7 Masalah Toilet Training Anak yang Sering Dialami
Tidak jarang masalah toilet training pada anak menjadi momok bagi sebagian orangtua. Pasalnya, tahapan toilet training anak adalah keniscayaan bagi semua balita. Ada yang berjalan mulus, ada pula yang penuh rintangan.
Namun, orangtua harus gigih dan pantang menyerah. Ada banyak masalah toilet training pada anak yang dapat kita prediksi sehingga untuk selanjutnya orangtua mampu membekali diri dan menyiapkan fisik dan mental anak untuk meminimalisir masalah toilet training pada anak. Tidak hanya anak, orangtua pun wajib mempersiapkan fisik dan mental.
Bagi orangtua yang sedang menyiapkan toilet training pada anak pertama, bisa jadi ini pengalaman yang sangat menantang. Apalagi jika fase toilet training si kecil tergolong sulit. Ibu jangan khawatir, karena Ibu tidak sendiri. Masalah toilet training pada anak ini banyak dijumpai oleh berbagai orangtua lainnya.
Apa saja masalah toilet training anak yang kerap dijumpai? Simak ulasannya di bawah ini!
1. Anak menolak ke toilet
Ini adalah masalah toilet training anak yang paling sering dijumpai. Ibu harus tetap tenang jika si anak masih menolak ke toilet. Penolakan ini bisa saja merupakan salah satu tanda bawa sang anak belum siap untuk toilet training.
Saat fase toilet training, orangtua harus ikut bersikat aktif, tidak hanya berharap anak dengan kesadaran diri minta ke toilet. Orangtua wajib memperhatikan ekspresi anak saat ingin buang air kecil ataupun air besar. Selain itu, orangtua juga memperhatikan kecenderungan anak untuk buang air kecil sehingga bisa memprediksi kapan untuk segera membawa anak ke toilet.
Ibu dapat membiarkan anak duduk di pispot selama beberapa menit, kemudian jelaskan apa yang diharapkan dari ia duduk di pispot. Meski pada akhirnya ia tidak kencing, Ibu tidak boleh memaksanya karena pemaksaan akan menjadi masalah toilet training.
Penolakan dari si kecil adalah hal yang wajar karena pergi ke toilet saat hendak buang air merupakan rutinitas yang baru. Jika si kecil menolak, hormati keputusan si kecil dan bisa mengajaknya ke toilet di kesempatan berikutnya.
Pastikan Ibu memberikan rasa nyaman setiap memperkenalkan rutinitas si kecil seperti tidak memaksanya.
2. Menolak duduk di toilet
Kenyamanan kerap kali menjadi akar masalah toilet training saat anak tidak mau duduk di toilet. Berdasarkan Parenting Science, kaki anak-anak yang dibiarkan menggantung membuat anak tidak nyaman saat harus duduk di toilet. Kesulitan ini juga membuat mereka lebih sulit mengontrol otot berkemih. Untuk menyikapinya, anak bisa menggunakan toilet khusus anak atau menggunakan kursi sebagai pijakan kaki di toilet dewasa.
Seperti yang dikutip dari pernyataan Dokter Anak yang tergabung dalam Canadian Pediatric Society, penolakan juga berarti tanda psikologis bahwa anak belum siap untuk toilet training.
3. Pernah mengalami kecelakaan di toilet
Karakteristik lantai toilet yang licin memiliki potensi besar bagi si kecil untuk terpeleset dan jatuh ke kloset, ataupun tangan terjepit. Jika hal ini pernah terjadi, Ibu dapat mendampingi mereka ke toilet dan buatlah suasana yang senyaman mungkin. Hindari memarahi apalagi memaksanya.
Jika sang anak terus-terusan menolak. Hentikan untuk beberapa saat dan bisa dicoba lagi setelah beberapa hari lewat.
4. Anak masih belum bisa kontrol kapan ingin pipis
Si kecil kerap kali mengompol karena ia belum menyadari keinginannya dan belum bisa mengontrol keinginannya untuk berkemih. Namun, ia sudah tahu bagaimana rasanya ingin buang air kecil dan air besar.
Hal ini adalah wajar karena kemampuan mengontrol untuk berkemih akan berkembang seiring dengan usianya dan seiring dengan semakin seringnya toilet training, ia akan cenderung makin jarang ngompol.
5. Sering mengompol di malam hari
Masalah toilet training lainnya adalah sering mengompol di malam hari. Ibu perlu mengetahui bahwa toilet training pada fase tidur adalah yang paling sulit, terutama tidur malam yang jangka waktunya panjang. Keadaan ini membuat sebagian balita membutuhkan waktu lebih lama menyelesaikan toilet trainingnya pada waktu tidur. Jangan marahi si kecil dan lakukan antisipasi.
Ibu dapat membaca jam malam dimana anak mengompol. Misalnya anak hampir selalu mengompol jam 12 malam, maka Ibu bisa membawanya ke toilet untuk pipis pada jam setengah 12 malam.
Kejadian mengompol di malam hari masih bisa terjadi bahkan saat proses toilet training selesai. Menurut Parent Science, peneliti pada studi anak-anak Amerika Serikat menganggap toilet training sudah selesai saat maksimal anak mengompol kurang dari empat kali dalam seminggu dan dua kali buang air besar dalam celana dalam sebulan.
6. Hanya mau BAB di popok
Masalah toilet training ini menunjukkan bahwa secara fisik ia belum siap untuk toilet training. Meski secara emosional belum siap, pujilah ia karena telah mampu mengenali sinyal dari ususnya untuk buang air besar. Tetap beri saran kepada si kecil untuk buang air besar di kamar mandi
7. Hanya mau ke toilet dengan orang yang sama
Jika si kecil menginginkan ke toilet hanya dengan Ibu, ini adalah hal yang wajar. Namun perlahan tariklah diri dari proses toilet trainingnya. Misalnya hanya membukakan pintu dan mengantar di luar saja.
Layaknya orang dewasa yang kerap enggan menggunakan toilet umum, si kecil juga enggan menggunakan toilet yang bukan biasa ia gunakan. Ibu bisa menggunakan duduk toilet portabel untuk menyikapinya.
Itulah 7 masalah toilet training yang kerap muncul. Prinsip utama yang harus Ibu pegang dalam toilet training adalah buatlah senyaman mungkin dan tanpa pemaksaan.
Editor: Dwi Ratih