Anak Main Trampolin Seru Atau Berbahaya? Ini Kata Ahlinya!
Anak main trampolin, berbahaya atau justru dapat menjadi salah satu aktivitas fisik yang bagus untuk tubuhnya? Ternyata ada banyak ulasan dan perdebatan mengenai hal ini lho, Bu!.
Trampolin anak merupakan mainan yang melibatkan aktivitas fisik anak dan dianggap cukup menyenangkan. Permainan ini juga hampir digemari semua anak-anak di berbagai usia.
Sensasi melompat lalu kemudian seperti terbang tinggi ini tak cuma memacu adrenalin, tapi membuat hormon-hormon bahagia anak ikut muncul. Melansir dari laman Parenting First Cry, usia paling tepat anak main trampolin menurut sejumlah penelitian adalah mulai 6 tahun ke atas.
Sebelum usia tersebut, anak main trampolin tidak disarankan karena tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang dengan baik terutama tulang-tulangnya. Lalu apa yang menjadi perdebatan tentang adanya mainan trampolin anak ini ya?
Fakta tentang anak main trampolin yang harus diperhatikan
Anak main trampolin memang seru dan menyenangkan, namun terdapat fakta dibalik hal tersebut yang ternyata cukup mengejutkan. Melansir dari laman Mayo Clinic, data pada tahun 2009 dan 2018 mengungkapkan bahwa ada sekitar 800,000 anak di Amerika Serikat mengalami cedera saat bermain trampolin anak.
Data yang diungkap oleh Pediatric Emergency Care pada tahun 2022 tersebut juga mengungkapkan bahwa, peristiwa ini kerap dialami oleh anak-anak berusia di bawah 16 tahun. Mirisnya, sebagian besar cedera terjadi pada trampolin anak yang disediakan di rumah.
Tak tanggung-tanggung, sekitar 34% anak-anak mengalami patah tulang di bagian ekstremitas bawah dan atas, cedera pada tulang belakang, kepala, tulang rusuk, hingga tulang dada. Cedera yang dialami anak-anak ini, tentu saja diluar dugaan para orang tua.
Padahal sebelumya, orang tua mungkin berpikir bahwa trampolin hanyalah permainan anak biasa seperti permainan lainnya. Meski tercatat ada yang menimbulkan cedera, mainan trampolin anak yang dijual sudah menggunakan jaring pengaman.
Tujuannya, agar cedera tersebut dapat diminimalisir. Nah, sebaiknya Ayah dan Ibu lebih waspada dan bijak dalam permainan yang satu ini ya!
Cara mengurangi risiko cedera saat anak main trampolin
Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini anak main trampolin bisa di mana saja. Siapapun bisa memilikinya dengan mudah, terutama jika memiliki trampolin portable atau mini yang lebih mudah di bawa kemanapun.
Banyak juga tempat bermain layaknya playground di mall, yang khusus yang menyediakan trampolin anak dan dewasa berukuran raksasa. Namun hingga saat ini, trampolin anak yang paling populer adalah trampolin anak mini yang bisa dimainkan di rumah.
Melansir dari laman Parents, American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Orthopedic Surgeons memberikan pernyataan bahwa, trampolin anak rumahan tidak dianjurkan terutama bila usia si kecil di bawah 6 tahun. Hal ini karena bahaya dan risiko cederanya lebih tinggi.
Jika Ibu sudah membelinya di rumah, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko cedera saat anak main trampolin seperti berikut ini:
1. Beri pengertian dan aturan saat anak main trampolin
Trampolin anak yang ada di rumah, biasanya berukuran tidak terlalu besar. Jadi jika dimainkan dengan jumlah anak yang banyak akan berbahaya, karena satu sama lain bisa berbenturan.
Orang tua bisa memberikan aturan khusus untuk bermain trampolin anak seperti:
- Bermain dengan bergantian saja (satu anak sekali main, dsb)
- Tidak boleh beratraksi seperti jungkir balik atau lainnya
- Perhatikan sekitar saat anak main trampolin (pastikan tidak ada anak balita di sekitarnya)
- Lakukan lompatan yang wajar saja
- Tidak boleh bermain trampolin anak sesaat setelah makan.
Ibu juga bisa membuat daftar peraturan sendiri, supaya si kecil lebih aman dan nyaman saat bermain trampolin.
2. Merancang lingkungan trampolin yang aman
Anak main trampolin sering kali mengabaikan keamanan, karena yang mereka tahu hanya bermain dengan gembira saja. Meskipun begitu, Ibu bisa merancang lingkungan bermain trampolin anak yang lebih aman, misalnya:
- Memasang jaring pengaman yang melingkari trampolin anak
- Meletakkan matras di sekitar trampolin anak
- Menjauhkan trampolin anak dari benda-benda berbahaya lainnya
- Menaruh tempat duduk untuk mengantri dengan jarak yang tidak berdekatan dengan trampolin anak.
Saat anak main trampolin dengan lingkungan nyaman dan aman seperti di atas, hal ini tentu akan meminimalisir kemungkinan anak mengalami cedera.
3. Selalu berada di bawah pengawasan orang dewasa
Meskipun mungkin Ayah atau Ibu tak selalu bisa menemani anak main trampolin, namun Ibu dapat berpesan pada orang dewasa yang saat itu mengasuh si kecil. Agar saat bermain trampolin anak-anak harus ditemani dan diawasi.
Beri penjelasan bahwa ada risiko cedera bila anak-anak tidak diawasi saat bermain trampolin. Hal ini nggak wajib jadi perhatian ya, Bu!
4. Berikan pilihan permainan yang seru saat bermain trampolin
Biasanya anak-anak tidak punya pilihan lain selain melompat dan jungkir balik lebih tinggi saat bermain trampolin. Namun, Ibu bisa menyiasatinya dengan permainan yang tak kalah seru dan tetap edukatif untuk anak-anak, misalnya sepert; lompat sambil menyebutkan nama hewan, buah, dan sebagainya.
Lakukan hal tersebut pada anak lain yang ikut mengantre di belakangnya. Dengan melakukan kegiatan ini, anak-anak punya misi lain selain hanya melompat atau melakukan gerakan jungkir balik yang lebih ekstrem dan menantang baginya.
5. Pertimbangkan kondisi anak
Beberapa anak memiliki kondisi yang lebih unik dari anak pada umumnya, misalnya anak lebih tempramen, memiliki spektrum autisme, atau lainnya. Sebelum memutuskan membeli atau memperbolehkan anak main trampolin, ada baiknya Ibu juga memahami lebih jauh tentang kondisi anak, bila perlu konsultasikan kembali pada dokter.
6. Hindari trampolin mini
American Academy of Pediatrics (AAP) rupanya tidak merekomendasikan para orang tua untuk menyediakan trampolin anak berukuran mini, atau yang hanya bisa dimainkan satu orang saja. Pada dasarnya, trampolin mini juga punya risiko cedera fisik yang sama dengan trampolin berukuran besar.
Editor: Aprilia