Ibupedia

6 Hal tentang Refleks Bayi Muntah dan Cara Mencegahnya

6 Hal tentang Refleks Bayi Muntah dan Cara Mencegahnya
6 Hal tentang Refleks Bayi Muntah dan Cara Mencegahnya

Salah satu hal yang paling membuat panik para ibu adalah ketika bayi muntah, terutama pada awal-awal menjalani MPASI. Kekhawatiran bayi muntah biasanya dirasakan para ibu yang menerapkan metode BLW (baby-led weaning), meski tidak sedikit juga yang tidak menerapkan metode BLW namun tetap mewaspadai kemungkinan bayi muntah saat sedang menikmati MPASI-nya.

Kekhawatiran para ibu akan bahaya tersedak makanan sehingga bayi muntah saat memberikan MPASI kepada si kecil dapat dimengerti. Ibu mana yang tega melihat bayinya yang sedang asyik makan sayur kukusnya tiba-tiba tercekat, tampak seperti sulit bernapas, dan sesaat kemudian memuntahkan makanannya? Ibu pun khawatir si bayi akan trauma makan karena bayi muntah itu tentu pengalaman yang sangat tidak mengenakkan.

Tapi tahukah Ibu, tidak semua bayi muntah saat makan itu berarti ia choking (tersedak). Bisa jadi bayi muntah disebabkan oleh refleks gagging yang sebenarnya alamiah dan tidak apa-apa. Meski begitu, Ibu tetap harus mewaspadai kemungkinan meningkatnya gag reflex menjadi choking.

Gagging adalah refleks normal pada bayi terutama yang baru belajar makan makanan padat. Nah, dengan gag reflex ini bayi muntah secara otomatis saat makanannya terlalu masuk ke dalam. Saat makanannya terlalu besar atau terlalu dalam masuk ke mulut, reaksi tubuh alami yang terjadi adalah bayi muntah untuk menghindari choking (tersedak).

Untuk lebih jelasnya, simak yuk penjelasan seputar bayi muntah, perbedaan gagging dan choking berikut.

Beberapa hal seputar bayi muntah, gagging, dan choking

1. Apa itu gagging atau gag reflex?

Ketika bayi muntah saat makan, bisa jadi ia sedang belajar mengontrol makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Itu sebabnya si bayi muntah sebagai refleks alami tubuh ketika makanan yang masuk ke mulut terlalu dalam atau terlalu besar dan banyak. Nah, mekanisme alami tubuh mengeluarkan benda-benda asing dari dalam tubuhnya lewat bayi muntah itulah yang dinamakan gagging.

Lebih jelasnya lagi, gagging atau gag reflex, atau dikenal juga sebagai pharyngeal reflex atau laryngeal spasm, adalah refleks alami atau kontraksi bagian belakang tenggorokan yang dipicu oleh sebuah objek yang menyentuh langit-langit mulut, bagian belakang lidah, area sekitar tonsil, atau bagian belakang tenggorokan. Gag reflex ini melindungi bayi dari tersedak (choking), sekaligus membantu bayi melakukan proses transisi saat beralih dari makanan cair ke makanan padat.

Tidak hanya bayi, kita semua sebenarnya memiliki gag reflex, yang merupakan respon otomatis untuk membantu mencegah tersedak. Hingga bayi Ibu berumur 4 hingga 6 bulan, ia memiliki refleks yang menyebabkan ia mendorong lidah ke arah depan kapanpun bagian belakang tenggorokannya terstimulasi. Itu sebabnya mengapa bayi muntah saat awal-awal menjalani MPASI.

Bayi muntah saat pertama kali diberikan MPASI adalah hal yang biasa terjadi. Meski normal dan tidak apa-apa, namun refleks lidah ini bisa membuat proses awal pemberian MPASI menjadi cukup sulit. Memaksa bayi untuk makan lebih banyak dari yang ia inginkan juga bisa menyebabkan bayi muntah, begitu juga makanan yang terlalu banyak atau makanan yang tidak ia suka berada di dalam mulutnya, bahkan setelah refleks dorongan dari lidah telah menghilang.

Bahkan, beberapa bayi muntah karena jari mereka sendiri hingga mereka tahu seberapa jauh mereka bisa memasukkan benda ke dalam mulut. Dan hingga mereka mengetahui ritme menghisap, beberapa bayi  muntah karena ASI atau susu formula, terutama jika alirannya mengalir terlalu cepat bagi mereka.

2. Apakah gagging berbahaya?

Bayi muntah karena gag reflex itu tidak berbahaya, karena ini merupakan cara alami tubuh melindungi jalan napas dan sebagai respon normal terhadap rasa-rasa baru. Diane Bahr, penulis buku Nobody Ever Told Me (Or My Mother) That! mengungkapkan, bayi baru lahir akan merasakan pengalaman bayi muntah jika sesuatu yang tidak dikenalnya (benda-benda asing) menyentuh tiga perempat bagian belakang lidahnya.

Seiring pertumbuhan, refleks bayi muntah ini bergeser lebih jauh lagi ke dalam. Ketika bayi berusia 10 bulan, bayi muntah ketika sesuatu menyentuh sepertiga bagian belakang lidah. Pada akhirnya, ketika refleks bergeser lebih jauh ke belakang, bayi akan mempelajari "pengalaman mulut" yang baru dan terus mengeksplorasi mainan, makanan, dan jari-jari dengan mulutnya, mempelajari apa yang harus dia lakukan.

3. Kapankah gagging patut diwaspadai?

Meski tidak berbahaya karena merupakan respon alami tubuh, bukan berarti kita tidak perlu mewaspadai gagging, ya Bu. Pertanyaannya, kapankah gag reflex yang menyebabkan bayi muntah ini perlu diwaspadai?

Pada bayi yang masih menyusu atau minum ASIP maupun formula lewat botol, gagging atau bayi muntah yang terlalu sering dapat mengindikasikan hilangnya kontrol cairan di dalam mulut. Ini juga merupakan tanda-tanda bahwa bayi Ibu dalam kesulitan mencegah cairan menutupi jalan napasnya.

Begitu pun pada bayi yang lebih besar, yang sudah mulai MPASI, ketika ia makan dan terlalu sering gagging, bisa jadi ia kesulitan mengkoordinasikan gerakan mulut dalam mengunyah makanan padat dan itu bisa memicu masalah komplikasi serius.

Karena itu, Ibu perlu mewaspadai jika saat menyusu atau menikmati MPASI-nya, bayi Ibu sering terbatuk-batuk, warna di sekitar bibir atau matanya berubah, atau terjadi perubahan tiba-tiba pada pola napasnya. Dikhawatirkan, bayi Ibu mengalami choking (tersedak), dan bukan sekadar bayi muntah karena gag reflex. Coba diskusikan masalah bayi muntah terlalu sering ini kepada DSA anak Ibu ketika kontrol bulanan, apakah bayi muntah seperti itu masih normal, atau karena ia mengalami masalah kesehatan serius yang memerlukan penanganan khusus.

Bagaimanapun juga, gagging atau bayi muntah bukanlah pengalaman yang menyenangkan bagi si kecil, dan juga bagi Anda, ibunya. Jika terlalu sering bayi muntah saat sesi makan, apalagi jika setiap hari atau selalu pada makanan atau tekstur makanan tertentu, ia akan cenderung tidak menyukai makanan tersebut. Padahal, belajar makan seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi si kecil.

Makan adalah salah satu proses perkembangan bayi, dan terlalu sering bayi muntah dapat mengakibatkan bayi berhenti pada perkembangan tersebut. Walhasil, bayi muntah --jika terlalu sering-- dapat memicunya menjadi picky eatertakut melihat makanan. Keengganan si kecil belajar makan ini dipicu oleh pengalaman negatif bayi muntah berulang kali.

Jadi, jika Ibu mengamati bayi Ibu selalu kesal setelah bayi muntah atau menghindari makanan tertentu yang membuatnya muntah, nggak ada salahnya meminta bantuan profesional, ya. 

4. Apakah gagging bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan yang serius?

Ya, bayi muntah dan mengeluarkan makanannya atau gagging bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan yang kurang baik. Lebih lanjut lagi, gagging atau bayi muntah yang terlalu sering dapat menjadi pertanda si kecil mengalami GER (gastroesophageal reflux)di mana isi lambung naik ke kerongkongan. GER kerap terjadi saat bayi makan, namun bisa juga terjadi sepanjang hari saat bayi dalam posisi tidur atau duduk di car seat. Jika makanan atau isi lambung terhirup ke paru-paru, maka ini dapat membahayakan si kecil.

Jika berlarut-larut, GER juga dapat berkembang menjadi GERD (gastroesophageal reflux disease), kondisi kronis yang membutuhkan intervensi profesional untuk mencegah kerusakan esofagus. Jadi, tetap pantau kondisi saat bayi muntah, ya Bu.

5. Apa perbedaan gagging dan choking?

Gagging dan choking tidak sama. Gagging adalah upaya refleks tubuh mendorong sesuatu keluar dari jalan napas, sementara choking alias tersedak disebabkan oleh makanan atau objek yang menutup jalan napas, baik sebagian maupun menyeluruh.

Ketika bayi muntah karena gag reflex, itu pertanda alami tubuh tengah melindungi dirinya dari choking. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan gagging merupakan warning akan terjadinya episode choking.
Salah satu yang bisa membedakan gagging (bayi muntah) dan choking (tersedak) adalah suaranya. Ketika bayi tersedak (choking), ia hampir tidak mengeluarkan suara. Tapi perhatikan si kecil, Bu. Mulutnya terbuka dan seperti tercekat, sulit bernapas karena jalan napas tersumbat, matanya melotot dan berair, bibir dan wajah memucat. Itu adalah tanda bahaya dan dapat mengancam jiwa. 

Sementara jika gagging, bayi masih mengeluarkan suara seperti batuk-batuk. Wajahnya memerah dan tidak terlalu pucat. Setelah itu, bayi muntah dan biasanya dapat melanjutkan makannya kembali. Intinya, gagging tidak berbahaya, sedangkan choking dapat mengancam keselamatan si kecil. Karena itu, jangan biarkan si kecil makan tanpa didampingi orang dewasa, ya Bu. Jangan pula membiarkan bayi bermain-main sendiri dengan objek-objek kecil untuk meminimalisasi risiko tersedak yang mengancam jiwa.

Berikut adalah kondisi bayi yang berisiko atau berpotensi mengalami tersedak (choking):

  • Gagging atau bayi muntah yang terlalu sering dan menunjukkan rasa tidak nyaman, panik, takut, atau tersiksa setiap kali makan.
  • Berkurangnya nafsu makan.
  • Konsisten terbatuk-batuk setiap kali makan atau minum, atau setiap selesai makan atau minum.
  • Berulang kali demam ringan.
  • Hanya mau makan makanan tertentu selama lebih dari tiga minggu.
  • Berat badan rendah dan perkembangannya menurun.
  • Langsung menelan makanan bulat-bulan tanpa dikunyah atau dikunyah namun seminimal mungkin.

Jika bayi tersedak (choking), Ibu dapat melakukan pertolongan pertama yang akhirnya membuat bayi muntah dan mengeluarkan benda asing yang ditelannya. Salah satu caranya, Ibu tidak memberinya minum. Jika memberinya minum, dikhawatirkan akan semakin mendorong benda asing yang masuk ke mulut si kecil lebh dalam lagi.

Coba baringkan bayi Ibu di paha dengan posisi wajah menghadap bawah, posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, sementara kepala, pipi, dan rahang disangga dengan jari-jari Ibu. Kemudian tepuk-tepukkan punggung si kecil sebanyak lima kali. Tepukannya tentu yang lembut, ya Bu. Namun jika pertolongan pertama ini tak juga berhasil membuat bayi muntah dan mengeluarkan benda asing yang ditelannya, segera bawa ke dokter atau rumah sakit, ya Bu.

Satu tips lagi nih, ketika bayi tersedak, Ibu sebaiknya tidak mengangkatnya karena dikhawatirkan akan membuat benda atau makanan yang ditelannya makin dalam masuk hingga saluran paru-paru.

6. Apa yang harus dilakukan bila bayi gagging?

a. Tetaplah tenang saat bayi muntah ketika makan atau Terdengar klise, tapi memang benar, Bu. Jika Ibu panik, maka si kecil akan ikut panik juga yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko bayi tersedak (choking).

b. Amati respon bayi muntah Ibu. Jika tidak ada tanda-tanda tersedak (choking), tunggulah beberapa detik dan lihat apakah bayi kembali merasa nyaman dan bisa melanjutkan makannya.

c. Jika tak ada tanda-tanda tersedak, anak yang lebih besar dapat diminta minum air putih dengan bantuan sedotan biasa, bukan sippy cup yang memiliki sedotan lebar. Sedotan biasa dapat mengalirkan air lebih banyak yang dapat membantu menghilangkan perasaan tidak nyaman saat bayi muntah (gagging) atau partikel sisa makanan. 

Sementara sippy cup mengharuskan anak untuk memiringkan cangkir dan mengangkat dagunya, sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan potongan makanan makin terdorong ke saluran napas. Menjaga level dagu atau sedikit miring ke bawah, seperti halnya sedotan biasa, dapat mengurangi kemungkinan tersedak. Bayi yang belum belajar minum dari sedotan dapat diberikan cangkir terbuka seukuran bayi (dipegang oleh orang dewasa) untuk menyesap air sedikit demi sedikit.

d. Supaya tidak terlalu sering bayi muntah atau gagging, pastikan MPASI si kecil memiliki tekstur yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Ketika mengawali MPASI pada usia 6 bulan, misalnya, berikan puree buah atau sayur, kemudian seiring bertambahnya usia tingkatkan teksturnya menjadi tidak terlalu lembut, dan pada akhirnya dapat diberikan finger foods, seperti sayur-sayuran kukus yang dipotong sesuai genggaman tangan si kecil, atau buah-buahan, dan lain-lain.

e. Terkadang bayi muntah atau gagging karena jenis atau tekstur makanan tertentu. Beberapa bayi memiliki gag reflex lebih sensitif dibandingkan lainnya. Nah, jika bayi Ibu termasuk yang sensitif gag reflex-nya, cobalah berkonsultasi dengan DSA si kecil untuk mendapatkan solusi yang tepat mengenai masalah ini.

f. Selalu dampingi dan perhatikan si kecil saat makan agar risiko bayi muntah atau bahkan tersedak (choking) dapat diminimalisasi.

7. Cara mencegah bayi muntah atau gagging

a. Ketika bayi berusia enam bulan ke atas, ia mulai diperkenalkan dengan MPASI. Mulailah dengan puree yang lembut agar ia melakukan penyesuaian dari makanan cair ke makanan padat. Jika Ibu menyuapinya, berikan suapan kecil-kecil saja, jangan langsung suapan besar agar tidak terjadi bayi muntah. Percaya deh, lama-lama si kecil juga akan mampu menakar sendiri makanan yang masuk ke mulutnya. Jadi santai saja ya Bu, tidak perlu terburu-buru.

b. Beberapa makanan tidak boleh diberikan kepada anak di bawah usia tiga tahun karena berisiko mengakibatkan makanan tersangkut di kerongkongan dan akhirnya tidak sekadar mengakibatkan bayi muntah melainkan tersedak yang membahayakan jiwa. Makanan yang dimaksud misalnya buah atau sayuran mentah yang keras seperti wortel, tomat ceri utuh atau anggur, whole nuts, atau sosis matang potongan besar.

c. Pastikan bayi duduk tegak saat makan tanpa bantuan.

d. Letakkan sedikit makanan dalam sendok. Julurkan sendok dan tempatkan sedikit makanan di depan lidahnya, bukan dengan meletakkan satu sendok penuh berisi makanan. Dengan cara ini, bayi Ibu bisa menghisap makanan dari sendok tanpa langsung merasakannya pada bagian belakang tenggorokan sehingga menimalisasi risiko bayi muntah, gagging, atau bahkan tersedak.

e. Agar bayi muntah tidak terlalu sering, Ibu perlu mencoba membuat bayi rileks saat diberi makan atau disusui dan Ibu tidak boleh memaksa si kecil untuk makan lebih dari yang ia inginkan. Jika ia diberi susu melalui botol, Ibu perlu memastikan lubang pada bagian dot botol memiliki ukuran yang tepat. Jika lubang dot terlalu besar, maka akan terlalu banyak ASIP atau susu formula yang keluar dalam satu waktu.

f. Jika bayi Ibu mendorong makanan dengan lidahnya, ini bukan berarti ia tidak menyukai makanan yang Ibu berikan. Ia hanya sedang mencoba mencari tahu cara baru untuk makan dan mengurangi risiko bayi muntah. Jadi Ibu perlu memberinya makan dengan perlahan ketika ia melakukannya. Setelah beberapa kali mencoba, bayi Ibu bisa mulai menggunakan lidahnya untuk menggerakkan makanan ke belakang mulut. Jika ia masih mengalami kesulitan menelan makanan setelah 1 minggu, ini berarti ia belum siap untuk menerima makanan padat.

g. Ketika bayi Ibu siap untuk table food, Ibu perlu mengawasi agar risiko bayi muntah atau tersedak terminimalisasi ketika ia makan sendiri. Ibu perlu memotong makanan dalam potongan kecil dan menghindari makanan yang berisiko mengakibatkan tersedak seperti kismis, anggur, kacang, atau popcorn. Potongan sosis juga sering kali membuat bayi dan batita mengalami kesulitan. Berikut panduannya, Bu:

- Makanan dengan potongan besar

Makanan dengan potongan ukuran besar dapat tersangkut di tenggorokan anak Ibu. Karenanya jangan pernah lupa memotong anggur menjadi setidaknya empat bagian sebelum menyodorkannya pada si kecil. Begitu juga dengan buah lainnya. Untuk sayuran, Ibu dapat merebusnya terlebih dulu untuk mendapatkan tekstur yang diinginkan lalu kemudian iris atau parutlah.

- Makanan kecil yang keras

Permen, kacang, dan popcorn berpotensi mengakibatkan bayi muntah dan bahkan tersedak. Biji-bijian mungkin terlalu kecil untuk menyebabkan bayi muntah atau tersedak namun makanan ini tetap berbahaya karena dapat tertahan di jalan udara anak dan menyebabkan infeksi.

- Makanan bertekstur lembut dan lengket

Penyebab bayi muntah lainnya adalah makanan lembut seperti jelly atau permen karet karena dapat tersangkut di tenggorokan si kecil. Begitu juga tekstur mentega kacang yang dapat membuatnya sulit untuk ditelan dengan aman oleh anak.

h. Hindari membiarkan bayi makan di dalam mobil agar risiko bayi muntah terminimalisasi. Ibu akan kesulitan mengawasinya makan saat sedang mengemudi.

i. Pastikan anak makan dalam posisi duduk. Jangan biarkan ia makan sambil berbaring, berjalan, memanjat, atau berlarian supaya tidak terjadi risiko bayi muntah.

j. Jangan biarkan anak bermain dengan kancing, koin, balon, batu kecil, atau benda lain yang ukurannya lebih kecil dari 1,5 inci.

k. Agar tidak terjadi bayi muntah, iangan biarkan si kecil bermain dengan kemasan bedak bubuk. Bedak dapat keluar dari wadahnya dan menyumbat tenggorokan si kecil.

l. Ingat untuk tidak meninggalkan ruangan ketika bayi Ibu sedang makan. Jika bayi muntah terlalu sering ketika meneguk cairan dengan makanan, Anda bisa memberinya minum setelah ia selesai makan. Anda perlu memberitahu dokter jika si kecil masih terus muntah atau tersedak ketika diberi makanan bertekstur halus. Dokter akan memeriksa kondisi fisiknya untuk memastikan adanya masalah lain.

(Ismawati & Dini)