Ibupedia

Ciri Si Kecil Mengalami Keterlambatan Berbicara

Ciri Si Kecil Mengalami Keterlambatan Berbicara
Ciri Si Kecil Mengalami Keterlambatan Berbicara

Kemampuan berbicara tiap anak berbeda-beda. Hal ini mengingatkan kita, para orangtua, bahwa anak yang berada pada usia yang sama bisa jadi memiliki kemampuan berbicara yang beragam.

Namun hal ini bukan berarti Anda menjadi lengah, sebaliknya Anda harus waspada.  Apabila buah hati Anda terlihat belum mengucapkan kosa-kata apa pun saat berusia 2 tahun, hal ini bisa jadi pertanda bahwa buah hati Anda mengalami keterlambatan berbicara.

Pada umumnya anak mulai bergumam-gumam atau berceloteh tidak jelas menginjak usia 1 tahun pertamanya. Lalu mulai bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat-kalimat pendek di usia 2 tahun.

Bila si kecil tidak menunjukkan tanda-tanda tersebut Anda harus merasa khawatir dan segera konsultasi dengan dokter, agar si kecil mendapatkan penanganan dengan segera. Keterlambatan berbicara pada si kecil akan berpengaruh pada kemampuan kognitifnya yang lain, maka dari itu harus segera ditangani dengan serius.

Seperti yang Anda tahu bahwa kemampuan berbicara buah hati Anda tidaklah didapatkan dalam waktu sekejap. Hal itu memerlukan waktu dan proses. Proses di mana si kecil bergumam-gumam, mulai memberi respon pada apa yang Anda ucapkan, mengulang-ngulang perkataannya, meniru tingkah ataupun perkataan Anda.

Tanda anak terlambat bicara

Jika ada salah satu proses di atas yang terlambat sudah tentu akan mempengaruhi hal lainnya dan kemampuan bicara buah hati Anda pun akan terlambat jauh dibandingkan teman-teman sebaya si kecil. Maka dari itu segeralah berkonsultasi dengan dokter anak bila Bunda menemukan tanda-tanda keterlambatan berbicara pada buah hati. Berikut tanda-tanda yang bisa dijadikan acuan bahwa si kecil mengalami keterlambatan bicara.

  1. Usia 12 Bulan

    • Si kecil belum mengatakan sepatah kata pun ketika ia menginjak usia 12 -15 bulan.
    • Anda jarang melihat buah hati Anda mengucapkan huruf konsonan seperti “p” atau “b” 
    • Anda tidak mendengar si kecil berceloteh-celoteh atau bergumam layaknya bicara. Si kecil belum mengatakan kata “mama”, “papa” ataupun “dada”.
    • Si kecil belum bisa menggerakkan tubuh untuk melambaikan tangan, menggelengkan kepala atau menunjuk dengan jari.
    • Anda jarang melihat si kecil menunjuk benda-benda asing yang menarik perhatiannya seperti burung atau pesawat terbang.

  2. Usia 18 Bulan

    • Si kecil belum mengerti bagaimana caranya berkomunikasi dengan Anda ketika ia membutuhkan bantuan atau menginginkan sesuatu.
    • Belum memiliki kosakata yang cukup banyak, setidaknya pada usia ini buah hati Anda sudah harus memiliki 6 kosa kata.
    • Ketika diminta untuk menunjuk salah satu bagian tubuhnya, misalkan hidung atau alis, si kecil tidak mengerti dengan perintah tersebut. Padahal seharusnya pada usia ini si kecil sudah bisa mengerti dan menunjukkan paling tidak 1 anggota tubuhnya.
  3. Usia 19 - 24 Bulan

    • Si kecil tidak memperlihatkan kemajuan dalam perbendaharaan kosa katanya. pada usia 19-24 bulan seharusnya kemampuan si kecil untuk mengapalkan kata-kata meningkat sehingga ia selalu terlihat mempunyai kata-kata baru setiap minggunya.
  4. Usia 24 Bulan

    • Si kecil tidak terlihat menirukan tingkah-tingkah orang-orang di sekitarnya atau tidak meniru kata-kata yang didengarnya.
    • Pada balita perempuan yang berusia 2 tahun, biasanya ia senang bermain dengan bonekanya dan berperan memberi makan atau menyisirkan bonekanya tersebut.
    • Si kecil masih belum mengerti tentang fungsi-fungsi barang yang biasa terdapat di rumah. Misalnya dia tidak tahu fungsi dari sikat gigi ataupun fungsi dari sendok garpu.
    • Si kecil belum bisa merespon perintah-perintah sederhana.
    • Si kecil belum memiliki kemampuan untuk menggabungkan kata-kata menjadi kalimat sederhana.
    • Ia terlihat bingung dan tidak bisa menunjukkan gambar yang ada di bukunya ketika diminta menunjuk gambar oleh guru ataupun orang di sekitarnya.
  5. Usia 25 Bulan

    • Si kecil jarang mengucapkan atau menggunakan kalimat-kalimat sederhana ketika bicara. Pada tahap ini setidaknya ia harus sudah bisa merangkai dua sampai empat kalimat sederhana.
    • Si kecil jarang terlihat bertanya tentang sesuatu hal apapun.
    • Ia belum bisa menyebutkan semua bagian-bagian anggota tubuhnya.
  6. Usia 2,5 Tahun

    • Anda dan keluarga mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerti apa yang dibicarakan si kecil.
  7. Usia 3 Tahun

    • Si kecil tidak bisa berbicara menggunakan frasa-frasa sederhana.
    • Si kecil terlihat belum bisa menggunakan kata ganti seperti saya, aku, kamu, dia.
    • Ia juga belum bisa mengerti perintah-perintah sederhana.
    • Ketika Anda dan si kecil pergi keluar lalu bertemu dengan orang lain, apa yang si kecil ucapkan tak dimengerti oleh orang-orang.
    • Si kecil terlihat begitu tersiksa apabila jauh dari Anda.
    • Ia terlihat tidak tertarik bermain dengan teman sebayanya.
    • Si kecil terlihat masih berbicara tidak jelas dan terbata-bata. Padahal pada usia 3 tahun kemampuan berbicara buah hati Anda seharusnya sudah mulai ada peningkatan. Setidaknya ketika ia berbicara sudah mulai bisa dimengerti oleh Anda ataupun orang lain di sekitarnya.
  8. Usia 4 Tahun

    • Si kecil tidak bisa menggunakan dan membedakan kata ganti saya, aku dan kamu.
    • Si kecil belum menguasai cara pengucapan konsonan.
    • Ia pun belum memahami mengenai konsep “sama” dan “berbeda”.

Kapan orangtua harus khawatir?

Meski benar tiap anak punya tumbuh kembang sendiri, terlambat dalam tumbuh kembang tertentu seperti berbicara bisa membuat orangtua khawatir. “Apakah anak saya tumbuh kembangnya sesuai jadwal?” Berikut ini beberapa jawaban untuk pertanyaan tentang perkembangan bayi Anda:

  1. Memperhatikan orang lain

    Menurut Katrina Zeit dari Cincinnati Children's Hospital Medical Center, interaksi sosial menjadi dasar untuk perkembangan bahasa. Bila anak tidak memperhatikan orang lain, merespon suara, musik, game, atau mainan yang bergerak, ini bisa jadi tanda peringatan kemungkinan terlambat bicara.

  2. Berceloteh 

    Antara usia 4 sampai 6 bulan, bayi akan menunjukkan peningkatan mengoceh dan vokalisasi. Bayi akan mulai mengeluarkan beberapa suara vokal, dan setelah ia mendekati 6 bulan, ia mulai menyatukan beberapa konsonan dan suara vokal.

  3. Mengenali namanya

    Antara usia 6 sampai 9 bulan, bayi  akan berhenti dan menoleh ke Anda ketika Anda memanggil namanya. Anak bisa merespon suara berbeda yang Anda buat, dan ia bisa mulai mencoba menirukannya. Ini sebabnya sangat penting bagi orangtua untuk bicara ke anak sesering mungkin. Penelitian menunjukkan anak dengan orangtua yang banyak bicara mengembangkan kemampuan bicara lebih cepat.

  4. Kata pertama anak

    Di usia 12 bulan, bayi harus sudah mengatakan kata pertamanya, seperti “mama,” “dada,” dan “baba.” Anda bisa membantu meningkatkan kosa-katanya dengan membacakan buku atau bicara ke bayi tentang apa yang Anda lakukan sehari-hari. Buat komunikasi tidak terlalu simpel atau terlalu kompleks. Ketika mengajaknya jalan-jalan, Anda bisa tunjuk bunga yang cantik atau kuciing yang Anda lihat selama jalan-jalan.

  5. Menggunakan bahasa tubuh 

    Juga di usia 12 bulan, si kecil mulai melambaikan tangan serta menggerakkan kepala untuk mengatakan tidak. Selama waktu bermain ajarkan bayi kemampuan berkomunikasi. Ini bisa didapat dengan berguling ke depan dan belakang, berbagi makanan, atau bahkan membalik halaman buku bersama.

  6. Mengikuti permintaan sederhana

    Antara usia 12 sampai 18 bulan, bayi harus bisa merespon namanya sendiri, memahami kata “tidak” dan “dadah” serta melakukan permintaan sederhana seperti, “Ade bisa pegang boneka?” Di sekitar waktu ini, si kecil akan bisa menunjukkan berbagai anggota tubuh ketika diminta. Anda bisa bertanya, “Perut mana perut?” Permainan seperti cilukba bisa membantu anak mengembangkan kemampuan ini.

  7. Waktu bicara 

    Setelah anak mencapai usia 18 bulan, Anda akan melihat peningkatan kosa-kata dalam beberapa bulan berikutnya. Anak harus bisa mengatakan sekitar 50 kata saat ia berusia 2 tahun. Selama waktu ini, ia akan mulai menggunakan dua kata bersamaan, seperti “Mama pergi,” dan “Kucing besar.” Anda bisa bantu anak dengan secara deskriptif berbicara padanya. Daripada bilang, “Di mana bola?” ganti kalimat Anda dengan “Di mana bola yang warna merah?”

  8. Mengungkapkan perasaan

    Di usia 24 bulan, anak harus bisa mengomunikasikan kebutuhannya pada Anda dengan menggunakan kata dan mulai menggabungkan kata, meski tidak semua bisa dipahami. Di usia ini, Anda bisa memahami bicara anak sekitar 50 persen.

Penyebab anak terlambat bicara

Faktor turunan dan tempramen bisa membuat anak terlambat bicara. Beberapa anak cenderung lebih lambat bicara bila:

  1. Anak laki-laki

    Anak laki-laki sering mengembangkan kemampuan berbicara lebih lambat dibanding anak perempuan, meski biasanya hanya sekitar 1 atau 2 bulan jaraknya. Pada usia 16 bulan, anak laki-laki menggunakan rata-rata 30 kata, sedang anak perempuan cenderung menggunakan sekitar 50 kata.

  2. Prematur

    Bayi prematur sering butuh waktu lebih lama dibanding anak lain untuk mencapai tumbuh kembangnya, tapi di usia 2 tahun biasanya ia bisa mengejar ketinggalannya. Dokter anak mengatakan ketika mengukur perkembangan anak prematur, orangtua perlu mulai menghitung dari tanggal perkiraan kelahiran, bukan tanggal kelahirannya. Anak yang lahir 3 bulan lebih awal bisa terlambat bicara tapi mengalami perkembangan yang baik.

  3. Kembar 

    Diperkirakan sebanyak 50 persen bayi kembar mengalami terlambat bicara. Prematur, berat lahir rendah dan intervensi medis saat lahir, semua terjadi lebih sering pada bayi kembar, yang bisa menyebabkan terlambat bicara.

  4. Anak dengan infeksi telinga kronis

    Bila ada cairan di telinga, terutama pada tahun pertama, ketika anak memulai proses bahasa, ini bisa menyebabkan  pendengaran buruk, sehingga anak terlambat bicara.

  5. Anak fokus ke skill lain

    Bila anak terlambat bicara tapi perkembangannya secara keseluruhan meningkat sesuai jadwal, ia mungkin sedang berusaha menguasai satu skill seperti berjalan, selain bicara.

Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi terlambat bicara pada anak?

Waktu terbaik untuk mendapat bantuan profesional adalah ketika anak berusia sekitar 2,5 tahun, usia ketika anak yang terlambat bicara bisa mengejar ketinggalannya. Masalah bahasa bisa diatasi dengan terapi bicara atau dengan menangani infeksi telinga atau masalah pendengaran yang sebelumnya tidak terdiagnosa.

Sebelum usia 2,5 tahun, mendengarkan suara Anda jadi cara bagus untuk anak belajar bicara, jadi bacakan buku dengan suara keras dan nyanyikan lagu serta ajukan pertanyaan untuk mengajaknya bercakap-cakap. Meniup gelembung bisa mengembangkan otot mulut, dan mainan telepon dan permainan pura-pura mendorong anak bicara.

Apa yang harus dilakukan untuk mencegah anak terlambat bicara?

Seperti kebanyakan proses belajar, kemampuan bicara dipelajari dengan meniru. Untuk mendorong bicara, ahli terapi menyarankan menciptakan lingkungan yang kaya bahasa.

  1. Beraksi seperti reporter radio dan terus bicara

    Ketika Anda membersihkan meja, coba jelaskan apa yang Anda lihat dan apa yang Anda lakukan. “Ini taplak biru, ini gelas warna merah. Ini piring putih. Bunda sedang bersihkan 8 piring warna putih.”

  2. Bernyanyi untuk anak

    Kata-kata lebih mudah dipelajari bila dinyanyikan.

  3. Membaca, melukis, memotong kertas dan membuat barang kreatif bersama

    Luangkan waktu sekitar 30 menit hingga 1 jam bersama anak. Anda berdua bisa lakukan hal sederhana seperti melihat album foto dan menunjuk serta mengidentifikasi orang di dalam foto.

  4. Perhatikan minat anak

    “Mama, bola,” anak mungkin berkata demikian. Daripada hanya merespon “Ya,” Anda bisa katakan “Ya, itu bola besar warna biru yang memantul.”

  5. Ajak anak bermain bersama teman dibanding mainan

    Interaksi dengan anak lain di usia sama akan menstimulasi bicara anak.

  6. Jalan-jalan di sekitar rumah dan berinteraksi dengan tetangga

    Perluas pengalaman anak, bawa ia ke taman atau pusat perbelanjaan.

  7. Tambahkan kosa-kata anak

    Tunjuk benda dan katakan, “Lihat, itu gedung. Gedung tinggi dan bisa jadi rumah atau kantor.” Atau katakan “Itu perahu, kalau yang itu kapal. Kapal lebih besar dari perahu.”

  8. Bertindak seperti penerjemah untuk orang asing atau teman

    Bila anak tidak bisa memahami dialog seseorang, buat perjelas untuknya. Bantu anak di situasi sosial seperti ini.

  9. Jangan mengkritik kesalahan pelafalan

    Bila anak salah melafalkan atau menggunakan kata, jangan mengkritiknya. Ketika anak mengalami kesulitan untuk menggunakan kata, jangan mendesaknya. Melakukan ini hanya akan membuat anak frustrasi. Perhatikan juga bentuk dorongan Anda. Bila tak ada yang mendengarkan anak, ia mungkin memilih untuk diam.

  10. Biarkan anak menonton program TV interaktif

    Banyak acara TV hanya bersifat satu arah, yang tidak mendorong belajar. Tapi ada program untuk anak yang bagus karena ada pengulangan, yang hanya melengkapi interaksi sebenarnya.

Perubahan pada pola makan untuk anak yang terlambat bicara

Bila Anda ingin mengubah pola makan anak untuk melihat efeknya pada perkembangan bicara, ada banyak cara melakukan ini. Lakukan pendekatan secara bertahap untuk membuat perubahan pola makan untuk membantu anak yang terlambat bicara.

Intervensi biomedik tidak hanya membantu anak dengan autisme tapi juga gangguan bicara serta alergi dan sensitivitas. Melalui penilaian pola makan, polutan lingkungan, serta tes alergi, kemungkinan bisa mengatasi keterlambatan perkembangan melalui pendekatan biomedik.

Orangtua bisa mulai dengan mengevaluasi pola makan anak dan melihat reaksi dan peningkatannya. Rekomendasi awal bisa dengan menghindari semua kasein seperti susu, yoghurt, keju, dan es krim selama satu bulan, diikuti oleh pola makan bebas gluten selama sekitar 3 bulan.

Selain pola makan bebas  kasein dan bebas gluten, beberapa anak merespon baik pada pola makan bebas kedelai dan pola makan bebas bahan pengawet. Selain itu, Anda bisa bereksperimen dengan pola makan bebas jagung. Kuncinya adalah pendekatan bertahap dengan memulai dari kasein, gluten dan lalu kedelai, serta bahan pengawet dan jagung sebagai makanan yang bisa membahayakan perkembangan dan perilaku anak.

Polusi lingkungan juga jadi kontributor besar yang meningkatkan masalah perkembangan dan perilaku anak. Peningkatan alergi, kanker payudara, dan diabetes juga membuat masalah ini lebih terlihat jelas. Penting bagi orangtua dan dokter untuk mengevaluasi lingkungan anak dan mengatasi polutan yang bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan anak.

(Wati & Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram