Ibupedia

9 Cara Efektif untuk Menidurkan Anak

9 Cara Efektif untuk Menidurkan Anak
9 Cara Efektif untuk Menidurkan Anak

Setiap orang tua punya tugas yang sama setiap malam, yaitu membuat anak tertidur pulas. Tidak jarang orang tua harus memutar otak untuk mencari cara menidurkan anak agar anak bangun dalam keadaan segar dan siap menjalani aktivitas di pagi hari.

Sama seperti orang dewasa, anak cenderung sulit mengontrol emosinya jika tidak mendapat tidur yang cukup. Mereka bisa jadi cranky alias cepat marah, lesu, atau malah terlihat jauh lebih aktif daripada biasanya.

Yang jelas, perilaku anak yang kurang tidur akan bermasalah. Anak pun mengalami sulit berkonsentrasi sekaligus menerima pelajaran di sekolah. Untuk jangka panjang, anak yang kurang tidur berpotensi untuk mengalami kelebihan berat badan.

Meskipun demikian, membiasakan anak memiliki waktu tidur yang cukup bukan hanya untuk mencegahnya cranky, namun juga untuk menyeimbangkan metabolisme di dalam tubuhnya.

Otot tubuh, termasuk jantung, bisa memperbaiki diri sendiri ketika anak tertidur. Sama halnya dengan pertambahan tinggi anak yang terjadi selama ia terlelap.

Ketika anak tertidur, otaknya menyimpan memori tentang pengalamannya selama sehari beraktivitas. Anak yang memiliki cukup jam tidur juga lebih bisa berkonsentrasi di sekolah sehingga bisa menjawab soal-soal ujian dengan tingkat kesalahan yang relatif lebih kecil dibanding anak yang kurang tidur.

Atas dasar inilah, orang tua memang perlu memikirkan cara menidurkan anak yang tepat.

Berapa Lama Waktu Tidur Anak yang Ideal?

Kebutuhan jam tidur anak berbeda di tiap fase pertumbuhannya. Bayi (0 sampai 1 tahun) butuh 14 hingga 16 jam tidur dalam 24 jam alias satu hari, sedangkan toddler (1-3 tahun) butuh 11 hingga 14 jam tidur per hari.

Balita (3-5 tahun) harus memiliki waktu tidur tak kurang dari 11 jam per hari, sedangkan anak usia sekolah (6-13 tahun) biasanya tidur 9 hingga 11 jam per hari, kemudian remaja (15-19 tahun) idealnya butuh 8 hingga 10 jam tidur per hari.

Nah, berbeda pola tidur, berbeda pula cara menidurkan anak sesuai usianya. Bayi lebih banyak tidur dengan durasi yang pendek-pendek, sedangkan toddlers sudah mengenal konsep 'tidur siang' yang lamanya tergantung durasi tidur malamnya. Ada toddlers yang bisa tidur panjang di malam hari, tapi ada juga anak yang tidur 8 jam di malam hari, sisanya 'dicicil' pada siang hari.

Ketika anak menginjak usia prasekolah (5 tahun) kemudian masa sekolah, anak biasanya tidak perlu lagi tidur siang sehingga kebutuhan tidurnya dipenuhi seluruhnya pada waktu malam. Biasakan agar anak tidak tidur pada sore hari sehingga berpotensi baru bisa tidur kembali pada tengah malam.

9 Cara Menidurkan Anak

Jadwal tidur yang rutin dan kebiasaan sebelum tidur seperti membaca buku cerita memainkan peran penting dalam kualitas tidur anak. Ketika ibu dan ayah mempraktekkan cara menidurkan anak yang tepat, anak akan dengan mudah tertidur dan tetap pulas hingga ia bangun dalam keadaan segar.

Meskipun demikian, tidak ada cara menidurkan anak yang akan langsung mengubah kebiasaan tidurnya. Orang tua harus menerapkannya cara menidurkan anak secara konsisten agar anak bisa tidur dengan nyenyak. Berikut 9 tips cara menidurkan anak yang bisa diikuti oleh orang tua di awal masa pengenalan kebiasaan tidur yang baik.

  1. Jadikan rutinitas tidur sebagai prioritas

    Cara menidurkan anak yang pertama ialah dengan menentukan jam spesifik bagi anak untuk tidur di malam hari dan bangun di pagi hari. Jadikan itu sebagai rutinitas setiap hari, bahkan di akhir pekan. Anak yang memiliki cukup waktu tidur memiliki tanda-tanda seperti mudah dibangunkan pada pagi hari dan tidak terlihat mengantuk di siang hari.

  2. Minta bantuan ayah

    Merupakan hal yang penting bagi ibu untuk menyusun cara menidurkan anak yang tepat bersama ayah. Setelah strategi disusun, laksanakan itu secara konsisten dan bersama-sama agar anak kebiasaan tidurnya menjadi teratur.

    Jika ibu baru mulai mengajarkan pola jam tidur yang baik kepada anak, ajak juga anak untuk bekerja sama. Ibu bisa membuat daftar checklist untuk anak, misalnya sebelum tidur anak harus cuci kaki, gosok gigi, ganti baju, serta berdoa. Sebagai 'bayarannya', ibu bisa membacakannya buku cerita sebelum tidur.

  3. Kebiasaan

    Ketika cara menidurkan anak yang ibu dan ayah praktekkan sudah mulai konsisten, anak mulai terbiasa dengan rutinitas sebelum tidur yang dilakukan oleh orang tua. Pertahankan terus hal itu sampai tidurnya betul-betul konsisten sesuai jadwal. Sebuah studi memperlihatkan bahwa anak yang memiliki kebiasaan positif sebelum tidur akan memiliki kualitas tidur yang baik, bahkan masalah tidur mereka bisa teratasi.

    Membaca dongeng sebelum tidur, misalnya, merupakan salah satu cara menidurkan anak yang menyenangkan sekaligus dapat membuat anak lekas mengantuk dan tidur dengan pikiran rileks. Sama halnya dengan mencuci kaki serta menggosok gigi atau bahkan mandi air hangat dan berganti baju tidur yang membuat anak merasa bersih dan nyaman ketika tidur.

    Secara umum, tidak ada pakem mengenai kebiasaan apa yang seharusnya dilakukan oleh anak sebelum tidur karena setiap keluarga memiliki rutinitas berbeda-beda. Namun, ada baiknya ibu memulai rutinitas itu setidaknya 30 menit sebelum tidur dan mengakhirinya ketika waktu tidur anak yang ibu tentukan sudah tiba, sekalipun jika anak belum merasa mengantuk.

  4. Makanan ringan jelang tidur

    Anak mungkin membutuhkan makan lebih dari 3 kali sehari, salah satunya ketika ia hendak tidur. Ibu bisa memberi anak makanan ringan seperti biskuit atau buah-buahan, tapi hindari memberi anak makan besar seperti nasi atau roti karena itu justru akan membuat perutnya penuh sehingga mengganggu saat tidur malamnya.

    Jangan memberikan permen atau cokelat kepada anak jelang tidur ya, Bu. Selain mengandung gula yang berpotensi merusak gigi, cokelat dan permen juga bisa mengandung kafein yang bisa membuat anak makin susah tidur.

  5. Baju dan suhu ruang

    Ada anak yang tidur di ruangan berpendingin (AC), ada pula yang memakai kipas angin. Apapun itu, pastikan anak memakai pakaian yang sejuk dan menyerap keringat. Ingat juga bahwa anak bisa menendang selimut di malam hari dan tidak memakainya lagi sehingga penting bagi ibu, terutama untuk anak yang tidur di ruangan ber-AC untuk memakaikan baju lengan panjang dan celana panjang agar anak tidak kedinginan.

  6. Matikan semua elektronik

    Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2011 lalu, alat-alat yang mengeluarkan sinar seperti telepon genggam, tablet, maupun laptop bisa memengaruhi produksi hormon melatonin di dalam tubuh anak. Melatonin adalah hormon yang memengaruhi kualitas tidur manusia. Jika hormon melatonin dalam tubuh tinggi, maka anak akan semakin merasa mengantuk, begitu pula sebaliknya.

    Sebaiknya, kamar tidur menjadi area bebas gawai. Bagaimanapun cara menidurkan anak yang ibu jalankan, pastikan semua perangkat elektronik tersebut dalam keadaan mati sepanjang anak tidur ya.

  7. Ruangan gelap

    Cara menidurkan anak lainnya ialah mematikan lampu kamar anak karena kondisi ruangan yang gelap bisa membuatnya merasa lebih rileks sehingga tidur lebih pulas. Jika anak tidak suka kamar yang terlalu gelap, ibu bisa memasang lampu tidur di kamar anak atau menyalakan lampu di depan kamarnya agar cahaya lampu masuk lewat ventilasi.

  8. Teman tidur

    Untuk anak yang sudah tidur terpisah kamar dengan orang tuanya, ibu bisa memberikannya teman tidur semisal boneka atau guling. Namun, pastikan benda-benda ini aman dan tidak malah membuat anak berpotensi mengalami kesulitan bergerak apalagi bernapas saat tidur ya.

  9. Kenali faktor kesulitan tidur anak

    Jika segala cara menidurkan anak sudah dilakukan, tapi anak masih saja sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, ibu bisa berkonsultasi ke dokter untuk menemukan solusinya. Anak yang memiliki masalah tidur biasanya menunjukkan gejala seperti:

    • Susah untuk merasa mengantuk

    • Sering bangun tengah malam

    • Mengorok

    • Menolak ditidurkan atau membuat alasan untuk tidak tidur kembali

    • Terlihat kesulitan bernapas saat tidur

    • Napas anak terlihat berat ketika tidur.

    Di siang hari, anak yang memiliki masalah pada tidurnya juga mengalami kelainan perilaku. Mereka biasanya lesu, cepat merasa lelah, selalu mengantuk, dan cepat marah hingga tantrum. Jika ibu menemukan satu atau lebih gejala ini pada anak, sila hubungi dokter anak untuk mendiskusikan cara menidurkan anak yang tepat sesuai gangguan yang ia alami.

Cara Menidurkan Anak dengan Gangguan Tidur

Semakin besar usia anak, semakin besar pula peluang bagi anak untuk tidur pulas dalam waktu yang panjang. Tetapi, balita maupun anak usia sekolah juga rentan mengidap berbagai masalah yang berhubungan dengan tidur alias insomnia.

Berdasarkan survei, sekitar 25% anak usia sekolah di Amerika Serikat bahkan divonis mengalami kekurangan tidur yang akut. Mereka mengaku mengalami berbagai gangguan tidur, mulai dari yang levelnya bisa diatasi dengan hanya mengubah kebiasaan tidur, hingga harus ditangani secara medis.

Berikut 6 masalah tidur yang biasa diidap anak dan cara menidurkan anak yang memiliki gangguan tidur tersebut.

  1. Apnea

    Anak yang menderita apnea biasanya mengalami henti napas beberapa kali dalam tidur sehingga mencegahnya mendapatkan tidur yang pulas. Berdasarkan studi pada anak usia sekolah dasar, 25% di antaranya mengaku mengalami apnea ringan (biasanya disebabkan oleh sinus akut) dan 1% di antaranya menderita henti napas berat. Apnea biasanya ditandai dengan anak yang sering mengorok, tidur gelisah, dan dada terlihat kesulitan menarik napas.

    Cara menidurkan anak yang menderita apnea ialah dengan menghilangkan penyebabnya. Misalnya, anak yang mengalami henti napas karena sinusitis, maka penyakit itu harus disembuhkan. Sedangkan anak yang menderita apnea ditandai dengan suka mengorok bisa jadi diminta untuk menjalankan operasi pengangkatan amandelnya.

  2. Cemas

    Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa merasa cemas lho, Bu. Kecemasan mereka biasanya karena akan menghadapi ujian maupun baru pertama kali pisah tidur dengan orang tua.

    Anak yang mengalami kecemasan sebelum tidur cenderung rewel jelang waktu tidur malamnya. Bagi anak yang cemas karena pisah tidur dengan orang tua, ia bisa berkali-kali minta dipeluk sebelum ibu meninggalkan kamarnya, bahkan menangis ketika ibu hendak menutup pintu.

    Jangan sepelekan soal kecemasan anak dengan mengatakan "itu hanya perasaanmu saja" ya. Ketika merasa cemas berlebihan, anak berpotensi mengalami stres, sama halnya dengan orang dewasa.

    Susan Zafarlotfi, Ph.D., direktur klinis di Institute for Sleep-Wake Disorders, Hackensack University Medical Center, New Jersey, Amerika Serikat, menyatakan salah satu cara menidurkan anak dengan kecemasan seperti ini ialah dengan memintanya menulis diari. Di buku itu, anak diminta untuk mengungkapkan kecemasannya kemudian bersama ibu mencari solusi sebelum tidur.

    Sedangkan bagi anak yang cemas ditinggal orang tua, ibu bisa memberi barang yang berhubungan dengan orang tua seperti selimut dari baju ibu atau menawarkannya hadiah jika berhasil tidur sendiri di malam hari. Barang sentimentil dan hadiah ini bisa diberikan pada seminggu pertama atau hingga kecemasannya hilang dan anak bisa tidur nyenyak di kamarnya sendiri.

  3. Kurang bergerak atau terlalu banyak screen time

    Shahriar Shahzeidi, M.D., profesor senior dari klinik anak-anak di University of Miami, menyatakan anak yang aktif cenderung mengalami tidur yang lebih pulas. Hal ini dikarenakan ketika anak bergerak, terdapat zat kimia di dalam otak yang membuat tubuh lebih rileks dan mengantuk.

    Sebaliknya, anak yang kurang bergerak tidak heran jika mengalami kesulitan tidur. Kurang aktivitas juga bisa disebabkan karena anak terlalu sering menatap layar televisi maupun telepon genggam dan laptop atau yang biasa dikenal dengan istilah screen time.

    Tidak ada cara lain untuk menidurkan anak seperti ini, kecuali membuat anak lebih aktif bergerak di siang hari. Jangan lupa juga untuk menghentikan screen time minimal 30 menit sebelum tidur.

  4. Terbangun tengah malam

    Makan atau minum berlebihan sebelum tidur bisa mengakibatkan pola tidur anak terganggu, salah satunya dalam bentuk terbangun pada tengah malam. Namun, penyebab yang lebih sering mengakibatkan anak sering bangun tengah malam ialah adanya asma dan alergi.

    Julian Allen, M.D., kepala divisi paru-paru di Rumah Sakit Anak Philadelphia, Amerika Serikat, mengatakan anak yang menderita asma dan alergi berpotensi besar mengalami penyempitan saluran pernapasan pada malam hari. Tandanya kian jelas ketika anak kerap batuk dan bersin di malam hari kemudian matanya bengkak dan hidungnya berair pada pagi hari.

    Cara menidurkan anak yang mengidap asma atau alergi ialah memberinya obat asma sebelum tidur, seperti kortikosteroid hirup. Jika keadaan tidak bertambah baik, ibu wajib berkonsultasi dengan dokter ya.

  5. Tidur berjalan (somnabulisme)

    Dr. Karen Ballaban-Gil, M.D., dokter anak spesialis neurologi dari Rumah Sakit Anak di Montefiore, New York City, Amerika Serikat, mengatakan sekitar 20 hingga 40 persen anak usia sekolah pernah mengalami tidur berjalan alias somnabulisme (sleepwalking). Penyebabnya ialah tahapan tidur yang tidak sempurna, di mana otak sudah tidur, tapi badan sudah menginstruksikan untuk berjalan.

    Biasanya tidur berjalan terjadi hanya beberapa jam setelah anak tertidur. Penyakit ini biasanya terjadi karena faktor keturunan.

    Biasanya, penyakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia anak. Yang bisa ibu dan ayah lakukan ialah memastikan tidak ada benda-benda berbahaya di sekeliling anak dan jika perlu kunci pintu serta jendela kamar anak untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

  6. Restless legs syndrome (RLS)

    Penyakit yang sebagian besar juga disebabkan oleh keturunan ini disebut juga sebagai penyakit Willis-Ekbom (WED). RLS merupakan kelainan syaraf yang menyebabkan anak memiliki keinginan tidak terkontrol untuk menggerakkan kaki mereka.

    Ibu perlu waspada jika anak mengeluhkan kaki mereka terasa tidak nyaman, kesemutan, gatal, hingga terasa seperti terbakar. Gejala ini pun lebih sering terjadi di malam hari sehingga berpotensi mengganggu waktu tidur anak dan mengakibatkan anak akan mengantuk di siang hari.

    Menggerak-gerakkan kaki mungkin membantu menghilangkan perasaan tidak nyaman ini untuk jangka pendek. Tetapi tidak mungkin menggerakkan kaki sepanjang malam, bukan?

    Segera konsultasikan keluhan ini kepada dokter anak atau dokter ahli syaraf. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan terhadap kadar zat besi dan asam folat di dalam darah anak. Jika memang kurang, mengonsumsi suplemen saja sudah cukup untuk meredakan gejala RLS.

    Meskipun demikian, untuk kasus yang berskala sedang, anak mungkin akan disarankan untuk melakukan terapi. Sedangkan untuk gejala RLS parah, anak harus melakukan terapi sambil mengonsumsi obat-obatan.

(Asni)