8 Tips Perawatan Gigi Anak untuk Mencegah Gigi Berlubang
Banyak orangtua beranggapan kalau perawatan gigi anak baru bisa dimulai saat giginya sudah tumbuh atau bahkan sudah lengkap. Padahal perawatan gigi anak sebaiknya dilakukan sejak mereka masih bayi. Walaupun giginya belum muncul ke permukaan, orangtua tetap perlu merawat kebersihan mulut bayi supaya terhindar dari berbagai risiko kerusakan gigi saat sudah besar nanti.
Selain dapat menyebabkan karies dan gigi berlubang, malas merawat kebersihan gigi dan mulut juga dapat memicu infeksi pada gusi yang dapat berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. Meski mungkin kelihatannya hanya terjadi di area mulut, tapi seperti dikutip dari laman Checkup Newsroom, beberapa studi membuktikan kalau bakteri yang menumpuk pada area mulut dapat memicu sederet penyakit seperti gangguan pernafasan, penyakit jantung, hingga malnutrisi.
Bakteri penyebab sakit gigi dapat menyebabkan peradangan pada gusi. Jika tidak diobati, bakteri bisa bergerak melalui aliran darah, yang kalau sudah parah dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Orang-orang yang sudah memiliki riwayat penyakit jantung, lebih rentan terkena endokarditis (infeksi jantung) yang dapat mengancam nyawa. Pada Ibu hamil, buruknya perawatan gigi juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur lho.
Alasan Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi Anak
- Alat bantu mendeteksi banyak masalah kesehatan
Banyak dokter gigi sepakat bahwa kondisi gigi dan mulut seseorang dapat menjadi pertanda adanya masalah pada kesehatan tubuhnya. Hanya dengan melihat kondisi gigi dan wujud gusi, dokter gigi biasanya langsung tahu kalau ada gangguan di tubuh kita dan merekomendasikan kita menemui dokter yang dapat menangani penyakit tersebut.
Jika kita peduli pada kesehatan gigi dan mulut serta rutin ke dokter gigi, ini akan membantu kita mendeteksi adanya penyakit-penyakit tertentu sedini mungkin. Dilansir dari situs Markham Stouffville Smile Centre, beberapa penyakit yang mungkin dapat dideteksi lewat pemeriksaan gigi dan mulut adalah diabetes, penyakit jantung, dan jenis-jenis kanker tertentu.
- Membuat lebih nyaman beraktivitas
Pernah dengar ungkapan “Lebih baik sakit hati, daripada sakit gigi”? Rasanya ungkapan tersebut tidak sepenuhnya bualan belaka. Sakit gigi memang dapat menurunkan mood dan membuat orang jadi lebih uring-uringan. Biasanya orang Indonesia baru mau ke dokter gigi jika sudah merasakan sakit gigi. Padahal ke dokter gigi harus dilakukan rutin setidaknya 6 bulan sekali.
Semakin rajin kita mengecek kondisi gigi dan mulut kita, semakin rendah risiko kita mengalami sakit gigi. Gigi dan mulut yang sehat akan membuat kita lebih menikmati hidup, lebih nyaman beraktivitas, dan lebih lancar berinteraksi dengan orang. Bayangkan saja, jika kita sakit gigi, mungkin kita terpaksa harus menunda rapat penting atau lebih banyak diam saat harus berdiskusi.
Perawatan gigi anak sedini mungkin dapat membantu meminimalisasi risiko anak merasakan sakit gigi saat sudah dewasa. Gigi yang sehat dapat membuat anak lebih nyaman beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gigi dan mulut yang sehat memungkinkan kita hidup lebih lama
Beberapa studi memaparkan hubungan antara kesehatan gigi dan mulut dengan harapan hidup seseorang. Hasilnya, banyak yang menunjukkan bahwa orang yang mampu menjaga gigi aslinya lebih lama cenderung hidup lebih lama juga. Sebagian memaparkan jika gigi manusia masih lengkap di usianya yang mencapai 70 tahun, maka kemungkinan ia mencapai ulang tahun ke-100 akan lebih tinggi.
Tips Perawatan Gigi Anak
Nah, kebiasaan merawat gigi harus dilakukan sedini mungkin ya, Bu. Sebagai orangtua tentu kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak kita, termasuk menjaga kesehatan tubuhnya, salah satunya lewat perawatan gigi anak. Lalu, bagaimana cara merawat gigi anak, termasuk anak yang masih bayi dan belum memiliki gigi? Berikut tipsnya:
Ajarkan anak rutin menyikat gigi
Perawatan gigi anak dapat dilakukan dengan membiasakannya rutin menyikat gigi setidaknya dua kali dalam sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur. Jangan tunggu anak cukup umur untuk mengajarkan kebiasaan ini, karena Ibu bisa memulainya sejak anak masih bayi, bahkan saat giginya belum tumbuh. Pada anak yang masih bayi, perawatan gigi dilakukan dengan rajin mengusap mengusap gusi dan mulutnya menggunakan kasa steril setiap ia selesai menyusu. Lakukan sampai si kecil memiliki gigi, lalu lanjutkan perawatan gigi anak tersebut menggunakan sikat dan pasta gigi khusus.
Dampingi anak saat menggosok gigi dan ajarkan kebiasaan baik
Biasanya tak sedikit anak yang kerap menolak ajakan orangtua untuk menggosok giginya. Untuk mengantisipasi hal ini, cobalah dampingi anak saat menggosok gigi. Kalau perlu, lakukan aktivitas menyikat gigi secara bersama-sama. Ajarkan cara menyikat gigi yang benar sambil terus tanamkan pikiran mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Jadikan aktivitas tersebut sebagai rutinitas yang menyenangkan bagi anak.
Ajak anak pergi ke dokter gigi saat usianya 1 tahun
Perawatan gigi anak akan lebih maksimal jika kita juga rutin berkonsultasi dengan ahlinya. Ajak anak ke dokter gigi pertama kali saat usianya 1 tahun, atau bahkan saat pertama kali gigi anak tumbuh. Jangan tunggu anak tumbuh besar dulu, atau lebih buruk lagi, jangan tunggu sampai anak merasakan sakit gigi, baru membawanya ke dokter gigi. Tindakan preventif selalu lebih baik. Dilansir dari laman WebMD, perawatan gigi untuk pencegahan ini dapat menghemat uang dalam jangka panjang. Wah, berarti sama saja dengan investasi ya, Bu?
Buat jadwal makan yang teratur
Membuat jadwal makan teratur juga termasuk tips perawatan gigi anak. Atur jadwal makan 3 kali makan besar dan 2 kali snack di antara waktu makan besarnya itu. Dengan jadwal makan yang rutin, anak jadi tidak lagi makan setelah selesai menggosok gigi malam, sehingga ia pun tidur dengan kondisi gigi yang bersih.
Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula
Salah satu penyakit yang sering muncul ketika kita malas merawat kebersihan gigi adalah karies atau gigi berlubang. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan bakteri pada gigi yang kemudian merusak enamel gigi. Jika berlangsung lama, biasanya kerusakan ini akan meluas sampai ke saraf gigi.
Bakteri penyebab karies dapat muncul dari kandungan gula pada makanan atau minuman yang menumpuk pada gigi. Karena itu, tips perawatan gigi anak selanjutnya adalah kurangi konsumsi gula berlebih, termasuk susu yang mengandung gula, permen, dan kudapan manis lainnya.
Perbanyak minum air putih
Pastikan anak Ibu cukup minum air putih, terutama setelah makan. Minum air putih termasuk cara mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh sisa makanan yang tersangkut di gigi. Dengan cukup minum air putih, anak pun dapat terhindar dari masalah gigi.
Hindari penggunaan botol dot saat anak tidur
Perawatan gigi anak selanjutnya adalah dengan menghindari penggunaan botol dot sebelum tidur. Biasanya orangtua membiarkan anak tertidur dengan dot di mulutnya. Anak yang dibiarkan ngempeng dengan botol dot yang berisi susu, akan lebih rentan terkena penyakit karies. Ini disebabkan oleh gula yang terkandung dalam susunya. Jika masih sulit melepas dot sepenuhnya sesaat sebelum tidur, Ibu bisa mengisi botol si kecil dengan air putih, bukan susu, jus, atau minuman rasa lainnya.
Hindari kebiasaan yang dapat mentransfer bakteri dari orang tua ke anak
Banyak kasus kerusakan gigi terjadi karena orangtua sering tanpa sadar melakukan transfer bakteri ke anak. Contohnya, menjilat atau mengulum dot atau makanan sebelum diberikan ke anak dengan dalih untuk membersihkannya, menggunakan peralatan makan yang sama dalam waktu bersamaan, meniup makanan atau minuman anak secara berlebihan bahkan sampai menempelkannya ke mulut untuk memeriksa suhunya, dan masih banyak lagi. Hindari kebiasaan tersebut jika ingin menjaga kebersihan gigi anak ya, Bu!
Selain cara-cara di atas, perawatan gigi anak juga bisa dilakukan dengan memberikan asupan makanan dan minuman tinggi kalsium untuk si kecil, misalnya seperti susu, keju, yogurt, brokoli, edamame, pakcoy, atau kale.
Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih