Ibupedia

Bagaimana Agar Anak Berhenti Menghisap Jempol?

Bagaimana Agar Anak Berhenti Menghisap Jempol?
Bagaimana Agar Anak Berhenti Menghisap Jempol?

Sangat wajar bila anak menghisap jari untuk mendapat kenyamanan dan menenangkan diri. Pada beberapa bulan pertama usianya, bayi menjadikan menghisap jari sebagai cara untuk tertidur, menenangkan diri, atau untuk merasa lebih baik.

Pada usia 0-6 bulan, menghisap jari tidak hanya wajar jika dilakukan anak, tapi juga dianggap tidak berbahaya bagi pertumbuhan anak dan perkembangan bicaranya. Pertanyaan yang paling sering diutarakan orangtua adalah berapa lama kebiasaan menghisap jari ini berlangsung. Apakah anak masih menghisap jari ketika ia siap memasuki sekolah?

Efek positif menghisap jari          

Semua bayi tahu cara menghisap jari dan punya kebutuhan untuk melakukannya. Menghisap merefleksikan bagaimana bayi makan dan bagaimana menenangkan diri. Sadarkah Anda meski tanpa payudara, botol susu, atau jari, bayi tetap akan mengeluarkan suara menghisap?

Sering kali mereka akan menghisap apapun yang ada di jangkauan, baik selimut, lengan, atau baju Anda. Ini jadi tindakan alami dan merupakan kebutuhan bayi. Saat lahir, bayi akan refleks menghisap benda yang diletakkan di mulutnya. Ini merupakan refleks menghisap yang secara alami membuatnya berhasil dalam menyusui. Menghisap jari bagus untuk memberi ketenangan, kenyamanan, dan kehangatan bagi si kecil.

Tindakan menghisap membuat bayi merasa tenang. Bahkan ketika Anda baru selesai menyusuinya, ia masih ingin menghisap. Ini tidak berarti ia masih merasa lapar, tapi karena ia merasa ingin menghisap. Beberapa bayi butuh mengisap lebih dari yang lain.

Dampak buruk menghisap jari

Biasanya, anak di rentang usia 2 sampai 4 tahun akan mulai mengembangkan kemampuan lain selain menghisap jari, seperti kemampuan berbicara. Kemampuan ini menggantikan kebutuhan anak untuk menghisap jari. Tapi untuk beberapa anak lain, menghisap jari lebih sulit dihilangkan, dan ini bisa memicu masalah untuk pertumbuhan organ mulut mereka.

Kita cenderung berpikir, selama kebiasaan menghisap jari bisa dihentikan sebelum gigi permanen anak tumbuh (biasanya di usia 6-7 tahun), ini tidak akan menjadi masalah untuknya. Penelitian menunjukkan kebiasaan menghisap jari bisa juga berdampak pada anak usia 2 sampai 4 tahun.

Menghisap memberi tekanan pada sisi atas rahang dan jaringan lunak pada langit-langit mulut. Sebagai akibatnya, rahang atas bisa menyempit, menyebabkan gigi atas tidak pas dengan gigi bawahnya. Meski masalah ini dapat diatasi dengan kawat gigi, tetap bisa menyebabkan masalah bicara yang perlu diatasi dengan bantuan terapi.

Efek jangka panjang menghisap jari tidak hanya sampai di situ. Bila anak mengalami cross bite, kondisi di mana gigi atas dan bawah tidak sesuai, masalah akan bertambah buruk. Kondisi tidak seimbang pada gigi akan mempengaruhi struktur mulut dan rahang ketika anak bertambah  besar. Untuk menghindarinya Anda perlu mengajarkan anak mengurangi ketergantungannya pada menghisap jari sebelum menjadi kebiasaan.

Meski sebagian ibu membiarkan anak mereka menghisap jari, beberapa dokter gigi tidak sependapat. Sekalipun kebiasaan ini tidak berbahaya atau mengganggu kebanyakan bayi hingga usia 2 tahun, beberapa anak mengalami peningkatan frekuensi dam intensitas menghisap jari sehingga menimbulkan masalah gigi dan interaksi sosial.

Berikut beberapa masalah yang akan dihadapi anak saat kebiasaan menghisap jari ini sulit dihentikan:

  1. Menghisap jari mendorong gigi keluar

    Kebiasaan menghisap jari yang tak kunjung hilang sampai usia 4 tahun atau lebih akan membuat anak berurusan dengan ahli gigi, terutama bila anak memiliki keturunan gigi menonjol dari gusi. Atau Anda bisa mulai mencari cara untuk menghilangkan kebiasaan anak menghisap jari. Karena jari terdorong ke bagian dalam dan atas gigi, menghisap jari bisa menyebabkan maloklusi gigi. Bila dokter gigi tidak merasa khawatir dengan kebiasaan anak menghisap jari, Anda tak perlu cemas.

  2. Menghisap jari menyebabkan jari sakit

    Kebiasaan menghisap jari bisa berdampak pada kulit jari. Lamanya waktu jari berada di kelembaban lidah dan tekanan pada gigi menyebabkan jari pecah atau berdarah. Beberapa anak mengalami infeksi seperti kemerahan dan bengkak di area pertemuan kulit dan kuku jari.

  3. Menghisap jari tidak diterima secara sosial

    Anak usia 2 tahun mungkin tidak akan masalah jika ada temannya yang masih menghisap jari karena anak di bawah usia 2 tahun memang biasanya melakukannya. Tapi di usia lebih dari 2 tahun, anak akan diejek jika masih punya kebiasaan menghisap jari. Pada kebanyakan anak, kebiasaan menghisap jari sama seperti mengompol, tidak menunjukkan gangguan psikologis. Ini hanya kebiasaan, tapi sayangnya tidak bisa diterima secara sosial. Dan bila anak masih punya kebiasaan ini sampai ia besar, bukan tidak mungkin si kecil akan diejek terus-menerus karena bertingkah seperti bayi.

Tips Agar anak berhenti menghisap jari

Ketika anak memasuki usia pra sekolah, mungkin Anda selalu ingin menarik jarinya tiap kali ia berusaha menghisap, terutama bila Anda mengira ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahangnya. Tapi sebaiknya Anda menghindari cara ini dan menggunakan strategi lain.

Menghisap jari merupakan aktivitas yang menenangkan. Jangan takut Bun, anak tidak akan memiliki kebiasaan menghisap jari hingga ia masuk kuliah. Kebiasaan ini perlahan akan hilang.

Kita sebagai orang tua mungkin tidak menyadari kalau anak kadang merasa cemas dengan pertumbuhan yang dialaminya, dan menghisap jari adalah aktivitas menenangkan yang bisa membantu menurunkan kecemasan ini. Jadi bila anak mendekati usia pra sekolah dan masih menghisap jari, Bunda bisa menggunakan beberapa cara berikut untuk mengatasinya:

  • Coba batasi waktu anak menghisap jari. Misalnya, ia hanya boleh menghisap jari di kamar tidur atau di rumah, bukan di depan umum. Jelaskan padanya kalau menghisap jari adalah aktivitas di tempat tidur menjelang tidur siang atau tidur di malam hari.
  • Jangan mengkritik anak. Jangan berkata pada anak, “Adek nggak boleh hisap jari lagi!” Coba berikan pujian ketika ia tidak menghisap jarinya dan jangan mengkritik ketika ia melakukannya.
  • Bicara pada anak tentang kebiasaan menghisap jari. Bantu anak memahami kalau ketika ia siap berhenti, Anda akan siap membantunya. Ia perlahan akan memberi tahu Anda, “Bun, aku nggak mau hisap jari lagi,” karena Anda mendorongnya untuk berhenti.
  • Jangan larang anak bila ia mencoba menghisap jari setelah cedera. Ia perlu berada di zona yang nyaman saat ia terluka, kaegt, sedih, atau lainnya. Dengan melarangnya berada di zona nyaman, Anda hanya akan menyebabkan anak semakin trauma.
  • Ajarkan anak menyadari apa yang ia lakukan. Ketika anak menghisap jari, tanyakan “Adek sadar nggak kalau sekarang sedang menghisap jari?” Bila anak menjawab tidak, bantu ia menyadarinya, dan cari cara untuk menenangkannya, seperti dengan memberikan selimut atau boneka, bila ia membutuhkannya.
  • Jangan gunakan benda dengan rasa aneh untuk menghentikan menghisap jari.
  • Cari cara kreatif untuk membantu anak memahami kalau ia sedang tumbuh besar dan tak perlu lagi menghisap jari. Tanyakan ke anak, “Lihat deh kakak itu, kira-kira dia suka menghisap jari nggak ya?” Anak mungkin akan berpikir dan mulai memproses apakah ingin menghisap jari lagi atau tidak.
  • Jangan gunakan sarung tangan pada tangan anak sebagai cara menghentikan anak menghisap jari. Ini hanya akan membuat anak frustrasi dan lebih cemas. Kemungkinan anak bisa melepasnya dan menjadi lebih ingin menghisap jari.

Ingat Bun, anak akan berhenti menghisap jari ketika ia siap. Meski orangtua tidak menyukainya, yang paling baik adalah membiarkannya. Anak perlahan akan berhenti. Bunda juga bisa mencoba cara berikut ini:

  1. Tawarkan alternatif

    Bila anak selalu menghisap jari, coba cara alternatif seperti mengayun, memijat, bermain, dan bernyanyi untuk membuatnya berhenti menghisap.

    Jika Bunda bisa mengidentifikasi kapan si kecil selalu menghisap jarinya, misalnya pada saat menonton televisi, coba cari cara untuk mengalihkan perhatiannya dengan melakukan aktivitas lain, seperti memberikan bola karet untuk diremas-remas atau boneka jari untuk ia mainkan.

    Jika ia menghisap jari saat ia merasa lelah, Anda dapat membiarkan tidur siangnya lebih lama atau memajukan jadwal tidurnya. Apabila ia menghisap jari saat merasa frustrasi, bantu ia mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Kuncinya adalah memperhatikan kapan dan di mana aktivitas menghisap jari terjadi.

    Anda harus mencoba mengubah perhatiannya dengan menawarkan alternatif lain. Bersama-sama, Anda dan si kecil dapat menemukan solusi yang akan membantunya terlepas dari kebiasaan menghisap jari.

    Anda bisa coba tawarkan aktivitas lain pada anak usia lebih dari 4 tahun. Tunjukkan ke anak bagaimana melipat tangan atau gerakan tubuh lain yang ia sukai selain menghisap jari. Trik yang bisa Anda coba adalah permainan menyembunyikan jari. Ketika anak ingin menghisap jari, ajak ia membungkus jarinya dalam bentuk tinju. Bila menghisap jari jadi kebiasaan menjelang tidur, ajak anak menyembunyikan tangannya di bawah bantal.

  2. Buat jari anak sibuk

    Jari kecil sering mencari teman, yakni mulut, ketika tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Karenanya, sibukkan si anak yang bosan. Ketika Anda melihat jari anak menuju ke mulutnya, alihkan dan arahkan anak ke aktivitas yang membuat kedua tangannya sibuk.

  3. Menenangkan diri

    Ketika anak bertambah besar, ia akan menggunakan jarinya untuk membantunya merasa rileks. Tunjukkan bagaimana Anda bisa menenangkan diri. Contohkan cara membuat diri menjadi rileks dan anak akan belajar dari Anda. Anda bisa mendengarkan musik, berjalan kaki, atau menarik nafas dalam dan pelan ketika merasa cemas.

  4. Tunjukkan dan beritahukan

    Bila anak sudah cukup besar dan menghisap jari dapat mengganggu giginya, berarti anak sudah cukup besar untuk memahami kenapa kebiasaan ini bisa membahayakan gigi. Di depan cermin biarkan anak menggosokkan telunjuk pada gigi atas dan letakkan ujung jari ke celah antara gigi atas dan bawah selama menggigit. Tirukan tampilan gigi seperti Bugs Bunny, yang menunjukkan ke anak apa yang terjadi pada gigi bila ia menghisap jari. Juga tunjukkan jari yang dihisap tidak sama bentuknya seperti jari lain.

  5. Intervensi di saat mood anak baik

    Tunggu hingga mood anak lagi baik sebelum mencoba menghentikan kebiasaannya menghisap jari. Mencoba mengatasi menghisap jari ketika anak sedang bad mood kemungkinan akan membuat dia nggak segan untuk melawan Anda. Campur tangan Anda dianggap sebagai ancaman terhadap kemandiriannya.

  6. Targetkan waktu

    Bila anak terlihat ingin menghentikan kebiasaan menghisap jari,  Anda bisa berikan target waktunya, “Nanti pas Adek ulang tahun keempat, adek nggak usah menghisap jari lagi, ya.” Tapi jangan berputus asa bila pada hari besar itu ia tersenyum manis dan berkata, “Adek nggak jadi berhenti hisap jari deh.” Balas saja dengan senyuman.

    Bila Anda melihat anak menarik diri dari teman-temannya yang sedang bermain dan ia malah sibuk berinteraksi dengan jarinya, bukan dengan anak lain, cari tahu apa yang anak butuhkan untuk meningkatkan interaksi sosialnya. Daripada fokus pada kebiasaan menghisap jari, lebih baik bila Anda mengatasi  masalah rasa percaya diri yang bisa mempengaruhi interaksi sosial anak.

  7. Buat tabel tentang menghisap jari

    Jika kebiasaan menghisap jari terbawa sampai anak usia 6 tahun atau usia masuk SD, ia mungkin akan menerima tekanan dari teman sebayanya. Ini artinya, kemungkinan si kecil berhenti menghisap jari karena keinginan sendiri makin besar. Anda bisa membantunya dengan membuat tabel yang bisa ia gunakan untuk menunjukkan jumlah waktu ia menghisap jari setiap hari. Ia akan termotivasi untuk berhenti menghisap jari ketika melihat jumlah waktu yang ia habiskan untuk menghisap jari semakin berkurang.

  8. Tunggu ia berhenti melakukannya

    Anak biasanya berhenti menghisap jari saat ia menemukan cara lain untuk membuat dirinya merasa tenang dan nyaman. Jika anak Anda menghisap jari saat ia marah, misalnya, perlahan ia akan belajar mengatasi emosinya dengan membuka pintu kulkas dan mencari buah atau kue yang dapat ia makan. Mungkin juga ia meminta langsung dari Anda untuk memberinya cemilan.

  9. Jangan terlalu khawatir

    Asosiasi dokter gigi di Amerika mengatakan banyak anak yang menghisap jari tanpa membahayakan jarak antara gigi dan bentuk rahang hingga gigi permanen mulai tumbuh. Gigi permanen biasanya baru mulai muncul saat anak berusia 6 tahun. Perlu diingat nih Bunda, tidak semua aktivitas menghisap jari berakibat membahayakan.

    Para ahli mengatakan intensitas menghisap dan gerakan mendorong yang dilakukan lidah dapat mengakibatkan bentuk gigi yang tidak teratur hingga memerlukan penggunaan kawat gigi nantinya. Anak yang membiarkan jarinya secara pasif berdiam di dalam mulut kurang berisiko memiliki masalah gigi dibandingkan anak yang secara aktif menghisap dengan agresif.

    Amati teknik menghisap jari yang dilakukan anak Anda. Jika ia menghisap dengan penuh semangat, Anda mungkin perlu mengurangi kebiasaan ini lebih dini, misalnya pada saat usianya 4 tahun. Jika Anda mendapati adanya perubahan pada bentuk mulut dan giginya, atau Anda merasa khawatir aktivitas menghisap jari yang dilakukan si kecil akan menyebabkan masalah tertentu, segera konsultasikan masalah ini ke dokter gigi.

    Jika jari anak menjadi memerah karena dihisap, coba oleskan pelembab saat ia tertidur. Pelembab akan masuk ke mulutnya dan tertelan jika Anda menggunakannya saat ia terjaga. Sebagian besar anak berhenti menghisap jari dengan sendirinya pada usia 2 hingga 4 tahun. Beberapa anak masih melanjutkan kebiasaan ini dalam jangka waktu yang lebih lama, tapi tekanan dari teman sebaya di sekolah sering kali menjadi penyebab efektif untuk membuatnya berhenti melakukannya.

  10. Biarkan saja

    Menghukum anak prasekolah Anda atau mengomelinya sambil menarik paksa jari dari mulutnya tidak akan membuat ia berhenti karena sebenarnya ia sendiri tidak menyadari saat melakukannya. Usaha yang Anda lakukan seperti membungkus jari si kecil dengan perban elastis juga sepertinya akan sia-sia terutama karena ia melakukan kegemaran ini untuk membuatnya merasa tenang dan aman. Ditambah lagi, memaksanya untuk berhenti menghisap jari kemungkinan akan membuatnya kembali melakukan kebiasaan ini lebih dari sebelumnya. Jadi kalau segala hal sudah dicoba tapi tidak membuahkan hasil, biarkan saja sampai ia berhenti sendiri.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram