9 Ide Makanan Finger Food untuk Bayi
Masa mulai makan seringkali dianggap sebagai momen yang mengkhawatirkan sekaligus menyenangkan bagi para Ibu. Menyenangkan tentunya karena bayi sudah mulai memasuki tahapan perkembangan yang tidak hanya mengonsumsi ASI atau susu formula, tapi mulai makan makanan padat yang diolah sama seperti orang dewasa.
Mengkhawatirkan karena ada bayang-bayang anak susah makan, makan diemut, atau malas makan seperti cerita beberapa ibu lainnya. Nah, jika si kecil sedang bosan makan puree atau bubur yang dihaluskan, tidak ada salahnya lho Ibu mencoba memberikan finger food untuk bayi.
Finger food adalah makanan yang mudah dipegang oleh bayi. Karena tidak ada patokan khusus usia memulai finger food untuk bayi, maka bentuk finger food untuk bayi juga bisa disesuaikan dengan kemampuan bayi menggunakan tangannya memegang sesuatu termasuk makanan
Orangtua yang menerapkan Baby Led Weaning (BLW) biasa memulai finger food untuk bayi sejak usia 6 bulan, sedangkan bagi yang menerapkan Spoon Feeding (Responsive Feeding) biasanya akan memulai pada usia 7 atau 8 bulan. Tak sedikit juga yang baru mengenalkan saat usia bayi 9 bulan atau saat bayi mulai bosan dan menolak disuapi.
Dilihat dari kemampuan bayi menggenggam sesuatu, finger food untuk bayi usia 6 bulan biasanya haruslah sebesar telapak tangannya atau sedikit lebih besar. Ini berguna untuk memudahkan bayi menggenggam makanannya dan menghindari tersedak karena ukuran finger food untuk bayi yang langsung menuju tenggorokan. Bentuk finger food untuk bayi yang lebih besar bisa mulai dipotong lebih kecil jika bayi sudah mulai bisa menjumput menggunakan jempol dan jari telunjuknya.
Menurut laman The Bump, daripada memusingkan soal kapan usia yang tepat memberikan finger food untuk bayi, lebih baik orangtua memperhatikan tanda kesiapan bayi untuk mulai makan dengan finger food. Tanda-tanda tersebut di antaranya:
Bayi sudah dapat duduk tegak sendiri atau duduk dengan disangga;
mencoba meraih mangkok atau sendok yang sedang Ibu gunakan untuk menyuapi;
tertarik dan mencoba meraih piring dan sendok yang Ibu atau orang dewasa lain gunakan saat makan;
meraih sendok dan memasukkannya sendiri ke dalam mulut; dan
memainkan peralatan makan di hadapannya (diputar, dibolak-balik, diemut, atau dilempar).
Dari keseluruhan tanda, mungkin Ibu masih berpikir lagi, sebenarnya apa manfaat dari memulai finger food untuk bayi? Apakah aman jika memberikan finger food untuk bayi dan tidak akan tersedak?
Manfaat Finger food untuk Bayi
Perkembangan Oral Motor Bayi
Finger food untuk bayi membantu memperkuat rahangnya. Selain itu, juga melatih lidah bayi untuk bergerak ke kanan dan ke kiri saat memindahkan makanan. Sebelumnya, dengan hanya mengonsumsi ASI atau susu formula, lidah bayi bergerak ke depan dan ke belakang saja. Kini dengan finger food, bayi bisa melatih fungsi organ oralnya untuk memindah-mindahkan makanan sampai ia merasa mampu menelan makanan tersebut.
Keberadaan gigi bukan jadi masalah ya, Bu. Gusi juga cukup kuat untuk menghancurkan makanan. Sehingga untuk memulai finger food, tidak perlu menunggu tumbuhnya gigi.
Melatih Kepekaan Organ Oral Bayi
Secara alami, bayi terlahir dengan refleks gagging (bayi terlihat seperti mau muntah). Seiring berjalannya waktu, refleks ini berkurang kepekaannya. Sehingga saat bayi memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya, ada banyak risiko benda asing tertelan. Finger food bisa membantu melatih kepekaan refleks gagging sehingga bayi bisa melatih diri untuk menelan benda yang bisa dimakan, bukan benda asing yang bersifat non-food.
Tetapi, Ibu tidak perlu takut anak akan tersedak sampai kehabisan napas. Finger food bersifat melatih organ oral, bukan membahayakan. Dengan catatan, selama proses makan, bayi perlu diawasi dan tidak ditinggal begitu saja.
Dalam proses makan bayi, ada istilah gagging dan choking. Dalam bahasa Indonesia, keduanya diterjemahkan dalam kata yang sama, yaitu tersedak. Tetapi dalam bahasa Inggris, kedua kata ini memiliki kemiripan arti meski situasinya jelas berbeda.
Gagging adalah saat bayi tersedak dan masih bisa terbatuk, bernapas, dan menangis. Sedangkan choking adalah saat bayi tersedak dan tidak dapat bersuara, muka kebiruan, dan terlihat kesulitan bernapas. Biasanya disertai dengan bayi tidak menangis. Saat makan dengan finger food, gagging adalah situasi yang wajar, dan choking harus diwaspadai.
Melatih Proses Sensori Otak
Fase makan anak tidak hanya tentang memasukkan makanan dan merasa kenyang. Faktanya, makan adalah momen belajar dan eksplorasi yang menggunakan seluruh indra bayi. Finger food untuk bayi juga ikut andil dalam melatih proses sensori otaknya. Seperti, indra penglihatan (melihat bentuk finger food), penciuman (menghidu aroma makanan yang digenggam), peraba (menyentuh dan menggenggam makanan), pendengaran (mendengarkan makanan di mulut mengeluarkan bunyi saat dihancurkan), dan perasa (anak belajar beragam rasa dan mengingatnya sambil memperhatikan bentuk). Sehingga semua sensori ini berlangsung di otak saat memberikan finger food untuk bayi dan proses perkembangan pun terlatih.
Melatih Motorik Halus dan Belajar Makan Sendiri
Di usia 1 tahun, bayi Ibu diharapkan sudah bisa makan sendiri dengan menu keluarga dan dibantu bila perlu. Finger food untuk bayi kurang dari satu tahun baik untuk melatih kemampuannya makan sendiri di usia 1 tahun, asal tidak dilakukan sebelum 6 bulan ya.
Selain itu, motorik halusnya juga akan terlatih dengan proses makan dengan finger food. Motorik halus yang terlatih kelak akan membantu anak dengan kemampuannya memegang benda kecil, menulis, dan menata barang dengan rapi. Kesabaran anak juga bisa dilatih di proses ini lho.
Tips Aman Memberikan Finger food untuk Bayi
Pastikan anak duduk tegak saat makan dan selesaikan makan selama duduk. Jika anak belum selesai makan, maka jangan biarkan ia dalam posisi berbaring atau bergerak bahkan berlari saat makan dengan finger food.
Jika anak sedang berusaha untuk makan finger food, tahanlah diri Ibu untuk tidak meyuapi dulu sampai ia selesai mengeksplorasi finger food-nya. Awasi juga jika kakak si bayi menyuapkan makanan ke mulut bayi yang sedang makan finger food, karena kemungkinan tersedak lebih besar.
Jangan meninggalkan bayi yang sedang makan finger food tanpa pengawasan.
Berikan makanan yang ukuran dan permukaannya aman dimakan bayi. Hindari makanan dengan potongan utuh yang terlalu besar seperti kacang, anggur utuh, strawberry utuh, selai kacang yang disendokkan, popcorn, dan makanan yang mengandung garam dan gula tinggi.
Menu Finger food untuk Bayi
Sayuran: hampir semua jenis sayuran bisa dibuat sebagai finger food, seperti wortel yang dipotong panjang dan tebal (bisa dikukus atau direbus), labu siam, terung, timun, brokoli, bunga kol, kacang panjang, buncis, jagung muda rebus atau tumis, buah bit, labu, jamur yang direndam air panas lalu dibersihkan dan ditumis sampai lunak. Sayuran berdaun sebaiknya dicacah kecil dan dijadikan campuran dalam saus cocolan.
Buah: beragam jenis buah juga bisa dijadikan finger food. Biasanya, anak cenderung lebih menyukai buah karena rasanya lebih manis daripada sayuran. Namun, Ibu perlu memperhatikan jumlah buah yang diberikan. Jika anak diberi terlalu banyak buah dan sayur, justru akan membuatnya sembelit.
Potong buah berbentuk kotak atau kecilkan ukuran buah yang bulat utuh seperti anggur, strawberry, kiwi. Potong memanjang dan agak tebal buah seperti pepaya, semangka, alpukat, mangga, melon, nanas, peach. Potong lebih tipis buah yang keras seperti apel dan pir atau lunakkan dahulu dengan mengukusnya sebentar. Sertakan sedikit kulit buah pisang untuk memudahkan bayi menggenggam buah.
Keju: Gunakan keju balok yang dipotong lebih kecil, keju berbentuk kotak, atau keju yang diparut kasar besar agar si kecil bisa latihan menjumput.
Roti: Potong kotak roti tawar dan sajikan polosan atau dengan olesan selai buatan rumah, alpukat yang dihancurkan atau mentega dan keju.
Pasta: Rebus lebih dari al dente lalu masak dengan campuran daging giling untuk protein hewani dan sedikit rajangan seledri untuk sayurnya. Bisa menggunakan pasta berbentuk kulit kerang, dasi kupu-kupu, elbow, spiral dan penne yang dipotong setengah, dan berikan yang berbentuk seperti mie saat sudah mahir menjumput.
Umbi-umbian: Ubi madu, ubi ungu, ubi putih, kentang, singkong, dipotong memanjang, bisa dikukus atau direbus.
Protein hewani: Telur rebus dibagi empat, omelet yang dipotong kotak, telur orak arik, dada ayam yang dipotong kotak atau memanjang, daging giling yang dikepal memanjang dan dikukus, nugget ayam/ikan/daging, ikan yang dipotong kotak bisa di kukus atau digoreng, udang kupas yang direbus atau ditumis.
Kue basah atau jajanan pasar (sebaiknya dibuat sendiri dengan kadar gula yang disesuaikan untuk anak): Nagasari, kue lapis, kroket kentang daging, bolu tape, dadar gulung pisang keju, kue talam manis, kue talam gurih, kue wafel, muffin, chiffon cake, puding roti tawar yang dipotong memanjang (lebih padat teksturnya untuk dipegang daripada puding biasa), sosis solo isi ayam cincang halus.
Makanan kemasan bayi: Puff, biskuit, marie susu, biskuit bayi. Jangan lupa cek kadar gula dan kandungannya untuk berjaga kalau-kalau si kecil alergi dengan kandungan bahan tertentu.
Nah, kira-kira, menu finger food untuk bayi mana yang ingin Ibu cobakan lebih dulu?
(Dwi Ratih)