Ibupedia

Amankah Memberikan Obat Batuk Pilek Anak Tanpa Resep Dokter?

Amankah Memberikan Obat Batuk Pilek Anak Tanpa Resep Dokter?
Amankah Memberikan Obat Batuk Pilek Anak Tanpa Resep Dokter?

Obat tanpa resep dokter apa ya yang aman diberikan pada anak yang mengalami demam, batuk, atau pilek? Berikut ini beberapa tips tentang panduan pemberian obat batuk pilek tanpa resep dokter. Simak yuk Bun!

  1. Antihistamin sering ada pada kandungan obat batuk pilek anak disertai bersin, tapi antihistamin biasa digunakan untuk mengobati alergi dan reaksi alergi. Jika Anda akan menggunakan antihistamin sebagai obat batuk pilek anak, periksa label untuk penggunaan yang sesuai. Jika anak perlu penyembuh dari alergi, bicara pada dokter tentang bagaimana menggunakan anithistamin dengan aman. Ada aturan yang berbeda untuk alergi dan pilek.

  2. Aspirin berbahaya ketika anak memiliki infeksi virus. Penggunaan aspirin pada bayi bisa mengakibatkan kondisi serius yang disebut sindrom Reye, jadi aspirin sangat tidak dianjurkan untuk anak kecuali dokter menyarankannya.

  3. Perhatikan dosis. Bila Anda ragu tentang seberapa banyak atau jenis obat apa yang perlu diberikan pada anak, bicara pada dokter anak untuk mengetahui cara memberi obat dengan aman. Label obat rata-rata menggunakan berat badan anak untuk menentukan dosis yang tepat. Jika anak lebih besar atau lebih kecil dari biasanya, Anda perlu memberi dosis yang lebih banyak atau lebih sedikit. Jadi pastikan untuk berbicara pada dokter lebih dulu.

  4. Ikuti perintah pada label obat. Beberapa obat batuk pilek tanpa resep dokter menyatakan penggunaannya aman untuk anak di bawah 4 tahun, dan lainnya menyebut tidak aman untuk anak di bawah 6 tahun. Jika Anda menggunakan obat tanpa resep dokter untuk batuk dan pilek, selalu ikuti instruksi pada labelnya. Anak lebih sensitif pada obat dibanding orang dewasa. Jika diberikan dosis yang salah atau waktu yang tidak tepat, bahkan obat tanpa resep dokter yang ringan bisa tidak efektif bahkan berbahaya.

Tanya ahlinya

Bicaralah pada dokter tentang obat yang akan Anda berikan pada anak. Jika obat diresepkan dokter, tanyakan guna spesifik obat dan efek samping yang bisa terjadi. Cari tahu seberapa cepat efeknya dan berapa lama obat perlu diberikan. Bunda juga bisa menanyakan pertanyaan lain, seperti:

  • Apakah obat berinteraksi dengan obat lain yang diminum anak?

  • Dan apa yang harus dilakukan jika Anda lupa memberi dosisnya?

  • Apakah obat perlu disimpan di lemari pendingin atau jauh dari sinar matahari?

  • Bolehkah obat dimasukkan ke dalam makanan, atau haruskah menghindari memberi anak makanan tertentu di waktu yang sama ketika ia minum obat?

Beberapa obat harus diminum setelah makan atau saat perut dalam keadaan kosong. Obat lainnya diserap ke tubuh lebih efektif ketika disertai makanan tertentu. Adakah tindakan pencegahan yang perlu diambil, seperti menjauhkan anak dari cahaya matahari ketika ia dalam pengobatan? Sebelum pulang ke rumah, pastikan Anda memahami dosis dan bagaimana serta kapan memberikan obat anak.

Bila Anda ingin memberi obat tanpa resep dokter, pertama tanyakan ke dokter apakah obat tersebut aman untuk anak. Jika kemasan obat tidak secara spesifik menyebutkan tentang dosis untuk anak, kemungkinan obat ini tidak sesuai untuknya. Tanyakan juga tentang kemungkinan efek samping dan interaksi dengan obat lain. Bun, pastikan untuk memberi tahu dokter tentang alergi yang dimiliki anak.

Beri dosis yang tepat

Pada sebuah penelitian tahun 1997 di the Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, ditemukan kalau 70 persen orangtua mengalami kesulitan mengetahui seberapa banyak obat yang diberikan ke anak. Jadi jika label obat sering membingungkan Anda, Anda tidak sendirian.

Hanya 40 persen dari orangtua di penelitian ini yang bisa menentukan dosis yang tepat untuk anak mereka. Dan hanya 43 persen bisa mengukur dosis dengan akurat. Secara umum, hanya 30 persen orangtua yang bisa secara akurat mengukur jumlah obat yang tepat untuk anak.

Bagaimana Anda memastikan anak mendapat jumlah obat yang ia butuhkan? Baca label obat dengan sangat hati-hati. Ikuti instruksi pada kemasan untuk memastikan anak mendapat dosis yang tepat untuk usianya dan berat badannya. Jika Anda tidak memahami instruksinya, tanyakan ke dokter. Beberapa hal spesifik yang perlu diingat saat memberikan obat pada anak:

  • Waspadai obat tanpa resep dokter untuk bayi, seperti acetaminophen yang sifatnya konsentrat.

  • Periksa jumlah obat yang harus diberikan pada kemasan obat dengan sangat hati-hati agar Anda tidak melebihi atau mengurangi dosisnya. Ketika terburu-buru, kadang kita keliru melihat “½” menjadi “2.” Baca instruksi dan ukuran dosis di bawah pencahayaan yang baik.

  • Pastikan untuk mengocok obat cair sebelum memberikannya ke anak seperti yang disebutkan pada pada label obat. Dengan begitu Anda bisa pastikan semua kandungan obat merata terdistribusi, jadi anak tidak akan mendapat terlalu banyak atau sedikit.

  • Ketahui berat badan anak. Beberapa jenis obat diberikan berdasarkan berat badan, atau berat dan usia. Akan sangat membantu bila Anda mencatat berat badan terbaru anak pada kertas yang ditempel di lemari obat. Jangan khawatir bila berat badan terbaru anak sudah beberapa minggu lalu, ikuti panduan berat badan anak pada kunjungan terakhir ke dokter. Atau timbang anak sambil menggendongnya lalu kurangi dengan berat Anda.

  • Jangan bingung dengan takaran sendok teh dan sendok makan. Tidak ada obat yang dibutuhkan anak sebanyak satu sendok makan penuh, jadi berpatokanlah pada sendok teh.

  • Jangan beri anak obat lebih banyak dari yang direkomendasikan pada label atau instruksi. Meski ia mengalami demam, infeksi, sakit tenggorokan, atau demam parah, lebih banyak obat bukan berarti lebih baik. Dosis berdasarkan jumlah obat yang aman, bukan pada keparahan penyakitnya.

  • Jangan menebak takaran obat.  Jika dosis yang dianjurkan adalah dua sendok teh, tapi dropper Anda tidak memiliki ukuran untuk sendok teh, jangan mengira-ngira. Yang Anda perlu ingat, 1 ml = 1 cc dan 1 sendok teh =5 cc.

  • Hubungi dokter anak jika Anda melihat efek samping yang tidak diduga.

  • Jangan beri anak resep obat untuk anak lain, resep lama, atau aspirin, yang bisa menyebabkan penyakit serius sindrom Reye.

  • Jangan beri anak terlalu banyak atau sedikit obat. Bila Anda memberi anak terlalu banyak obat, kecil kemungkinan hal ini akan membahayakan anak, tapi periksakan anak ke dokter untuk memastikan.

  • Beri tahu dokter bila anak tidak bisa atau tidak mau minum jumlah obat yang tepat, mungkin karena ia muntah dan tidak bisa menelan. Dokter bisa memilih metode lain dengan suntik atau infus misalnya, untuk memastikan anak mendapat penanganan yang dibutuhkan.

Frekuensi Pemberian Obat

Baca label dengan hati-hati untuk menentukan seberapa sering Anda perlu memberi anak obat tertentu. Jika dikatakan empat kali sehari, berikan 4 kali selama anak terjaga, Anda tidak perlu membangunkan anak di malam hari untuk meminum obatnya. Jika instruksi mengatakan tiap 6 jam, Anda perlu cari tahu apakah itu berarti anak perlu minum obat saat  terjaga atau tertidur.

Pahami pengarahan tentang apakah obat harus diberikan sebelum makan atau ketika perut kosong, dan apakah ada makanan yang harus dihindari selama mengonsumsi obat. Bila Anda telah memberi obat anak untuk waktu lama tapi tidak ada hasil, periksa pengarahannya. Jika gejala tidak membaik, melanjutkan pemberian obat melampaui waktu yang dianjurkan tidak akan berdampak baik. Ini waktunya untuk berbicara pada dokter.

Bunda, pastikan memberi anak semua antibiotik yang diresepkan, melanjutkannya selama dokter rekomendasikan, bahkan jika anak sudah terlihat sembuh. Jika tidak, Anda tidak bisa yakin kalau infeksi bakteri telah benar-benar hilang.

Obat batuk pilek alami untuk anak

Orangtua sering kali langsung menuju apotek ketika anak mengalami batuk pilek. Padahal kadang obat ini tidak efektif untuk mengatasi batuk pilek anak dan bisa berbahaya bagi anak usia kurang dari 6 tahun.

Tapi ini tidak berarti anak harus menderita sakit. Ketika ia terkena batuk pilek, Anda bisa gunakan obat batuk pilek yang alami. Meski obat ini tidak memperpendek sakit anak (yang biasanya berlangsung selama sekitar 10 hari), tapi bisa membuat anak merasa lebih baik.

  1. Banyak istirahat  (untuk semua usia)

    Dibutuhkan energi untuk melawan infeksi, yang bisa membuat anak merasa letih. Karenanya anak yang terserang batuk pilek perlu lebih banyak beristirahat. Penelitian menunjukkan kalau stres berperan juga pada penyakit yang diderita anak. Bila anak stres, karena sekolah, teman, atau sesuatu yang terjadi di rumah, istirahat jadi hal yang ia butuhkan.

    Anak membutuhkan tempat dan aktivitas yang tenang untuk beristirahat. Sekarang waktunya membiarkan anak menonton video favoritnya. Atau berikan ia krayon dan kertas atau buku gambar. Bermain puzzle juga bisa dilakukan di tempat tidur.

    Anak tidak harus selalu istirahat di tempat tidur kok, Bun. Bila cuaca mendukung, sediakan tempat yang nyaman di teras. Bila anak sulit istirahat, bantu dengan membacakan buku.

  2. Uap (untuk semua usia)

    Menghirup uap udara membantu mengencerkan lendir di saluran hidung. Mandi air hangat membantu anak menjadi lebih rileks. Yang Anda butuhkan adalah humidifier atau kamar mandi uap.

    Anda bisa gunakan humidifier di kamar tidur anak ketika ia tidur, istirahat, atau bermain. Mandikan anak di kamar mandi beruap. Bila ia tidak merasa nyaman ketika dimandikan, cukup gunakan air panas di wadah ember dan tutup pintu kamar mandi, tutup celah di kamar mandi dengan handuk, lalu duduk di ruang beruap bersama anak selama 15 menit.

    Bila Anda menggunakan humidifier, bersihkan dan keringkan setiap hari. Jamur dan bakteri bisa berkumpul di dalam alat ini, dan kemudian menyebar ke udara ketika Anda menggunakannya.

  3. Larutan garam dan alat penyedot ingus

    Bila anak terlalu kecil dan ia tidak bisa mengeluarkan sendiri ingus di hidungnya, air garam atau alat sedot ingus bisa membantu. Gunakan bulb syringe (alat sedot ingus) terutama bila hidung mampet mengganggu menyusui.

    Larutan garam bisa Anda beli di apotik atau dibuat sendiri. Di wadah bersih, campurkan 3 sendok teh garam dengan 1 sendok teh baking soda. Gunakan garam yang tidak mengandung yodium atau pengawet, yang bisa mengiritasi lapisan hidung. Larutkan sekitar ½ sendok teh campuran ini pada 100 ml air hangat.

    Hanya gunakan air yang sudah dididihkan selama 3 hingga 5 menit dan dinginkan hingga hangat-hangat kuku. Organisme di air keran bisa bertahan hidup di saluran hidung dan menyebabkan infeksi serius. Bakteri bisa tumbuh di larutan garam, jadi jangan gunakan setelah lebih dari 24 jam.

    Cara menggunakan larutan garam:

    • Anak di posisi telentang dengan bantal menopang kepala

    • Gunakan 2 sampai 3 tetes larutan garam ke tiap lubang hidung untuk mengencerkan ingus. Jaga posisi kepala diam selama 30 detik.

    • Tekan alat sedot ingus, lalu perlahan masukkan ujungnya ke lubang hidung. Anda bisa tutup lubang hidung lainnya agar hisapan lebih baik.

    • Perlahan lepas tekanan jari pada alat untuk menghisap ingus dan larutan garam

    • Angkat alat dan tekan kembali untuk mengeluarkan ingus pada tisu

    • Lap alat sedot dan ulangi pada lubang hidung lainnya

    • Ulangi bila perlu.

    • Jangan gunakan alat sedot pada hidung anak lebih dari beberapa kali sehari karena bisa menimbulkan iritasi. Dan jangan gunakan tetes garam lebih dari 4 hari berturut-turut karena bisa membuat hidung kering dan memperburuk kondisi anak.

    Anda juga bisa gunakan alat sedot ingus tanpa larutan garam untuk mengangkat ingus. Tekan alat sedot untuk mengeluarkan udara di dalamnya, perlahan masukkan ujung alat ke lubang hidung, dan biarkan udara di alat menarik ingus. Angkat alat sedot dan keluarkan ingus di tisu.

    Bila bayi tidak bisa tenang ketika Anda menggunakan alat, coba gunakan larutan garam saja, Bun. Teteskan sedikit ke hidungnya, lalu perlahan seka lubang hidung bawah dengan kapas. Hati-hati jangan memasukkan kapas terlalu dalam.

  4. Tambahan cairan (untuk semua usia)

    Minum banyak cairan bisa mencegah dehidrasi, mengencerkan ingus, dan mengeluarkannya. Cairan yang anak butuhkan antara lain ASI, susu formula, air putih, atau cairan lain yang anak suka.

    Untuk bayi kurang dari usia 12 bulan, menyusui atau memberikan susu formula lebih sering jadi cara paling baik agar anak terhidrasi. Untuk anak yang lebih besar, air putih cukup, tapi anak mungkin tidak menyukainya. Anda bisa tawarkan smoothie buah yang dibuat dari jus 100 persen.

    Hanya berikan ASI atau susu formula untuk bayi kurang dari usia 6 bulan, kecuali dokter memberi resep lain. Bayi yang masih kecil tidak membutuhkan air putih, dan terlalu banyak bisa berbahaya.

  5. Cairan hangat dan sup ayam (usia lebih dari 6 bulan)

    Cairan hangat jadi obat batuk pilek yang menenangkan dan membantu meredakan hidung tersumbat. Penelitian menunjukkan sup ayam bisa meredakan gejala batuk pilek seperti nyeri, lelah, hidung tersumbat, dan demam. Kaldu jadi alternatif untuk bayi yang sudah terbiasa dengan MPASI.

    Yang Anda butuhkan adalah air hangat, kaldu, sup, atau teh chamomile. Sajikan cairan dalam kondisi hangat, bukan panas. Konsultasikan ke dokter sebelum memberikan teh herbal selain chamomile karena tidak semua produk alami aman untuk anak.

  6. Menaikkan posisi kepala (untuk usia lebih dari 12 bulan)

    Naikkan posisi kepala anak ketika ia beristirahat untuk membantunya bernafas lebih nyaman. Anda hanya membutuhkan bantal atau handuk untuk menaikkan posisi kepala dari kasur. Bila anak tidur di tempat tidur bayi, tempatkan beberapa handuk atau bantal tipis di bawah kasurnya.

  7. Madu (untuk usia lebih dari 12 bulan)

    Madu melapisi dan menenangkan tenggorokan serta mengatasi batuk. Beberapa penelitian menyatakan madu bisa meringankan batuk dan membantu anak tidur lebih baik semalaman.

    Yang Anda butuhkan adalah madu dan lemon. Tapi kadang madu menjadi keras di suhu ruang. Untuk membuatnya lunak, sendokkan madu ke wadah tahan panas dan hangatkan sebentar di microwave, atau didihkan air dan redam wadah di air panas selama 5 sampai 10 menit.

(Ismawati)