9 Ciri Karakter Anak Strong-Willed dan Tips Menghadapinya
Pernahkah Ibu merasa frustrasi karena si kecil suka berargumen layaknya orang dewasa? Atau, si kecil seringkali teguh pada pilihannya tanpa bisa dialihkan pada pilihan lain? Jika ya, Ibu mungkin akan merasa anak Ibu terlalu keras kepala dalam menentukan keinginan. Di lain waktu Ibu juga mungkin akan berpikir bahwa anak Ibu suka melawan karena saat berargumentasi dengan Ibu atau Ayah, ia tidak mau kalah.
Namun tahukah Ibu, bahwa ada anak-anak yang dikategorikan sebagai anak berkemauan kuat atau strong-willed? Anak-anak ini cenderung terkesan keras kepala, susah diatur, seolah tidak mendengarkan instruksi orangtuanya, bahkan tidak sabaran. Sekilas Ibu akan dengan mudah melabelinya sebagai anak bandel dan tengil. Tetapi, anak yang berkemauan kuat dengan anak bandel ternyata berbeda lho!
Sejatinya justru tidak ada istilah nakal dan bandel pada anak. Anak bertingkah laku tidak sesuai dengan yang orangtua inginkan merupakan pertanda mereka sedang dalam proses belajar dan bereksplorasi, sehingga akan tampak seperti ‘nakal’. Anak berkemauan kuat sering dilabeli sebagai nakal karena ada banyak tingkah lakunya yang menguras emosi orangtua.
Utamanya Ibu, jika Ibu lebih banyak berinteraksi dengan si kecil di rumah. Sebelum berpikir negatif terlalu jauh dan menyesali perilaku anak yang menurut Ibu tidak sesuai, Ibu perlu mengetahui lebih dalam tentang anak berkemauan kuat, atau yang juga dijuluki Strong-willed Child. Siapa tahu, ternyata sikap anak Ibu rupanya termasuk dalam karakter strong-willed child. Cek penjelasan berikut ini ya!
Karakteristik Anak Berkemauan Kuat
Dilansir dari laman verywellfamily.com, anak berkemauan kuat menunjukkan ciri khas seperti di bawah ini dengan frekuensi lebih sering dari anak pada umumnya. Mereka akan menunjukkan karakteristik tersebut secara intens dalam berbagai keadaan dan sifatnya bukanlah hilang-timbul.
Temperamen yang Meledak-ledak
Karakter anak berkemauan kuat cenderung memiliki emosi yang meledak-ledak dan tidak mudah surut. Berbeda dengan tantrum yang dialami anak pada umumnya yang akan segera hilang dalam kurun waktu tertentu, luapan emosi anak berkemauan kuat justru sulit untuk diredam. Anak-anak berkarakter strong-willed ini kesulitan meredam amarahnya dengan cara yang menurut orangtuanya baik. Karena mereka akan berpikir, bahwa mereka benar, jadi mengapa mereka harus mengalah. Atau di lain waktu, mereka pikir mereka membutuhkan suatu hal yang mereka inginkan, padahal hal tersebut bukan merupakan prioritas menurut orang tuanya.
Anak-anak dengan karakter strong-willed akan meluapkan amarahnya karena merasa orang tuanya tidak memahaminya. Mereka akan terus meledak-ledak dengan berbagai macam cara seperti berteriak, berguling di lantai, atau melempar barang-barang. Biasanya meski ia sudah tidak meledak-ledak, anak masih menyimpan amarahnya dalam jangka waktu panjang. Ibu pasti ikut kesal, kan? Tapi jangan tersulut emosi ya, Bu. Jika Ibu tidak segera mengatasi kemarahan anak, maka emosi yang ia pendam lama akan berbuah menjadi emosi yang semakin besar.
Selalu Ingin Tahu Alasan Di balik Segala Hal
Karakter anak berkemauan kuat memiliki rasa ingin tahu yang besar. Pada dasarnya semua anak memang selalu ingin tahu. Tapi anak berkemauan kuat akan mengejar Ibu dengan banyak pertanyaan tentang alasan di balik segala hal sampai ia puas. Ia tidak akan puas dengan jawaban semacam “memang aturannya begitu” atau “dari sananya sudah begitu”. Ia akan terus bertanya sampai mendapat jawaban yang ia ingin ketahui. Apakah itu berarti anak Ibu terlalu cerewet?
Sebetulnya tidak ya, Bu. Kesan yang terlihat memang seperti cerewet. Namun ini adalah bagian dari rasa keingintahuan dan kemauannya yang kuat. Ibu memang perlu lebih banyak bersabar saat menghadapi berjuta pertanyaan dari karakter anak strong-willed.
Pendebat yang Hebat
Karakter anak berkemauan kuat memiliki kegigihan yang bahkan orang dewasa mungkin tidak punya. Mereka akan mempertahankan pendapatnya hingga rela berdebat dengan orang lain sampai ia merasa penjelasannya lah yang mendapat pengakuan ‘benar’. Anak-anak ini juga pintar mencari celah lho, Bu. Ia bisa saja mendapati orangtuanya sedang berbohong dan bersikap seperti detektif yang menemukan kasus.
Di beberapa keadaan memang hal ini tegolong baik. Tetapi ada kalanya jadi tidak baik juga. Terus menerus melawan saat berbicara tanpa mau dihentikan juga tidak baik untuknya dan kemampuan sosialnya kelak. Bayangkan saja, jika ia terus berdebat dengan orang lain yang bukan orangtuanya. Orang yang tidak mengenalnya akan merasa keberatan dengan perdebatan-perdebatan panjang. Maka anak harus tahu batasan-batasan saat mempertahankan pendapatnya. Penjelasan dari orangtua sangat penting untuk dituturkan pada anak agar mereka bisa menyesuaikan dengan situasi.
Suka Mengatur Orang Lain dan Selalu Ingin Menguasai Semua Hal
Ibu akan sering mendapati ciri karakter anak strong-willed suka memerintah orang lain dengan nada tegas tanpa malu-malu. Meski mereka sudah menggunakan kata “tolong”, kalimat yang dipilih anak masih jelas menampakkan ketegasan dalam mengatur orang lain. “Ibu, tolong duduk di sebelah sini saja.” Atau saat bermain dengan temannya, “kamu berdiri di sana jaga bola ya”. Anak juga merasa mampu mengerjakan semuanya sendiri. Sehingga ia sering menolak untuk dibantu dan bahkan mengatur jadwal hariannya sendiri.
Menolak Hal yang Tidak Mau Si Kecil Lakukan
Karakter anak berkemauan kuat sangat gigih pada pendiriannya, bukan? Maka saat ia tidak ingin melakukan sesuatu yang menurut dia tidak perlu, maka ia akan betul-betul tidak ingin melakukannya. Sikat gigi atau merapikan kamar biasanya menjadi hal umum yang ia tolak.
Tidak Sabaran
Ciri lain karakter anak berkemauan kuat cenderung tidak sabaran. Mereka tidak mau berdiam saja tanpa melakukan apa pun seperti antre di kasir atau duduk diam menunggu giliran dipanggil dokter. Bukan berarti anak selalu ingin menyerobot antrean ya. Maksudnya, anak dengan karakter strong-willed ini tidak suka diam tanpa disibukkan oleh kegiatan yang ia sukai. Menurut anak-anak ini, diam saja dalam waktu lama sama saja dengan membuang waktu percuma.
Membuat Aturan Sendiri & Ingin Merasakan Sendiri Pengalaman Bereksplorasi
Karena karakter anak berkemauan kuat suka mengatur orang lain untuk mengikuti aturannya, mereka sendiri jadi susah diberi aturan. Anak-anak ini tidak mau mengikuti aturan Ibu untuk mandi pukul sekian dan sekian, atau mengikuti aturan harus pakai topi agar tidak kepanasan saat bersepeda. Anak-anak ini biasanya ingin membuktikan apa benar jika tidak pakai topi akan kepanasan, tidak pakai jaket akan kedinginan, atau benarkah kompor itu panas. Kalimat-kalimat seperti “pakai topinya, nanti kepanasan lho” atau “jangan dekat-dekat kompor, itu panas”, tidak akan membuat mereka menurut kecuali anak mencobanya sendiri.
Sering Tidak Mendengarkan
Tahukah Ibu bahwa karakter anak berkemauan kuat membuat si kecil selalu punya cara untuk menyeleksi apa yang ingin dan tidak ingin ia dengar? Jika Ibu mengatakan “Jalan pelan-pelan aja” atau “nggak usah teriak-teriak ya”, anak belum tentu akan menurutinya. Jika menurutnya itu tidak penting, ia akan dengan sengaja tidak mendengarkan ucapan Ibu.
Bergerak Sesuka Hati
Apakah Ibu sering menghadapi anak Ibu bertele-tele saat diajak bersiap ke sekolah? Masih buka buku terlebih dahulu, mengobrak-abrik mainan, atau hal lain yang menghambat proses keberangkatan. Atau, anak Ibu tanpa ba-bi-bu langsung pergi ke teras dan pakai sandal saat Ibu ajak beli es krim ke minimarket sebelah rumah? Jika ya, itu bisa menjadi pertanda bahwa karakter anak Ibu tergolong berkemauan kuat. Anak-anak berkemauan kuat suka bergerak sesuka hati. Karena mereka merasa cara merekalah yang benar dan mereka jugalah yang menentukan sepenting apa kegiatan yang akan dilakukan. Jadi mereka bisa secepat kilat, tapi bisa juga selambat siput.
Menghadapi Anak Strong-Willed
Jika sejauh membaca artikel ini Ibu banyak menemukan karakteristik yang sama pada karakter anak Ibu, Ibu perlu mengatur diri agar mampu menghadapi anak berkemauan kuat ini. Ibu bisa coba menerapkan cara menghadapi anak berkemauan kuat seperti di bawah ini:
Ajak anak bicara tentang perasaannya.
Luapan emosi anak yang meledak-ledak adalah caranya agar orang lain mengetahui kemauannya. Untuk itu, Ibu perlu mengajaknya bicara tentang perasaannya. Ibu bisa katakan, “Ibu tahu Kakak marah karena kita nggak jadi ke mall. Ibu tahu rasanya. Seperti ingin teriak yang keras gitu ya?”
Meski perilaku anak akan membuat Ibu kecewa atau bahkan malu, sebaiknya hindari mengatakan “Duh, kayak gitu aja kok marah sih. Jangan bandel deh.” Karena buat Ibu, mungkin hal itu sepele, tapi bagi anak-anak, ini adalah salah satu hal serius yang membuat ia kecewa.
Jelaskan dengan Sederhana
Seringkali anak akan mencecar Ibu dengan pertanyaan kenapa ia harus mematuhi peraturan ini dan itu. Karakter anak berkemauan kuat tidak akan mau mendengarkan penjelasan yang panjang dan berbelit. Maka pilihlah kata yang sederhana namun cukup mewakili maksud Ibu. Ingat ya, jawaban seperti “memang dari dulu sudah begitu” tidak akan memuaskan anak. Jadi gunakan jawaban yang logis seperti “banyak orang kelaparan di luar, jadi tidak baik membuang makananmu. Habiskan, ya”. Bila perlu, saat Ibu tidak mengetahui jawaban akan suatu hal yang ia tanyakan, Ibu bisa mengatakan, “Ibu tidak tahu alasannya sekarang. Gimana kalau kita cari tahu sama-sama nanti saat senggang ya? Sekarang Ibu selesaikan masak dulu.”
Terapkan Konsep Konsekuensi Saat Anak Melewati Batas
Bertukar pikiran itu sah-sah saja. Tapi berdebat sampai ngotot, tentu tidak baik. Anak perlu diingatkan batasan berdebat dengan orang lain sampai mana. Apalagi dengan orang yang lebih tua. Jika anak sudah melewati batas dalam hal perdebatan, Ibu bisa memberikannya peringatan dan ingatkan konsekuensi yang harus didapat. Misalnya,”Ibu tidak akan memberikan es krim jika tidak berbicara dengan baik dan masih berteriak-teriak.”
Perbaiki Kalimat Anak Jika Terlalu Sok Mengatur
Seringkali anak berkemauan kuat memerintah orang lain dengan kurang sopan. Sebenarnya ini bagian dari kemampuan otaknya yang seperti berlari dan ingin semua cepat selesai sesuai keinginannya, sehingga terdengar kurang sopan karena diucapkan dengan buru-buru. Ibu hanya perlu mengatakan, “coba diulangi dengan lebih sopan ya.” Atau “bukan gitu ya ngomongnya. Coba bilang tolong.”
Dukung Anak Jika Ia ingin Belajar Melakukan Kegiatannya Sendiri
Saat anak ingin melakukan segala sesuatunya sendiri, ia cenderung akan melupakan apa yang tidak ingin ia kerjakan. Sikat gigi misalnya. Ibu bisa membantu mendukung si kecil dengan mengingatkan, “biasanya setelah makan permen, harus apa?” dengan mengingatkan anak, ia akan merasa bahwa dirinya menguasai hal itu juga dan orangtuanya percaya ia bisa melakukannya sendiri.
Tawarkan Dua Pilihan
Saat anak enggan melakukan sesuatu yang benar-benar tidak ingin ia lakukan, Ibu bisa menawarkan dua pilihan padanya. Misalkan, “mau sikat gigi sekarang atau 15 menit lagi?” Dengan menawarkan pilihan, anak tidak merasa ditekan dan ia akan senang karena pilihannya dihargai.
Temukan Solusi Saat Ia Tidak Suka Menunggu
Karena karakter anak berkemauan kuat tidak suka menunggu, Ibu bisa menawarkan hal yang ia sukai selagi menunggu. Misalnya, tawarkan apakah ia mau membawa buku atau puzzle untuk dimainkan saat menunggu dokter. Atau, jika Ibu pergi ke dokter bersama Ayah, Ibu bisa menunggu di ruang tunggu, dan minta Ayah mengajak si kecil berkeliling sambil bereksplorasi.
Jangan Terlalu Banyak Melarang dan Membuat Aturan
Aturan memang penting dan harus konsisten untuk diterapkan. Tetapi pada anak berkemauan kuat, hindari membuat terlalu banyak aturan dan terlalu khawatir. Ingatkah Ibu bahwa anak berkemauan kuat suka membuat aturan sendiri dengan merasakan langsung apa yang Ibu larang? Kurangi rasa khawatir Ibu dan dampingi ia mencoba hal yang menurut ia ‘benar’. Misalkan, saat ia menolak memakai topi selama bersepeda, siapkan saja topinya di sepeda. Jika nanti ia sudah kepanasan, topi itu pasti dipakai kok.
Libatkan Diri Ibu Saat Menasihati Anak
Karena karakter anak berkemauan kuat tidak suka mendengarkan yang menurutnya tidak penting, maka Ibu perlu melibatkan diri agar anak tahu bahwa Ibu serius menasihati demi kebaikannya. Misalkan saat Ibu minta ia merapikan mainannya yang berserakan, Ibu perlu memegang tangannya, mengajaknya duduk di sebelah Ibu dan merapikan mainannya bersama-sama.
Tentukan Maksud Ibu dengan Jelas
Karakter anak strong-willed yang bisa secepat kilat dan selambat siput di waktu yang berbeda, bisa tetap ditangani kok, Bu. Ibu bisa mengatakan, “Kak, ayo kita pergi ke toko buku. Ibu tunggu kakak siap-siap ya. 15 menit ya.” Oh ya, Ibu bisa menyertakan konsekuensi jika dalam batas waktu yang ditentukan anak belum juga siap. Misalkan dengan mengatakan, “kalau dalam 15 menit Kakak belum siap, kita akan terlambat dan bisa kehabisan bukunya”.
Dengarkan Anak dan Beri Ia Kesempatan
Penting bagi orangtua untuk mendengarkan anak. Dengarkan saat ia mengutarakan maksudnya saat lebih ingin bermain di luar rumah daripada di dalam rumah. Anak tetap perlu menuruti nasihat Ibu, tapi ia akan merasa sangat dihargai jika pendapatnya didengar terlebih dahulu.
Membesarkan anak dengan karakter strong-willed memang terkesan susah-susah gampang ya, Bu? Meskipun tampak penuh tantangan dan si kecil sulit diatur, upayakan agar Ibu tidak membunuh karakter anak strong-willed ini. Karena dengan kemauannya yang kuat itu anak bisa teguh pada pendiriannya saat dewasa dan tidak mudah digoyahkan orang lain. Mereka ini juga memiliki potensi menjadi calon-calon pemimpin yang hebat lho, Bu. Sehingga, akan lebih bijak jika Ibu bisa mempertahankan karakter anak dan mendampinginya agar terarah dan berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun di sekitarnya.
(Dwi Ratih)