Ibupedia

6 Cara Mengajarkan Anak Toilet Training

6 Cara Mengajarkan Anak Toilet Training
6 Cara Mengajarkan Anak Toilet Training

Keluar dari kamar mandi, Bunda Dara hampir saja terpeleset ketika kakinya tak sengaja menginjak cairan berceceran di lantai. Tak jauh dari situ, ia melihat Lulu, putri kecilnya, masih tetap asyik bermain meski celananya sudah basah oleh pipis. “Hmmm, it’s still long way to go,” gumamnya dalam hati. Bunda Dara memang sedang menerapkan potty training untuk batitanya. Apakah Bunda juga mengalami hal serupa?

Potty training merupakan istilah untuk melatih batita untuk buang air kecil maupun buang air besar di kamar mandi. Potty training menjadi satu tahap perkembangan anak yang prosesnya tidak bisa dipastikan berapa lama. Beberapa anak menguasai potty training dalam hitungan hari saja tapi anak-anak lainnya memerlukan waktu berbulan-bulan. Pada umumnya, semakin kecil usia anak saat memulai potty training, akan semakin lama waktu yang dibutuhkan.

Hal Yang Perlu Disiapkan Sebelum Potty Training

Bunda, ada beberapa hal yang perlu dicermati saat kita memutuskan untuk menerapkan potty training pada batita, antara lain :

1. Ukur Kesiapan Bunda dan Si Kecil

Saat anak memasuki usia satu tahun, dia baru mulai mengerti saat kandung kemihnya penuh itu adalah pertanda ia akan pipis. Beberapa orang tua ada yang mengajarkan potty training pada bayi, beberapa anak siap melakukan potty training di awal usia 18 bulan, sementara yang lain sama sekali tidak tertarik pada potty training hingga mereka berusia 3 tahun. Banyak orang tua mengajarkan potty training saat anak mereka berumur sekitar dua setengah tahun.

Jadi tidak ada standar umur yang dapat digunakan sebagai tanda kesiapan anak untuk memulai potty training. Sebagai gantinya, akan muncul tanda bahwa si kecil telah siap, seperti :

  • Ia bisa mengikuti dan mengerti perintah sederhana dari Anda.

  • Ia sudah dapat berjalan dan duduk dengan tidak goyah.

  • Ia sudah mampu mengenakan dan melepas celana sendiri.

Yang paling penting untuk diperhatikan, jangan memaksa anak karena pemaksaan di saat ia tidak siap justru akan berdampak negatif. Jangan juga berharap si bungsu akan berproses dengan tahapan yang sama dengan kakaknya. Anak ke-dua dan berikutnya memang belajar lebih cepat dari anak pertama. Sedangkan anak lelaki cenderung lebih lambat dari anak perempuan.

Pertimbangkan juga kondisi lain yang sedang dihadapi anak seperti masuk ke sekolah baru, penggantian pengasuh, atau mendapatkan adik baru. Begitu pula bila Anda sedang mengalami ngidam, mengganti model rumah, atau mendapatkan pekerjaan atau jabatan baru di kantor. Tunggulah hingga beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan sampai Bunda dan si kecil benar-benar siap serta situasi dan kondisi ikut mendukung.

2. Beli Peralatan yang Tepat

Belilah kursi pipis (potty chair) atau adapter seat yang bisa digunakan pada toilet biasa. Adapter seat ini dapat membantu batita Bunda merasa nyaman duduk di toilet dewasa tanpa khawatir akan terjatuh. Tanyakan warna atau bentuk karakter yang ia inginkan dan biarkan ia memilih kursi potty-nya sendiri. Setiba di rumah, tuliskan namanya dan bantu ia bermain dan belajar menggunakannya.

Jika Anda membeli kursi potty untuk anak laki-laki, carilah potty chair tanpa urine guard. Urine guard biasanya digunakan oleh laki-laki yang harus menggunakan toilet dengan posisi duduk untuk mencegah urin yang keluar berceceran di bagian bawah toilet. Memang, sih, Bunda jadi perlu membersihkan pipis yang membasahi lantai tapi urine guard ini kadang membentur dan menggesek daerah vital anak saat ia duduk di potty. Si kecil menjadi terganggu dan tentu saja proses training-nya menjadi terhambat.

Saat Bunda memilih untuk menggunakan adapter seat untuk potty training si buah hati, pastikan juga keamanan dan kenyamanannya. Sekarang banyak pilihan adapter seat dengan warna dan gambar-gambar karakter menarik, loh Bun. Jangan lupa beli juga bangku kecilnya. Bangku kecil ini untuk membantu anak naik dan turun dari toilet dengan cepat dan mudah, juga sebagai pijakan kaki saat ia duduk yang membantunya mendorong saat poop (buang air besar).

3. Gunakan Training Pants

Saat mengajarkan potty training, Bunda sebaiknya menggunakan training pants untuk si kecil, yaitu popok kain yang bisa dicuci berulang yang dipakai dan dicopot seperti celana dalam. Dengan menggunakan training pants, saat si kecil pipis, air seninya tidak akan berceceran ke mana-mana. Tapi si kecil tetap merasa basah (tidak kering seperti saat sedang menggunakan popok) yang bisa membuatnya cepat belajar untuk potty training.

Celana training berbahan kain ini memang kurang nyaman dibandingkan popok sekali pakai. Banyak orang tua berpendapat dengan menggunakan training pants, batita dapat langsung merasakan saat ia pipis atau poop di celana. Bila Bunda memilih untuk menggunakan training pants ini, perkenalkan kepada batita Anda secara bertahap. Mungkin dengan mengenakannya beberapa jam dalam sehari dan tetap menggunakan popok di malam hari.

4. Tunjukkan Caranya

Anak belajar dengan melihat dan meniru Anda menggunakan kamar mandi. Itu merupakan satu hal yang natural untuk membantunya memahami penggunaan toilet. Untuk anak laki-laki, lebih mudah mengajarkannya pipis dengan posisi duduk. Nanti, setelah ia menguasainya, dia bisa melihat ayah, kakak laki-laki, atau temannya yang pipis dengan berdiri. Ia dengan mudah akan menirunya tanpa Anda perlu repot mengajarkannya.

Bunda, saat menunjukkan cara menggunakan toilet, bicarakan bagaimana Anda tahu itu adalah waktu untuk ke kamar mandi misalnya dengan mengatakan “Bunda mau pipis dulu ya…,” lalu turunkan celana dalam Anda dan jelaskan apa yang terjadi, biarkan ia melihatnya. Perlihatkan padanya bagaimana menggunakan tisu toilet, menaikkan celana dalam Anda, menyiram toilet, dan mencuci tangan.

Meskipun Anda membantu si kecil dengan aktifitas ini terutama saat membersihkan badannya setelah ia poop, namun melihat secara langsung saat Anda mendemonstrasikannya, dan mendengar Anda membicarakannya akan membantu buah hati Bunda memahami semua proses dengan lengkap. Perlu diingat, untuk anak perempuan, saat membersihkan diri pastikan melakukannya dari depan ke belakang, terutama setelah poop. Hal ini untuk mengurangi resiko infeksi saluran kencing.

5. Jelaskan Prosesnya

Jelaskan pada batita Anda hubungan antara poop dan toilet. Ketika ia poop di popok, bawa ia ke potty-nya, dudukkan, dan kosongkan popoknya. Biarkan dia menyiram toilet bila ia ingin melakukannya, sehingga ia bisa melihat kotorannya menghilang. Tapi bila ia merasa takut, jangan memaksa ya, Bun.

Anda juga mungkin ingin menggunakan buku atau video bertema potty training untuk membantu batita Bunda mendapatkan semua informasi baru.  Everyone Poops, oleh Taro Gomi, Where's the Poop? dan Once Upon a Potty, bisa menjadi referensi menarik untuk Anda. Buku  atau poster yang menggambarkan langkah menggunakan potty membuat batita Anda terbiasa dengan proses potty training dan menghubungkannya dengan apa yang ia lakukan di kamar mandi.

6. Ciptakan Rutinitas

Tempatkan batita Bunda di potty-nya dengan berpakaian lengkap pada setiap kesempatan yang memungkinkan seperti setelah sarapan, sebelum mandi atau saat ia hendak poop. Setelah ia terbiasa dengan rutinitas ini, mulailah mendudukkan si kecil di potty chair tanpa celana. Biarkan ia menyadari bahwa ayah, bunda, dan saudara kandung lainnya juga melepas celana sebelum menggunakan kamar mandi.

Bila duduk di potty membuat batita Bunda kesal atau marah, tidak perlu memaksanya ya, terutama bila ia terlihat takut. Lebih baik menyingkirkan si potty selama beberapa minggu lalu memulai kembali dari awal. Bila ia ingin duduk kembali di sana, itu artinya ia sudah merasa nyaman untuk melanjutkan training-nya.

Motivasi batita Bunda untuk duduk di potty kapanpun ia merasa ingin poop. Jika ia memerlukan bantuan untuk naik ke toilet atau mencopot popoknya, pastikan dia mengerti bahwa tidak apa meminta bantuan Anda kapanpun.

Jika perlu, biarkan ia berlarian bermain tanpa memakai celana dalam dan letakkan potty chair di dekat area ia bermain. Semakin sering waktu yang ia habiskan tanpa popok, semakin cepat kemungkinan ia belajar. Katakan pada buah hati Bunda kalau ia bisa menggunakan potty-nya kapanpun.

Kadang batita tidak mau duduk tenang di potty-nya hingga ia selesai BAB atau BAK. Jadi peran Bunda sangat penting untuk membuatnya betah. Bujuk ia untuk duduk di sana setidaknya selama satu menit. Bunda dapat menemaninya dan berbincang dengannya atau membacakan buku untuk membuatnya bertahan di tempat duduknya.

Ketika batita Anda berhasil menggunakan potty-nya dengan baik, berikan pujian untuknya. Pujian akan memberi dorongan positif. Namun, selanjutnya, dia mungkin akan masih melakukan kesalahan, tapi setidaknya dia telah mulai memahami bahwa menggunakan potty  dengan baik adalah sebuah prestasi.

Perkenalkan Potty Training di Malam Hari

Meski anak Anda bisa berhasil tidak mengompol sepanjang siang, masih dibutuhkan beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun lagi untuk membuatnya tidak mengompol di malam hari. Di usia balita, tubuhnya masih terlalu muda untuk bangun di tengah malam hanya untuk ke kamar mandi. Jadi sangatlah normal bila anak masih mengompol sesekali di malam hari hingga ia mencapai usia awal masuk sekolah.

Batita Anda masih perlu memakai popok saat tidur di malam hari tapi bujuk ia untuk menggunakan potty bila ia ingin pipis atau poop di malam hari. Anda juga bisa meletakkan potty di dekat tempat tidurnya sehingga ia bisa segera menggunakannya.

Bila ia berhasil tidak mengompol sepanjang malam, itu artinya ia siap untuk memulai potty training di malam hari. Untuk memulainya, Bunda bisa gunakan perlak di bawah seprei untuk melindungi kasur. Minta ia ke toilet sebelum Anda menidurkannya. Lalu lihat apa yang terjadi! Biasakan anak Anda menggunakan kamar mandi juga setelah bangun tidur ya Bun.

Tapi ingat, tidak semua anak itu sama. Bisa jadi buah hati Anda belum bisa tidak mengompol pada siang dan malam hari. Memang tidak banyak yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kondisi ini. Hal kecil yang dapat Anda lakukan adalah membatasi cairan yang ia minum sebelum tidur. Tapi bila batita Anda masih mengompol saat tidur, pakaikan lagi popoknya, dan mulai kembali beberapa bulan kemudian saat usianya sudah sedikit lebih besar.

Percaya atau tidak, saat anak Anda secara fisik dan mental siap untuk mempelajari keterampilan baru ini, ia akan mampu melakukannya. Dan bila Anda menunggu sampai ia benar-benar siap, prosesnya tentu tidak akan terlalu melelahkan bagi Anda berdua. Keberhasilan dalam potty training merupakan keberhasilan Anda dan si kecil. Setelah ia mampu menguasainya, Anda tidak perlu lagi menyisihkan uang belanja untuk keperluan popoknya, setidaknya sampai kelahiran anak berikutnya.

Sikapi Kemunduran dengan Tenang

Bunda Annisa merasa kecewa, minggu lalu Aldo, putra batitanya sudah dapat menggunakan potty chair-nya dengan sangat baik. Namun, beberapa hari belakangan ini ia kembali pipis di celana.

Potty training memang bisa menjadi sesuatu yang sulit tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi orang tua. Ingat ya, Bun, kemunduran sementara sangatlah normal. Biasanya anak akan mengalami beberapa insiden kecil sebelum akhirnya mampu tetap kering sepanjang hari.

Sebuah insiden tidak menandakan Anda gagal. Jangan marah atau menghukum anak Anda. Lagipula, hal ini terjadi karena perkembangan otot yang membuat ia menahan  diri untuk berkemih, dan ia masih pada tahap belajar tentang pentingnya menggunakan potty. Semua perlu waktu, kan Bun?

Yang perlu Bunda lakukan adalah mencegah insiden kecil itu terjadi lagi dengan memakaikan pakaian yang mudah dicopot dengan cepat. Jika masih terjadi juga, tetap berpikir positif. Sarankan dengan manis pada batita Bunda untuk menggunakan potty-nya. 

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram