Ibupedia

Cara Cegah Stunting Anak: ASI Berkualitas Jadi Senjata Utama!

Cara Cegah Stunting Anak: ASI Berkualitas Jadi Senjata Utama!
Cara Cegah Stunting Anak: ASI Berkualitas Jadi Senjata Utama!

Dalam persiapan menuju “Generasi Emas Indonesia” di tahun 2045, isu kesehatan anak menjadi fokus utama di Indonesia. Salah satu tantangan besar yang masih dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah stunting, yang masih menghantui ribuan anak di bawah usia 2 tahun di Indonesia. 

Itulah kenapa pemerintah melakukan upaya keras untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Tak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi telah menugaskan BKKBN untuk memimpin perang melawan stunting. 

Namun, sebenarnya apa sih stunting itu dan kenapa kondisi ini harus kita perangi bersama? Kira-kira apa yang bisa orang tua lakukan untuk memastikan anak tidak mengalami stunting? Ini semua dikupas tuntas dalam acara Peluncuran Kampanye Edukasi “#PeduliASIBerkualitas, Penuhi Nutrisi Mikro” yang diadakan tanggal 6 Maret 2024 lalu oleh Blackmores Indonesia.

Simak yuk pesan-pesan penting yang Ibumin dapat dari para narasumber di acara tersebut terkait stunting serta pentingnya pemenuhan nutrisi mikro pada ibu menyusui untuk cegah anak stunting.

Kasus Stunting di Indonesia Menurun, tapi Masih Jadi Tantangan

Marianus Mau Kuru, SE, MPH, Plt Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR), BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) di acara ini menyampaikan bahwa stunting bukan sekadar masalah tinggi badan, tetapi sebuah indikator serius yang menggambarkan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kurang gizi kronis dan infeksi berulang.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, stunting ditandai dengan tinggi badan anak yang berada di bawah standar untuk usianya. Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua anak pendek mengalami stunting, tetapi anak-anak stunting pasti memiliki tinggi badan di bawah rata-rata.

Di Indonesia, meskipun terjadi penurunan kasus stunting dalam beberapa tahun terakhir, Marianus mengatakan bahwa tantangan ini tetap ada. Dari tahun 2015 hingga 2019, tercatat penurunan sebesar 0,3%, yang kemudian penurunan makin meningkat menjadi 2,5% dari tahun 2020 hingga 2024. Diharapkan penurunan angka stunting dapat dipercepat, dengan target penurunan hingga 14% pada tahun 2024.

Data yang diberikan oleh Marianus juga menunjukkan bahwa kasus stunting paling banyak terjadi di beberapa wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Lampung, dan Banten.

Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan keluarga di Indonesia lebih rentan terhadap stunting termasuk sanitasi yang buruk, akses air bersih yang sulit, kondisi 4T (ibu terlalu muda, terlalu tua, jarak antar anak terlalu dekat, jumlah anak terlalu banyak), kemiskinan, dan pendidikan ibu di bawah tingkat SMP. 

Pentingnya menyadari bahwa stunting merupakan masalah bersama yang membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tidak hanya menyasar calon pengantin, tetapi juga remaja perempuan karena rentan terhadap anemia, sebagai bagian dari upaya untuk memberantas stunting.

 

Mengurai Penyebab Stunting di Indonesia

Stunting, sebagai masalah serius dalam pertumbuhan anak, tidak hanya disebabkan oleh satu faktor, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor multidimensi. Intervensi yang paling krusial terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yang mencakup periode dari konsepsi hingga usia dua tahun. 

Di Indonesia, beberapa faktor utama yang menyebabkan stunting antara lain:

1. Praktik Pengasuhan yang Tidak Baik:

a. Orang tua kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan selama kehamilan.

b. Persentase rendah anak yang mendapatkan ASI eksklusif dan menerima MPASI.

2. Terbatasnya Layanan Kesehatan:

a. Kurangnya akses terhadap layanan kesehatan seperti Ante Natal Care, Post Natal Care, dan pembelajaran dini yang berkualitas.

b. Rendahnya tingkat kehadiran anak di posyandu dan rendahnya konsumsi suplemen zat besi oleh ibu hamil.

c. Banyak keluarga yang tidak memiliki akses yang memadai untuk mendapatkan imunisasi.

3. Kurangnya Akses ke Makanan Bergizi:

a. Tingginya angka ibu hamil yang mengalami anemia.

b. Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi akibat faktor ekonomi.

4. Kurangnya Akses ke Air Bersih dan Sanitasi:

a. Tingginya persentase rumah tangga yang masih melakukan BAB di ruang terbuka.

b. Kurangnya akses terhadap air minum bersih di beberapa daerah.

Dengan memahami kompleksitas penyebab stunting ini, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil, untuk mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak.

 

Dampak Stunting: Menyadarkan Kita Akan Pentingnya Tindakan Tepat

Stunting tidak hanya menghambat pertumbuhan fisik anak, tetapi juga berdampak serius pada perkembangan dan kesehatan jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek meliputi gangguan perkembangan otak, penurunan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. 

Sementara itu, dampak jangka panjang dari stunting meliputi penurunan kemampuan kognitif dan prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh yang meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi, dan peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, obesitas, jantung, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Marianus menekankan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah memainkan peran penting dalam upaya penanggulangan stunting melalui program-program seperti Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama bagi keluarga yang berisiko stunting. 

DASHAT menyasar desa-desa atau kelurahan dengan tingkat stunting yang tinggi, dengan fokus pada kelompok ibu hamil, menyusui, dan balita yang berada dalam risiko tinggi terhadap stunting. 

Melalui kerjasama dengan pemerintah desa atau kelurahan, BKKBN berupaya memberikan intervensi yang tepat dan efektif untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak-anak di Indonesia.

 

Intervensi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan: Kunci Pencegahan Stunting

Periode Emas Pertumbuhan Anak, yang dikenal juga sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), menjadi titik fokus krusial dalam pencegahan stunting pada anak-anak. Proses ini dapat diintervensi pada beberapa tahapan penting, yaitu:

1. Periode Kehamilan: 270 Hari


Selama masa kehamilan, kenaikan berat badan ibu memainkan peran penting dalam memastikan bayi lahir dengan berat yang optimal. Menurut dokter spesialis anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, di kesempatan yang sama, kenaikan berat badan yang direkomendasikan berkisar antara 10-14 kilogram. Namun, kenaikan berat badan yang ideal akan bervariasi tergantung pada indeks massa tubuh (BMI) ibu sebelum hamil.

  • Jika BB ibu sebelum hamil < 25 BMI: Kenaikan BB 11-18Kg
  • Jika BB ibu sebelum hamil > 25-29: Kenaikan BB 7-11,5Kg
  • Jika BB ibu sebelum hamil > 30: Kenaikan BB hanya 5-9Kg

Selain kenaikan berat badan yang tepat, ibu hamil juga membutuhkan asupan nutrisi mikro yang mencukupi. Nutrisi mikro, seperti vitamin dan mineral, memainkan peran krusial dalam perkembangan janin dan kesehatan ibu selama kehamilan. 

Asupan nutrisi yang seimbang dan memadai, termasuk asam folat, zat besi, kalsium, dan omega-3, sangat penting dalam mendukung pertumbuhan bayi yang optimal dan mencegah masalah kesehatan selama kehamilan.

2. Periode Menyusui: 365 Hari


Dr. Tiwi menyampaikan bahwa selama dua minggu pertama setelah kelahiran, ibu menyusui sering mengalami apa yang disebut sebagai Masa Kritis Menyusui. Pada saat ini, ibu sering merasa cemas bahwa produksi ASI mereka terlihat kurang, sedangkan bayi terlihat sering ingin menyusu. 

Perasaan ini sering membuat ibu meragukan kemampuannya untuk memberikan ASI yang cukup bagi bayinya. Masa kritis ini sangat menentukan apakah Ibu melanjutkan pemberian ASI pada anaknya atau tidak.  

Agar sukses dalam menyusui, ibu perlu mendapatkan dukungan dan edukasi yang memadai. Edukasi antenatal yang diberikan pada trimester terakhir kehamilan mempersiapkan ibu untuk peran penting dalam menyusui bayi mereka. Selain itu, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan bimbingan menyusui yang diberikan di rumah sakit atau tempat persalinan membantu ibu memulai proses menyusui dengan baik.

Dukungan keluarga juga merupakan faktor penting dalam kesuksesan menyusui. Dukungan emosional dan praktis dari pasangan, keluarga, dan lingkungan sekitar membantu mengurangi stres dan meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya.

Selain dukungan dan edukasi, nutrisi yang baik selama menyusui juga sangat penting. Ibu perlu memastikan asupan nutrisi mikro mencukupi untuk menghasilkan ASI berkualitas tinggi yang memberikan semua nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal bayi. Asupan nutrisi yang memadai juga berperan dalam mencegah stunting pada bayi, memberikan fondasi yang kuat bagi kesehatan dan pertumbuhan mereka.

3. Periode Anak Usia 12-24 Bulan: 365 Hari


Saat anak lahir, penting untuk memantau pertumbuhan mereka dengan cermat. Ada tiga indikator utama yang menandai pertumbuhan anak yang sehat, yaitu berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. 

Berat badan menjadi faktor yang sangat sensitif terpengaruh jika bayi tidak mendapatkan cukup asupan nutrisi, sedangkan tinggi badan mengindikasikan pertumbuhan panjang tubuh dan lingkar kepala mengukur pertumbuhan otak. 

Normal bagi bayi baru lahir mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama kehidupannya. Namun, ada patokan umum untuk menentukan penurunan berat badan yang wajar, seperti berikut ini:

  • Usia bayi 1 hari setelah lahir = Berat badan -5% dari berat lahir
  • Usia bayi 2 hari setelah lahir = Berat badan -7.5% dari berat lahir
  • Usia bayi 8-10 hari setelah lahir = Berat badan -2% dari berat lahir 

Pertumbuhan berat badan yang optimal menjadi kunci dalam memastikan kesehatan anak. Jadi penting untuk Ibu memastikan berat bada anak bertambah sesuai dengan usianya.

  • Usia 2 minggu: Pertambahan berat badan per minggu harus kembali ke berat lahir
  • Usia 2 minggu – 3 bulan : Pertambahan berat badan per minggu 113-227gram
  • Usia 4-6 bulan: Pertambahan berat badan per minggu 85-142gram
  • Usia 6-12 bulan : Pertambahan berat badan per minggu 43-85gram
  • Usia > 12 bulan: Pertambahan BB anak min. 2Kg/tahun 

Memahami indikator pertumbuhan anak dan mengamati pertumbuhan mereka dengan cermat merupakan langkah penting dalam mencegah stunting dan memastikan kesehatan optimal anak selama masa pertumbuhan anak. 

Dengan memperhatikan tanda-tanda pertumbuhan yang tidak sesuai, ibu dapat bertindak cepat untuk mengatasi masalah dan meminimalkan risiko stunting pada anak-anak.

Kampanye #PeduliASIBerkualitas: Mengawal Kualitas ASI untuk Mencegah Stunting

Dalam rangka menurunkan prevalensi stunting di Indonesia, Blackmores Indonesia berkomitmen dalam menjaga kesehatan ibu dan bayi. Melalui kampanye #PeduliASIBerkualitas #PenuhiNutrisiMikro, Blackmores, bersama BKKBN dan IDAI, tidak hanya memberikan edukasi, tetapi juga memberikan dukungan nyata kepada calon ibu, ibu hamil, dan ibu menyusui untuk memastikan kualitas ASI yang optimal guna mencegah stunting. Kolaborasi ini juga mencakup kerja sama dengan Yayasan Bumi Sehat selama 7 tahun, memastikan bahwa nutrisi terbaik tersedia untuk bayi yang lahir nanti.

Kampanye "Peduli ASI Berkualitas" menggarisbawahi pentingnya tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas ASI dalam menurunkan risiko stunting. Di tengah kesadaran yang masih berkutat pada pemikiran bahwa banyaknya ASI sudah cukup, kampanye ini menyoroti pentingnya memperhatikan nutrisi makro dan mikro yang terkandung dalam ASI. Blackmores turut memberikan edukasi mengenai manfaat penting Omega 3, asam folat, kalsium, zat besi, dan nutrisi mikro lainnya yang vital untuk meningkatkan kualitas ASI.

Menurut Country Head/Director Kalbe Blackmores Nutrition, Dickson Susanto, kampanye ini tidak hanya berfokus pada edukasi, tetapi juga implementasi nyata melalui donasi Blackmores Pregnancy & Breastfeeding Gold senilai Rp 3 Miliar kepada ibu hamil di trimester akhir hingga ibu menyusui, terutama di daerah dengan prevalensi stunting yang tinggi. Ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk menurunkan angka stunting di Indonesia.

Senior Marketing Manager Kalbe Blackmores Nutrition, Virna Widiastuty, menegaskan bahwa kualitas ASI tidak hanya terlihat dari bentuk dan rasanya, tetapi juga dari pertumbuhan dan pola menyusui bayi. Nutrisi mikro, seperti yang terdapat dalam Blackmores Pregnancy and Breast-Feeding Gold, memegang peranan penting dalam menjaga kualitas ASI, serta mendukung pertumbuhan optimal bayi dari dalam kandungan hingga masa menyusui. 

Dengan memenuhi kebutuhan nutrisi mikro selama kehamilan dan menyusui, diharapkan ibu dapat menghasilkan ASI berkualitas yang membantu mencegah stunting, memberikan perlindungan terhadap anak-anak.

(Atalya)

Follow Ibupedia Instagram