius yang mengancam keselamatan buah hati Ibu?

Ketika dehidrasi pada anak terjadi, itu artinya buah hati Ibu tidak memiliki cukup cairan yang dibutuhkan di dalam tubuhnya. Dehidrasi pada anak bisa terjadi saat tubuh si kecil kurang menerima cairan dan di saat yang bersamaan, ia juga mengalami muntah, diare, demam, atau berkeringat, yang mengakibatkan ia kehilangan banyak cairan dari tubuhnya.

Dehidrasi pada anak biasanya terjadi saat si kecil demam atau panas.  Karena itu, saat si kecil demam pastikan asupan cairannya cukup, ya Bu. Dan sebagai catatan, bayi dan anak kecil lebih berisiko mengalami dehidrasi. Bayi bisa dengan cepat mengalami dehidrasi, jadi ini adalah kondisi yang perlu Ibu waspadai sehingga tidak terjadi kondisi dehidrasi pada anak yang lebih serius.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu Ibu ketahui tentang dehidrasi pada anak, mulai tanda-tanda (gejala-gejalanya), tingkatan-tingkatannya, bagaimana penanganannya, hingga bagaimana cara mencegah dehidrasi pada anak.

Tanda-tanda dehidrasi pada anak

Dehidrasi pada anak dapat terjadi ketika asupan cairannya tidak sebanding dengan yang ia keluarkan. Seperti diketahui, tubuh manusia 75% terdiri dari air, dengan begitu kekurangan cairan tubuh dapat mengakibatkan masalah-masalah penting yang berkaitan dengan fungsi-fungsi tubuh.

Ada beberapa gejala dehidrasi pada anak, terutama bayi, yang bisa Ibu perhatikan. Apa saja tanda-tanda dehidrasi pada anak secara umum? Ini dia penjelasannya, Bu.

  1. Popok jarang basah

    Ibu tentu mengamati seberapa sering bayi Ibu buang air kecil (BAK) dari popoknya. Nah, salah satu tanda atau gejala dehidrasi pada anak bayi adalah BAK berkurang. Itu berarti, popoknya jarang basah. Jadi, jika si kecil biasanya BAK 3-4 kali dalam sehari namun tiba-tiba menurun drastis hanya 1-2 kali sehari, Ibu patut mewaspadai terjadinya dehidrasi pada anak Ibu.  Atau jika lebih dari 6 jam si kecil tidak kunjung BAK, maka ada potensi si kecil mengalami dehidrasi pada anak.

  2. Urin yang lebih pekat dan berbau lebih menyengat dari biasanya 

    Masih berkaitan dengan BAK si kecil, gejala umum dehidrasi pada anak berikutnya adalah warna urine lebih pekat. Sementara itu baunya juga lebih menyengat dari biasanya.

  3. Lebih sering tidur, kurang berenergi

    Gejala dehidrasi pada anak lainnya bisa dilihat dari perubahan kebiasaan tidur atau istirahatnya. Coba Ibu perhatikan, apakah si kecil menjadi lebih sering tidur dari biasanya atau tidak? Jika ya, bisa jadi bayi Ibu sedang mengalami dehidrasi pada anak.

    Karena imbas dehidrasi pada anak ke seluruh tubuh, maka Ibu sebaiknya memperhatikan pula bagaimana aktivitasnya. Apakah tetap aktif seperti biasa atau menurun. Menurut Katherine O'Connor, MD, dokter di New York City, salah satu ciri dehidrasi pada anak adalah ia jadi lebih sering tidur. Ia enggan bermain atau beraktivitas, dan bahkan untuk tersenyum pun tidak bisa. Intinya, si kecil yang mengalami dehidrasi pada anak menjadi kurang berenergi.

    Sementara jika bayi Ibu demam namun masih tetap ceria dan aktif, Ibu bisa sedikit lega karena itu berarti tidak ada gejala dehidrasi pada anak Ibu.

  4. Lidah dan mulut kering, mata cekung 

    Coba Ibu perhatikan lidah, mulut, dan mata si kecil saat Ibu curiga telah terjadi dehidrasi pada anak Ibu. Sebab, salah satu gejala dehidrasi pada anak adalah lidah dan mulut tampak kering, sementara matanya cekung.

  5. Menangis tanpa air mata  

    Gejala lain dehidrasi pada anak adalah ketika ia menangis tidak tampak air mata yang mengalir. Nah, ini perlu diwaspadai ya Bu, sebab menangis tanpa air mata adalah salah satu tanda dehidrasi pada anak yang cukup serius.

  6. Jika kulit si kecil ditekan akan cekung, atau jika dicubit akan lambat kembali seperti semula  

    Gejala dehidrasi pada anak juga bisa dilihat lewat kondisi kulitnya. Coba Ibu tekan kulit si kecil. Jika cekung, Ibu patut mewaspadai terjadinya dehidrasi pada anak Ibu. Atau jika Ibu cubit kulit si kecil dan sulit kembali seperti semula, mungkin saja itu adalah salah satu gejala dehidrasi pada anak Ibu.

Tingkatan-tingkatan dehidrasi pada anak

  1. Dehidrasi ringan hingga sedang

    Tanda-tandanya adalah sebagai berikut:

    • Kurang aktif, enggan bermain, tidak seperti biasanya

    • Jarang BAK (untuk bayi, BAK kurang dari 6 popok basah per hari)

    • Mulut kering

    • Air mata sedikit saat menangis

    • Ubun-ubun tampak lebih cekung (pada bayi dan balita)

    • BAB lembek jika dehidrasi disebabkan oleh diare. Jika dehidrasi disebabkan karena kehilangan cairan tubuh lain (muntah, kurang asupan cairan), BAB berkurang.

  2. Dehidrasi akut

    Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

    • Sangat rewel

    • Tidur berlebihan

    • Mata cekung

    • Tangan dan kaki dingin dan pucat

    • Kulit menjadi keriput

    • BAK hanya 1-2 kali per hari

    • Bawa segera bayi Ibu ke rumah sakit jika ia menunjukkan tanda-tanda dehidrasi pada anak yang serius. Sebab, ia memerlukan cairan melalui selang infus hingga pulih dari dehidrasinya. Bila tidak memungkinkan, hubungi dokter  untuk meminta saran, apa yang harus Ibu lakukan untuk mengatasi dehidrasi pada anak.

    Bisa jadi dokter perlu memeriksa keadaan si kecil secara langsung untuk dapat menyimpulkan seberapa berat dehidrasi pada anak Ibu. Jika si kecil mengalami dehidrasi ringan, Ibu mungkin hanya diminta untuk memberinya lebih banyak cairan.

5 cara mengatasi dehidrasi pada anak

  1. Beri ASI atau susu fomula lebih sedikit tapi lebih sering

    Jika dehidrasi pada anak dialami bayi di bawah usia 3 bulan, dokter kemungkinan hanya akan meminta Ibu untuk terus memberi ASI atau susu formula dalam jumlah yang lebih sedikit tapi dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya.

  2. Beri cairan elektrolit
    Sedangkan penanganan dehidrasi pada anak berusia lebih dari 3 bulan, dokter kemungkinan akan memberikan cairan tertentu sebagai tambahan ASI atau susu formula, untuk mengisi kembali air dan garam (elektrolit) yang dihilangkan tubuh. Cairan elektrolit bisa diperoleh di banyak apotek dan tersedia dalam berbagai merek. Ibu juga bisa meminta jenis generik jika menginginkannya, sehingga dehidrasi pada anak bisa segera teratasi.

  3. Dosis cairan elektrolit harus tepat
    Dokter anak Ibu biasanya memberi arahan bagaimana memberikan cairan elektrolit berdasarkan berat badan dan usia bayi. Panduan jumlah total cairan untuk setiap 3 atau 4 jam adalah sebanyak 5 sendok teh (25 ml atau cc) tiap pound (0,45 kg) berat badan. Misalnya, bayi Ibu memiliki berat badan 15 pound (6,82 kg), ini artinya ia membutuhkan 75 sendok teh (375 ml atau cc, atau sekitar 1,5 gelas) cairan elektrolit.

  4. Rawat di rumah sakit jika dehidrasi berat
    Jika dehidrasi pada anak Ibu cukup berat, kemungkinan pemeriksaan lebih lanjut dilakukan. Agar dehidrasi pada anak Ibu lekas teratasi, si kecil mungkin akan disarakan untuk dirawat di rumah sakit. Nantinya, dokter akan memberikan cairan melalui pipa yang dimasukkan ke hidungnya.

  5. Bisa sembuh di rumah atas saran dokter
    Dehidrasi pada anak yang parah sering kali menjadi efek samping dari beberapa penyakit, misalnya gastroenteritis atau penyakit pernafasan seperti pneumonia atau  bronchitis. Meski demikian, yakinkan diri Ibu bahwa kebanyakan kasus dehidrasi pada anak tidaklah bersifat serius. Dehidrasi pada anak merupakan hal yang sangat umum terjadi pada bayi, dan biasanya bisa disembuhkan di rumah atas saran dokter, tentu saja.

Cara mencegah dehidrasi pada anak

  • Dehidrasi pada anak umumnya bisa dicegah dengan cara minum banyak cairan, terutama saat di mana cuaca sedang panas-panasnya atau ketika si kecil sakit. Lanjutkan pemberian ASI bila si kecil telah berusia 6 bulan. Jika bayi Ibu belum berusia 6 bulan dan Ibu khawatir ia akan mengalami dehidrasi pada anak, jangan berikan air putih tanpa saran dari dokter. Pemberian air putih biasanya tidak diperlukan dan bahkan bisa berbahaya bagi si kecil yang berusia di bawah 6 bulan.

  • Pemberian jus bukan hal yang baik untuk mengatasi dehidrasi pada anak di bawah usia 6 bulan, dan secara nutrisi tidak diperlukan oleh anak pada umumnya. Untuk bayi yang sudah berumur 6 bulan dan minum jus, jangan tambah jumlah jus yang ia minum dalam sehari, tapi Anda bisa menambahkan air pada jus untuk meningkatkan asupan cairan yang masuk ke tubuhnya.

  • Bila bayi Ibu minum 3 hingga 4 ounce (88 – 118 ml) jus sehari, Anda bisa menambahkan air hingga menjadi 6 atau 8 ounce (177 – 236 ml) cairan sehingga dehidrasi pada anak tidak terjadi. Asosiasi dokter anak di Amerika menyarankan para orangtua untuk membatasi asupan jus hingga 4 sampai 6 ounce per hari untuk anak usia 1 hingga 6 tahun. Jangan berikan minuman berkarbonasi pada bayi di usia berapapun, karena bisa merusak gigi dan umumnya minuman jenis ini tidak menyehatkan.

Q&A seputar dehidrasi pada anak

  1. Apakah dehidrasi pada anak dapat mengancam jiwa?

    Dehidrasi adalah hilangnya cairan tubuh, yang terdiri dari air dan garam. Dehidrasi pada anak bisa menjadi sangat berbahaya, terutama pada bayi dan balita. Anak-anak dapat terancam jiwanya jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat.

  2. Seberapa sering dehidrasi pada anak terjadi? 

    Dehidrasi pada anak paling sering terjadi ketika ia terkena virus perut.  Anak yang sehat hampir tidak pernah mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada anak juga kerap diakibatkan oleh penyakit perut seperti gastroenteritis. Selain itu dehidrasi pada anak juga bisa terjadi ketika mereka kurang mendapat cairan ketika berada di luar saat cuaca sedang panas-panasnya.

  3. Kondisi apa saja yang patut diwaspadai dan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi pada anak?

    Ada beberapa kondisi yang rentan mengakibatkan dehidrasi pada anak. Di antaranya adalah:

    • Kepanasan. Terlalu banyak aktivitas di cuaca yang panas atau hanya duduk di ruang yang sesak dan panas bisa memicu keluarnya keringat dan kekurangan cairan. Berikan bayi Ibu lebih banyak cairan dari biasanya pada saat cuaca terasa panas supaya tidak terjadi dehidrasi pada anak.

    • Diare. Jika bayi Ibu mengidap penyakit usus, terutama gastroenteritis yang akut, ia akan kehilangan banyak cairan melalui diare dan muntah. Itu berarti Ibu patut mewaspadai terjadinya dehidrasi pada anak.

      Jangan berikan jus buah, yang bisa membuat kondisinya bertambah buruk. Jangan pula Ibu berikan obat diare tanpa resep dari dokter.

      Sebaliknya, untuk terhindar dari dehidrasi pada anak, upayakan buah hati Ibu minum lebih banyak ASI atau susu formula, dan suplemen dengan sedikit air jika ia berumur lebih dari 6 bulan. Jika ia masih di umur 3 bulan dan mengalami dehidrasi pada anak, Ibu mungkin bisa memberinya cairan elektrolit.

      Bila dehidrasi pada anak Ibu disebabkan oleh diare, kotorannya akan bertekstur encer. Jika ia kehilangan cairan tubuh dalam bentuk muntah sehingga mengakibatkan dehidrasi, frekuensi buang air besarnya akan menjadi lebih sedikit.

    • Demam. Berikan bayi Ibu banyak cairan, karena ketika demam si kecil berpotensi mengalami dehidrasi pada anak. Jika ia mengalami kesulitan untuk menelan, tanyakan dokter apakah Ibu bisa memberikan obat seperti acetaminophen atau ibuprofen (bila ia telah berumur 6 bulan), untuk mengatasi rasa tidak nyamannya.

    • Menolak untuk minum. Sakit tenggorokan atau penyakit tangan, kaki, dan mulut (flu singapura) bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada mulut yang membuat bayi menolak untuk minum dan mengakibatkan dehidrasi pada anak. Mintalah saran dokter tentang pemberian acetaminophen atau ibuprofen untuk meringankan keluhannya jika ia sudah berumur 6 bulan. Lalu lanjutkan dengan memberinya cairan dalam jumlah sedikit tapi sering, terutama dalam bentuk ASI atau susu formula, ditambah sedikit air jika ia sudah berumur 6 bulan.

    • Muntah. Virus dan infeksi usus bisa memicu muntah yang pada akhirnya mengakibatkan dehidrasi pada anak. Jika bayi Ibu kesulitan menerima cairan, ia bisa dengan mudah terkena dehidrasi pada anak. Coba berikan cairan dalam jumlah sedikit tapi sering, terutama dalam bentuk ASI dan susu formula, ditambah sedikit air jika ia sudah berumur 6 bulan.

      Cairan elektrolit juga bisa meringankan kondisi bayi yang mengalami dehidrasi dan juga muntah. Mulailah dengan memberikan minum dalam jumlah sediki tapi perlahan dan sering saat kondisi perutnya sudah tenang, yaitu sekitar 1 sendok teh (5 ml atau cc) setiap 10 menit selama beberapa jam. Lalu bila bayi Anda mau meminumnya, Anda bisa menambah jumlahnya menjadi 2 sendok teh (10 ml atau cc) pada setiap 5 menit.

  4. Bagaimanakah cara terbaik mengatasi dehidrasi pada anak bayi?

    • Memastikan ia mendapat cukup cairan, terutama jika ia mengalami diare atau muntah. Cara memberikannya sebaiknya sedikit demi sedikit namun konsisten daripada langsung memberikan satu botol penuh karena dikhawatirkan akan memperparah muntahnya. Daripada memberikan si kecil minum setiap tiga jam sekali, sebaiknya Ibu mencoba setiap setengah jam sekali dalam jumlah kecil. Dengan begitu, asupan cairannya lebih terjaga.

    • Ibu juga dapat memberikan bayi atau balita ibu electrolyte solution.

    • Bayi Ibu perlu penanganan medis jika tanda-tanda dehidrasi tidak kunjung hilang dan bahkan makin parah. Segera bawa si kecil ke dokter atau rumah sakit, ya Bu.

(Ismawati & Dini)

Follow Ibupedia Instagram