Bikin Si Kecil Kekurangan Nutrisi, Ketahui Dampak Pica Pada Anak
Hampir semua Ibu di dunia pernah mengalami kondisi ketika anak GTM. Ibumin juga pernah merasakan hal ini saat si kecil berusia 3 tahun dan bikin Ibumin sempat hilang arah.
Apalagi, di awal MPASI si kecil tergolong sangat lahap makan dan tidak pernah sekalipun mengalami GTM. Makin bervariasi makanan yang ia cicipi, justru membuat ia malah terlihat tidak nafsu makan.
Tapi, kalau urusan ngemil sih nggak akan ditolak. Kala itu Ibumin sempat mencurigai adanya gejala Pica pada anak. Terlebih, camilan yang ia inginkan tergolong tidak memiliki nilai gizi yang cukup, layaknya kerupuk.
Pica pada anak sendiri, merupakan jenis gangguan makan yang bikin penderitanya ingin makan makanan bernilai gizi rendah, atau malah makanan yang membahayakan tubuhnya seperti remahan pensil, batu kerikil ataupun es batu. Duh, seram sekali ya Bu!
Untuk itu, yuk kita kenalan dengan Pica pada anak lebih dekat dan bagaimana cara mengatasinya!
Apa itu Pica?
Jika dikutip dari Kids Health Pica adalah kondisi ketika seseorang mengalami gangguan makan, di mana ia memakan sesuatu yang biasanya tidak dianggap sebagai makanan. Meskipun pada anak-anak di fase oral, seringkali memasukkan benda-benda asing ke dalam mulutnya tanpa sadar.
Namun, Pica pada anak sejatinya lebih dari itu. Mereka bahkan bisa makan makanan yang dapat membahayakan kesehatan mereka, termasuk makan es batu, remahan krayon, bahkan kotorannya sendiri.
- Hingga saat ini, para ahli belum dapat menyimpulkan apa yang jadi penyebab Pica pada bayi maupun anak-anak. Tapi yang jelas, Pica pada anak sering dikaitkan dengan:
- Masalah perkembangan, seperti autisme atau gangguan intelektual
- Masalah kesehatan mental, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD) atau skizofrenia
- Kekurangan gizi atau kelaparan. Anak menganggap bahwa benda asing yang berbahaya sekalipun bisa membuat mereka kenyang. Bahkan, rendahnya tingkat nutrisi seperti zat besi atau seng dapat memicu keinginan ngemil tertentu
- Pica lebih sering terlihat pada anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan, atau pada mereka yang pernah mengalami pelecehan atau ditelantarkan oleh orang tua
- Sebagian besar kasus Pica terjadi pada balita hingga wanita hamil
- Pica biasanya juga muncul pada anak di usia 2 tahun ke atas.
Pica pada anak, biasanya membaik seiring bertambahnya usia. Namun bagi orang-orang dengan masalah perkembangan atau kesehatan mental, hal ini justru akan menimbulkan dampak kesehatan yang besar di kemudian hari.
Pica pada anak, punya dampak bagi kesehatan
Kata Pica sendiri, sejatinya berasal dari salah satu spesies burung Eurasia Magpie, atau yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Pica. Burung ini konon gemar mengonsumsi makanan yang tidak biasa, layaknya plastik, batu ataupun barang berbahaya lainnya.
Terlepas dari itu, yang jelas Pica pada anak bisa menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan. Mengutip dari Cleveland Clinic Pica pada anak maupun dewasa bisa menimbulkan dampak seperti;
- Defisiensi zat besi (anemia)
- Keracunan timbal, karena memakan kotoran atau serpihan benda asing yang mengandung timbal
- Gangguan pencernaan berupa sembelit atau diare, karena memakan makanan yang tidak dapat dicerna tubuh (seperti rambut)
- Infeksi usus, karena memakan tanah atau kotoran yang mengandung parasit atau cacing
- Obstruksi usus, karena memakan makanan yang menyumbat usus
- Cedera mulut atau gigi hingga tersedak.
Bagaimana cara mendiagnosa Pica pada anak?
Gerakan tutup mulut atau GTM yang terjadi berlarut-larut pada anak, belum tentu menandakan si kecil terdiagnosa Pica, lho Bu! Sehingga, untuk menegakkan diagnosa ada baiknya harus langsung konsultasi dengan ahlinya yaitu dokter.
Apalagi, mengutip dari laman Healthline sejauh ini untuk mendiagnosa Pica pada anak tidak ada sebuah test kesehatan khusus. Biasanya, dokter akan mendiagnosis kondisi ini berdasarkan riwayat dan beberapa faktor lainnya.
Orang tua bisa menceritakan secara detail mengenai kebiasaan makan anak pada dokter. Apa saja yang anak makan dan apa menu makan yang kira-kira tidak ia sukai.
Hal ini akan membantu dokter mengembangkan diagnosa yang lebih akurat. Mungkin pemeriksaan ini akan lebih sulit bagi dokter untuk mendiagnosa Pica pada anak.
Namun, pada tahap yang lebih lanjut, biasanya dokter akan melakukan test darah untuk mengetahui apakah si kecil memiliki kadar zinc atau zat besi yang rendah. Test darah, juga dapat membantu dokter mengetahui apakah si kecil memiliki risiko kekurangan nutrisi yang mendasarinya, yang menjadi penyebab Pica pada anak.
Pica pada anak, bisakah disembuhkan?
Mengutip dari Very Well Health Pica pada anak seringkali hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa bulan, dengan atau tanpa treatment khusus. Namun, Pica pada anak yang memiliki gangguan mental atau disabilitas intelektual justru makin meningkat hingga ia menuju usia remaja.
Akan tetapi, pengobatan Pica pada anak, umumnya lebih berhasil pada anak-anak yang telah menjalani pengobatan medis tertentu. Terapi medis yang menyeluruh dapat menghasilkan pengobatan yang efektif terhadap masalah mendasar, seperti kekurangan nutrisi pada anak.
Jadi, ketika Ibu curiga si kecil mengalami Pica jangan ragu untuk segera berkonsultasi ke dokter. Supaya bisa cepat mendapatkan penanganan medis yang tepat.