Ibupedia

Beda Pendapat Dengan Ibu Mertua? Ini Solusinya!

Beda Pendapat Dengan Ibu Mertua? Ini Solusinya!
Beda Pendapat Dengan Ibu Mertua? Ini Solusinya!

“Bukankah ia seharusnya sudah mulai makan MPASI?” “Makanan ini kan tidak membuat bayimu sakit.” “Ya ampun, makanan instan nggak masalah buat bayi. Dulu Ibu memberi semua anak ibu makanan instan.”

Komentar-komentar seperti itu pasti sering Anda dengar dari orang tua atau mertua Anda. Saat diberi kritik seperti ini, Anda pasti akan bersikap ofensif, apalagi ketika opini Anda berseberangan dengan pilihan Bunda. Tapi apakah Anda bersikap berlebihan atau mungkin cuma sedikit lebih sensitif? Apakah ibu mertua Anda benar-benar di luar batas saat memaksa Anda atau ia sebenarnya hanya berusaha untuk memberitahu beberapa informasi dengan maksud yang baik meski informasi yang ia punya keliru?

Anda pasti sudah banyak mendengar gurauan tentang ibu mertua, tapi ketika berurusan dengan Anda sendiri, secara pribadi, terutama di saat Anda telah menjadi orangtua, tidak mudah untuk melihat sisi lucunya. Sayangnya, kita tidak bisa memilih ibu mertua kita, mereka datang sebagai bagian dari paket bersama dengan orang yang kita cintai. Dan, disini terletak akar penyebab dari kebanyakan masalah, perbedaan dalam pengasuhan dan didikan antara kita dan pasangan.

Setiap keluarga memiliki nilai dan tradisi sendiri, begitu juga dengan cara untuk menjadi sebuah keluarga. Beberapa keluarga berbicara satu sama lain setiap hari, sedang keluarga lainnya punya batasan yang jelas tentang masalah yang bersifat rahasia, bahkan antar anggota keluarga. Beberapa keluarga bersikap terbuka dan begitu juga dalam hal memberi saran, sedang yang lainnya mengekspresikan rasa keberatan dengan lebih halus, hingga terasa kurang mengganggu.

Tips Mengatasi Perbedaan Pendapat Dengan Ibu Mertua

Untuk mengatasi campur tangan ibu mertua dengan lebih tenang, akan membantu jika Anda mencoba melihatnya dari perspektif orang lain. Jika ibu mertua Anda terlihat terlalu siap untuk meruntuhkan argumentasi Anda, ini mungkin tanda bahwa ia merasa perlu untuk meningkatkan harga dirinya sendiri. Lagi pula, ia melahirkan orang yang Anda cintai dan Anda memiliki anak dari anaknya sehingga ia mungkin merasa Anda “berhutang” padanya.

Pada beberapa kondisi, ibu mertua bisa merasa bahwa ia harus berkompetisi dengan Anda untuk mendapat cinta dan rasa hormat dari anaknya sendiri (yakni pasangan Anda). Gaya pengasuhan yang berbeda antara Anda dan ibu mertua bisa menjadi ancaman pada cara ia mengasuh anak Bunda. Di sisi lain, seorang nenek mungkin tulus mencoba untuk membantu Anda merawat cucunya dengan berbagai pengetahuan dan pengalamannya atau ia merasa ingin lebih terlibat dalam urusan yang berhubungan dengan cucunya.

Pada akhirnya, masalahnya bukan siapa yang menang, tapi Anda harus berfokus untuk membangun hubungan yang positif antara anak Anda dan kakek-neneknya. Jadi ketika Anda bertolak belakang dengan pandangan orangtua Anda atau orangtua pasangan, ada baiknya mengingat pepatah lama, “Anda bisa menangkap lebih banyak lalat dengan madu dibanding dengan cuka.”

Karena hubungan Anda dengan mertua akan terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, sangatlah penting bagi Anda untuk mencoba menemukan beberapa kesamaan. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk tetap menjalin hubungan baik dengan mertua saat sedang tidak sejalan.

  1. Coba tanyakan pendapat sang nenek tentang topik yang netral atau ajak ia untuk lebih terlibat dan beri ia komentar yang positif. Misalnya, “Nenek mau memandikan si kecil?” Atau Anda berkomentar, “Ia senang sekali waktu nenek mengajaknya memberi makan bebek.

  2. Jika Anda tidak sependapat dengan saran yang tidak diinginkan, betapapun baik maksudnya, Anda bisa memberitahunya dengan jujur, tapi tetaplah sopan. Beritahu bahwa Anda tidak setuju dengan sarannya atau Anda cukup bersikap tenang, tarik  nafas yang dalam, lalu menjawab “Cara yang saya lakukan cukup berhasil buat kami” atau “(nama bayi) merasa senang ketika kami melakukan ini”

  3. Pilihan lain adalah dengan berterima kasih untuk saran yang ia berikan dan berkata dengan antusias, “Akan saya ingat itu” lalu pilih informasi mana yang cocok dengan Anda dan si bayi dan buang sisanya. Anda mungkin juga ingin berbagi beberapa informasi terbaru dengan mertua atau ibu Anda dengan memberi komentar yang antusias tentang buku baru yang Anda dapat atau mungkin beberapa informasi atau penelitian tertulis yang mendukung apa yang Anda lakukan.

  4. Akan lebih berhasil jika melakukan ini dengan proaktif sebelum ia memborbardir Anda dengan informasi yang sudah kadaluwarsa, jadi ia tidak menempatkan diri pada situasi dimana ia merasa defensif. Jika semua gagal, Anda bisa menangkis saran yang tidak diinginkan dengan menggunakan senjata besar terakhir, “Kata konsultan laktasi atau dokter anak…”

  5.  Jika pasangan Anda mencoba berpihak pada ibunya dan melawan Anda, memang wajar jika Anda seolah ingin memotong ikatan antara mereka. Tapi sekali lagi, saran terbaik adalah dengan tetap bersikap tenang. Cari dukungan pasangan Anda dengan memberitahunya perasaan Anda tanpa menjadi marah atau menempatkannya pada situasi yang membuatnya harus memilih antara Anda dan ibunya.

  6. Juga penting untuk memberitahu pasangan Anda seberapa besar Anda menghargai usaha pengasuhannya, seperti, “Kamu ayah yang baik, saya suka cara kamu…,” lalu bantu ia melihat seberapa rentan kritik yang Anda rasakan dan seberapa besar Anda membutuhkan dukungannya agar Anda bisa lebih percaya diri dan menjadi ibu yang kompeten.

  7. Akan sulit untuk menentang orangtua, tapi jika Anda dan pasangan bisa setuju pada apa yang menjadi penyebab masalahnya dan bisa saling mendukung, Anda bisa lebih mungkin berhasil dalam menetapkan batasan. Duduk bersama dan buat daftar apa yang mengganggu Anda dan putuskan masalah mana yang layak ditegaskan. Apa yang Anda pilih sebagai makanan untuk si bayi atau bagaimana Anda memilih cara untuk mendisiplinkan anak Anda bisa menjadi prioritas yang tidak bisa Anda kompromikan, misalnya. 

Tapi jika ibu mertua Anda ingin menyetrika baju suami Anda dengan lebih baik atau mengeluh tentang bagaimana cara Anda membereskan rumah, mungkin Anda bisa membiarkan ini berlalu atau menganggapnya sebagai kelucuan tentang ibu mertua. Lagi pula, pasangan dan anak Anda telah menjadi keluarga Anda sekarang, dan waktunya untuk menetapkan nilai dan tradisi Anda sendiri.

(Ismawati)