Ibupedia

Agar Anak Tak Lagi Gigit Teman

Agar Anak Tak Lagi Gigit Teman
Agar Anak Tak Lagi Gigit Teman

Hobi si kecil menggigit orang lain sudah pasti membuat Anda khawatir. Tapi ketahuilah Bunda, perilaku tersebut sebenarnya normal dalam perkembangan anak. Hampir semua anak, dimulai usia 2 tahun, setidaknya pernah satu kali menggigit orang lain. Banyak hal yang melatarbelakangi perilaku ini, salah satunya sebagai upaya menyamankan diri ketika dia merasa tidak dapat menaklukkan situasi, seperti sedang ketakutan, marah, atau frustrasi.

Faktor lain mengapa anak 2 tahun hobi menggigit adalah karena orang lain menggigitnya lebih dahulu, sehingga ia membalasnya. Bisa juga hanya karena si kecil akan tumbuh gigi sehingga gatal dan akhirnya menggigit orang lain sebagai sarana menyamankan dirinya. Jika anak Anda menggigit karena alasan yang terakhir, Anda sebaiknya memberi anak empeng atau teether dengan bentuk yang lucu-lucu untuk menarik perhatiannya.

Penyebab lain anak menggigit orang lain adalah perubahan besar yang terjadi di rumah, misalnya punya adik baru atau pindah rumah. Hal yang tampaknya sepele ini ternyata bisa menyebabkan emosi anak labil, lho Bunda. Nah, emosi yang sedang tidak stabil inilah yang pada akhirnya menyebabkan anak 2 tahun berperilaku agresif, salah satunya menggigit orang lain. Selain itu, terkadang anak menggigit karena dia sedang sangat bahagia atau ingin mengekspresikan rasa sayangnya namun dengan cara yang salah.

Ketika anak Anda melakukan “penyerangan” terhadap temannya dan Anda melihatnya langsung, Anda harus segera bereaksi, namun bukan memarahinya. Langkah pertama, pastikan anak Anda dan temannya yang digigit aman dan baik-baik saja. Pisahkan mereka jauh-jauh agar anak tidak kembali menggigit. Selanjutnya, tetaplah tenang dan jangan salahkan si kecil atau memberinya hukuman. Anda mungkin ingin menunjukkan pada anak Anda bahwa perbuatannya buruk. Namun anak pada usia ini belum bisa menerima hukuman. Sebaiknya Anda memberi tahu konsekuensi perbuatannya. “Lihat deh, teman adik jadinya nangis gara-gara kesakitan digigit adik.”

Langkah berikutnya adalah segera tolong anak yang digigit. Coba lihat seberapa parah luka bekas gigitan anak Anda. Jika cukup parah segera beri obat. Setelah suasana tenang, Anda bisa dekati buah hati Anda dan tanyakan mengapa dia marah. Jika alasannya karena berebut mainan, misalnya, Anda bisa katakan bahwa menggigit itu tidak baik. Ajari anak meminta bantuan orang tua atau orang dewasa lain ketika suatu saat berebut mainan lagi dengan temannya.

Meski perilaku menggigit pada anak 2 tahun sangat wajar, namun dalam praktiknya Anda sulit bersikap tenang. Anda tentu tidak senang, bukan, jika buah hati menjadi bahan gunjingan orang tua lain di daycare? Anda juga pasti sedih jika anak dijauhi teman-temannya karena hobi menggigit.

Jika benar begitu, Anda perlu melakukan pencegahan agar anak Anda tidak lagi menggigit temannya, atau minimal mengurangi kebiasaan yang mengkhawatirkan tersebut. Bagaimana caranya?

  1. Ingat-ingat kapan dan mengapa anak Anda menggigit. Apakah ketika di sekolah atau di daycare anak kerap direbut mainannya sehingga dia marah dan akhirnya menggigit? Apakah dia menggigit saat teman-temannya mengerubunginya? Apakah setiap kali Anda menyusui adiknya dia tiba-tiba menggigit tangan Anda? Setelah Anda ingat kapan dan dalam suasana apa anak sering menggigit, Anda bisa berhati-hati atau memberi tahu gurunya kemungkinan anak menggigit lagi.
  2. Perhatikan tanda-tandanya. Kadang-kadang anak yang akan menggigit ada tanda-tandanya, lho, Bunda. Misalnya menangis, teriak-teriak, atau menghentak-hentakkan kaki. Jika Anda sering melihat anak menunjukkan sinyal-sinyal tersebut kemudian menggigit, Anda bisa bersiap-siap menjauh sebelum dia melakukannya lagi.
  3. Hentikan sebelum si kecil mulai menggigit lagi. Begitu Anda sudah hapal tanda-tanda anak siap “menerkam” Anda atau temannya, segera cegah dia mengulanginya. Anda bisa katakan dengan lembut namun tegas, “Bunda nggak mau ah, dekat-dekat giginya adik.” Atau jika dia akan menyerang temannya, Anda bisa katakan, “Adik nggak boleh nyakitin teman adik lagi,” seraya menjauhkannya dari “target” gigitan.
  4. Jangan pernah balas menggigit. Sebagian orang tua beranggapan, mengajari anak konsep digigit itu sakit harus dengan contoh sehingga anak bisa merasakan sendiri betapa tidak enaknya digigit. Jangan lakukan itu, ya Bunda. Jika Anda membalas gigitannya, anak malah akan lebih agresif ke depannya. Ingat, dia baru berusia 2 tahun. Bahkan, meski Anda hanya ingin iseng menggigit lembut tangan anak Anda, sebaiknya Anda tidak melakukannya karena anak akan belajar bahwa menggigit itu boleh.
  5. Alihkan hobi menggigit anak Anda dengan memberikan makanan. Jika Anda kesulitan mengajak anak berdiskusi soal gigit-menggigit, cobalah buat permainan sederhana. Minta anak menyebut makanan yang dia suka. Setelah itu sediakan dan gigitlah bersama-sama. Atau bisa juga meminta anak menyebut nama benda (misalnya kue, meja, anjing, pisang) dan buat semacam kuis: mana yang boleh digigit, mana yang tidak. 
  6. Ajari anak 'curhat' ketika sedih atau marah. Ketika di rumah, minta anak selalu melibatkan Anda manakala dia sedang gundah atau emosional. Tapi Anda harus berjanji pada diri sendiri untuk selalu memberikan perhatian penuh setiap kali anak sedang bete. Sementara  di sekolah, ajari anak untuk selalu minta bantuan pada orang dewasa jika dia tidak bisa mengatasi masalah atau perasaannya.

Bagaimana dengan kebiasaan menggigit pada anak usia di atas 2 tahun? Kurang lebih sama, namun seiring bertambahnya usia, anak mulai bisa mengekspresikan perasaannya. Tetapi tetap masih banyak anak usia prasekolah (3-4 tahun) yang melakukannya karena interaksi dengan temannya pada usia-usia ini masih cukup intensif. Anak usia prasekolah kerap saling menggigit ketika berkelahi, merasa terpojok, atau ketakutan akan terluka.

Namun Bunda perlu ingat, anak menggigit pada usia ini bukan berarti dia bermaksud menyerang temannya. Anak-anak prasekolah sedang dalam tahap bermain, mengeksplorasi dan menikmati interaksi dengan teman-temannya. Jika Anda berniat menghentikan kebiasaan menggigitnya itu, memahami penyebabnya adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Dengan begitu, Anda tidak sekadar menghentikan perilakunya, namun juga membantunya berkembang.

Karena anak prasekolah sudah makin paham apa yang Anda omongkan, ketika Anda melihat dia menggigit temannya maka Anda bisa mulai menjelaskan tentang rasa sakit akibat gigitannya. Tentu setelah Anda menjauhkan si kecil dari temannya.

Dengan bahasa yang sederhana, katakan bahwa menggigit itu melukai orang lain dan anak Anda tidak boleh melakukannya. Jangan beri hukuman atau balas menggigit anak karena dia justru terpacu untuk makin agresif. 

Selanjutnya, Anda bisa membantu anak yang digigit dan juga anak Anda. Bantu beri obat jika luka anak yang digigit cukup serius, namun jangan lupa perhatikan pula si penggigit. Anak Anda bisa jadi pura-pura tidak peduli, tapi percayalah, sesungguhnya dia sangat peduli, Bunda.

Nah, inilah saat yang tepat untuk Anda membantunya agar dia bisa mengekspresikan emosinya. Bantu dia mengungkapkan apa yang membuatnya marah hingga akhirnya dia menggigit temannya. Setelah si kecil menceritakan keluh kesahnya, Anda bisa menasihatinya dengan lembut dan memberikan solusi agar mencari orang dewasa manakala anak sedang tertekan.

Sama seperti yang Anda lakukan pada anak usia 2 tahun, Anda bisa mencoba menghentikan kebiasaan menggigit pada anak prasekolah. Pelajari tanda-tandanya, dan segera jauhkan anak dari “target” begitu tanda-tanda itu muncul.

Jika Anda melihat anak sudah sangat emosi dan Anda khawatir dia bakal menyerang temannya habis-habisan, alihkan perhatiannya dengan mengajaknya melakukan aktivitas lain, seperti menari, melukis, atau main game. Boleh juga memberikan makanan atau buah yang dia sukai sehingga dia mengalihkan gigitannya ke makanan-makanan tersebut.

Cara lain adalah menunjukkan pada si kecil bahwa Anda sangat menyayanginya, atau memberi pujian dan penghargaan setiap kali anak berperilaku baik. Namun jika si kecil tetap marah dan menggigit temannya, Anda boleh memberinya time-out.

(Dini)

Follow Ibupedia Instagram