Ibupedia

Cara Menyapih Anak Biar Sukses Tanpa Drama

Cara Menyapih Anak Biar Sukses Tanpa Drama
Cara Menyapih Anak Biar Sukses Tanpa Drama

Bagi sebagian orangtua, terutama Ibu, menyapih anak merupakan fase yang sangat mendebarkan sekaligus menantang. Nggak heran, hal ini seringkali membuat ‘drama’ baru bagi Ibu dan anak.

Namun sebelumnya, apa itu menyapih? Dikutip dari Baby Centremenyapih adalah sebuah cara untuk menghentikan anak menyusui karena dianggap sudah mendapatkan semua nutrisi dari sumber selain dari ASI. Menyapih anak tidak selalu menandakan akhir dari ikatan batin antara Ibu dan si kecil, namun perpisahan antara bayi dengan payudara Ibu biasanya memang sering membuat hati menjadi mellow.

Tenang, jangan khawatir ya, Bu. Nyatanya kondisi ini wajar terjadi dan banyak dialami oleh kebanyakan Ibu di Indonesia. Mereka pun punya cara menyapih anak tersendiri untuk melewati fase ini, misalnya saja dengan rela tidur terpisah dari anak beberapa hari atau bahkan memberikan lipstik atau perban pada puting agar si kecil kapok menyusu.

Meski tidak tega, akan tetapi biasanya mereka terpaksa melakukan hal ini demi si kecil berhenti menyusui dan mau disapih. Lalu sebenarnya boleh dilakukan nggak ya? Bagaimana cara menyapih anak yang tepat agar tidak mengalami drama berkepanjangan? Yuk, simak ulasan berikut ini.

Cara menyapih anak dengan cinta


World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar para orang tua memberikan ASI eksklusif minimal selama 6 bulan. Jika dirasa mampu, Ibu bisa lanjut memberikan ASI sampai si kecil berusia 1 tahun atau selama yang Ibu dan anak inginkan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menganjurkan agar Ibu menyusui bayinya setidaknya hingga usia 2 tahun. Sebab pada usia tersebut ASI sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi si kecil.

Setelahnya Ibu bisa melakukan proses cara menyapih anak secara bertahap dengan metode weaning with love atau menyapih dengan cinta. Hal ini disebabkan, proses menyapih anak yang dilakukan secara mendadak dapat membuat anak menjadi trauma.

Kurangnya minat menyusui lebih awal dari itu, bisa berarti anak sedang mengalami mogok menyusu (nursing strike), atau penolakan sementara untuk menyusu. Biasanya terjadi saat bayi sedang berkonsentrasi pada pengembangan keterampilan baru yang menyita minatnya sementara waktu.

Sama seperti orang dewasa, bayi terkadang juga bisa moody-an untuk menyusu lho, Bu. Apalagi kalau sudah mulai MPASI dan lain sebagianya. Jadi jangan cepat menyimpulkan bahwa bayi sudah siap disapih dengan kondisi seperti ini ya.

Waktu yang tepat untuk menyapih anak 


Sesuai anjuran WHO dan IDAI, ASI eksklusif sebaiknya diberikan selama 6 bulan atau paling tidak 1 tahun. Hanya Ibu yang tahu kapan waktu yang tepat untuk menyapih si kecil dan kembali lagi pada pilihan masing-masing Ibu.

Sebab sebenarnya tidak ada waktu tepat menyapih anak di bawah usia 2 tahun. Namun Ibu bisa menyapih anak dengan kondisi seperti berikut ini:

  • Ibu sedang hamil lagi dan berisiko keguguran. Lakukan cara ini dengan perlahan dan tidak terburu-buru agar ia tidak kaget dan menjadi trauma.
  • Ibu sedang menjalani perawatan kemoterapi dan sedang mengonsumsi obat kanker.
  • Bayi sudah mulai MPASI, mulai tampak tidak tertarik saat menyusu di payudara ibu. Namun jangan menyerah pada hal ini ya Bu, mungkin Ibu bisa melakukan pemberian ASI melalui botol.
  • Bayi menyusui dalam waktu yang lebih pendek daripada biasanya.
  • Bayi ‘bermain ’dengan payudara ibu, seperti menarik dan menggigit payudara ibu,
  • Bayi menyusu di payudara ibu tapi tidak mengisapnya sehingga ASI tidak keluar.
  • Bayi menyusu untuk mencari kenyamanan.

Menyapih anak secara bertahap


Agar proses menyapih anak tidak membuat trauma dan berujung menjadi drama antara Ibu dan bayi, sebaiknya hal ini dimulai secara bertahap dengan menerapkan basic weaning with love. Tahapannya sebagai berikut:

  1. Lakukan pendekatan sedini mungkin sebelum proses menyapih diterapkan. Berikan afirmasi positif kepada si kecil setiap hari sesering mungkin, bahwa saat ini sudah waktunya berhenti menyusui secara langsung dengan Ibu. Pastikan bahwa hal ini tak jadi penghalang kedekatan Ibu dan si kecil. Lalukan cara menyapih anak secara perlahan, baru kemudian mantapkan hati dan yakinkan diri untuk mulai tahap ini.
  2. Mulai kurangi frekuensi menyusui secara bertahap. Siang hari merupakan cara yang tepat untuk memulai. Namun tetap berikan ASI pada malam hari.
  3. Mulailah dengan mengganti satu waktu pemberian ASI dengan susu botol atau cangkir dalam satu hari. Tetaplah ikuti jadwal yang sama selama seminggu. Kemudian minggu berikutnya tambahkan waktu saat Ibu memberikan susu botol dan kurangi pemberian ASI secara langsung. 
  4. Apabila bayi biasa menyusu sebelum tidur, cobalah untuk menidurkannya tanpa disusui secara bertahap. Jika ia rewel Ibu bisa menggendong sambil memeluknya sambil terus lakukan afirmasi positif. Cara menyapih anak yang satu ini merupakan salah satu yang menjadi senjata ampuh para Ibu untuk menenangkan si kecil.
  5. Peluk dan sentuh anak lebih sering agar dia tidak merasa diabaikan setelah tidak disusui.
  6. Jangan pernah memberikan barang atau hal lain pada payudara Ibu untuk menakut-nakuti bayi. Sebab, cara menyapih anak yang satu ini justru hanya akan mendatangkan trauma pada anak.

Menyapih anak juga butuh dukungan Ayah


Tidak semua Ibu bisa melalui cara menyapih anak dengan mudah. Karenanya hal ini membutuhkan dukungan dari lingkungan yang tepat termasuk dari Ayah. Dilansir dari laman Fatherly berikut adalah beberapa cara yang bisa Ayah lakukan dalam mendukung Ibu menyapih anak:

  • Siaga ketika anak bangun malam. Kalau Ibu yang langsung merespon ketika si kecil bangun, sudah jelas ia akan langsung minta menyusu. Nah, peran Ayah di sini segera ambil alih, tenangkan si kecil, gendong atau buatlah suara white noise atau susher agar ia tidur kembali.
  • Tak hanya saat tidur malam saja, tugas Ayah masih berlanjut begitu si kecil bangun. Alihkan perhatiannya agar ia tidak mencari bunda dan minta menyusu. Jika belum waktunya tidur, Ayah bisa mengajak anak bermain permainan yang ia suka.
  • Mulai tahapan menyapih saat Ayah libur agar memiliki banyak waktu untuk membantu Ibu.
  • Tidur bersama anak, ketika malam hari tiba ini merupakan waktu yang sulit saat proses penyapihan. Si kecil yang biasa tidur setelah menyusu akan mencari-cari Ibunya. Untuk mengalihkan perhatiannya, Ayah bisa menemani si kecil saat tidur.
  • Bantu lakukan afirmasi positif pada si kecil bahwa ia sudah tidak bisa menyusu dengan Ibu lagi.

Penulis: Aprilia Ramdhani
Editor: Dwi Ratih