Curhat Nikita Willy: Perjuangan Ibu Mengatasi Anak Tantrum, Coba Lakukan Ini
Jadi Ibu itu selalu bisa menemukan kejutan macam-macam dari anak, mau itu yang baik-baik atau yang bikin mungkin bikin jengkel. Termasuk juga urusan tantrum.
Mengatasi anak tantrum memang melelahkan. Wajar ya, Bu. Karena, si kecil sedang belajar mengenali emosinya. Ibu yang menghadapi anak pun sedang belajar membersamai anak dalam situasi seperti ini, bukan?
Ibumin paham banget kok, Bu. Tapi, satu hal yang perlu dilakukan dalam mengatasi anak tantrum, yaitu bersabar. Memang tidak mudah, tapi percayalah bahwa ini merupakan fase sementara yang perlu dilalui.
Lalu, apa sih sebab anak tantrum? Apakah anak rewel juga termasuk ke dalam ciri-ciri anak tantrum?
Semua Ibu menghadapi perjuangan yang sama
Photo source: @nikitawillyofficial94
Baru-baru ini artis Nikita Willy membagikan ceritanya waktu Issa putranya sedang tantrum, disaat Nikita sendiri sedang lelah. Issa sedang berusaha mengekspresikan marah dan frustrasinya saat ia tidak mendapatkan yang ia mau,
Issa tantrum cukup lama. Sampai akhirnya ketika Issa sudah tenang, Nikita justru menangis karena merasa sangat lelah dan kehabisan energi.
Ibu merasa relate nggak dengan situasi ini? Yup. Ibumin percaya kita semua pasti pernah merasa berada di titik yang sama dengan Nikita Willy saat itu. Lelah seharian bekerja, entah itu mengurus rumah atau bekerja di luar, lalu masih harus menghadapi tantrumnya anak.
Nggak jarang sabar kita sendiri sudah habis duluan sebelum anak menyelesaikan tantrumnya. Meski ada juga yang punya stok sabar luas, hingga tetep slay menghadapi dan mengatasi anak tantrum.
Bu, kita menghadapi perjuangan yang sama. Nikita Willy memberikan semangat untuk semua Ibu yang berada pada titik ini. Ia menulis:
“Yang mau aku sampaikan di sini adalah aku yakin banyak new Mom yang pasti merasakan yang aku rasakan. Ketika anak kita belajar untuk mengatur emosi mereka, kita pun juga sedang belajar menghadapinya dan menjadi yang terbaik untuknya.
Dan itu normal untuk merasa sedih, merasa bersalah bahkan sampai menangis, bukan karena kita lemah atau kita gagal, tapi kita sedang menghormati perasaan kita sendiri.”
Heart warming banget, ya Bu. Memang benar kalau semua ini normal terjadi. Anak belajar, kita pun belajar sebagai seorang Ibu.
Bukan salah kita kok anak tantrum. Bukan salah kita juga kalau rasanya seperti semua sudah di luar kendali.
Ada kalanya kita sebagai Ibu butuh waktu untuk mengerti perasaan kita sendiri. Tujuannya bukan untuk egois mengesampingkan anak. Tapi, untuk mempersiapkan diri menghadapi anak dengan manajemen emosi diri kita yang lebih baik.
Sebab anak tantrum
Melansir dari Raising Children, tantrum normal terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Ini karena mereka masih berada pada fase awal perkembangan sosial, emosi dan bahasa.
Mereka belum bisa mengekspresikan perasaan, keinginan dan kebutuhan mereka dengan benar. Jadinya malah super frustrasi sendiri, dan makin rungsing karena nggak tahu juga gimana menyampaikan emosinya.
Anak merasa terlalu lapar, belum kenyang padahal makanan sudah habis, ingin minum lebih banyak, merasa gerah, keinginannya nggak dituruti, atau kesulitan memperbaiki mainannya, adalah macam-macam penyebab tantrumnya anak. Unik, bukan?
Tapi menariknya, lewat tantrum juga anak belajar bagaimana orang lain merespon perilakunya ini. Termasuk cari perhatian orang tuanya.
Hanya saja untuk mempelajari kira-kira dengan mereka berperilaku seperti ini, respon orang tuaku gimana ya? Akan menolong mereka memvalidasi perasaan, berusaha menenangkan atau malah marah?
Kebayang kan kalau kitanya langsung marah dan ngomel sama anak karena tantrumnya, anak makin bingung mengekspresikan maksudnya. Makin bingung kenapa orang tuanya malah marah dan bukannya mengerti situasi hatinya.
Kalau berdasarkan penjelasan psikolog dalam laman Parents, anak tantrum bukan pertanda Ibu dan Ayahnya menerapkan parenting yang buruk. Tantrum membantu anak mengatasi emosi negatifnya. Tentunya, yang bisa menolong mereka untuk mengatur emosi dan belajar mengekspresikan diri adalah orang tuanya.
Ciri-ciri anak tantrum
Anak tantrum biasanya menunjukkan ciri-ciri seperti di bawah ini, meski tidak semua dilakukan bersamaan:
- Menangis
- Berteriak
- Berguling di lantai
- Memukul
- Menendang
- Berusaha melempar atau menghancurkan barang
- Tidak mau disentuh
- Menghentak kaki dalam posisi tidur
- Ingin dipeluk
- Menggigit
- Tidak mau bicara
- Merengek
- Tampak sangat sedih
- Beberapa anak ada yang memilih menahan napas, atau bernapas dengan cepat seperti mendengus.
Kalau dilihat sekilas sambil santai dan berpikiran dingin mungkin tingkah mereka ini malah lucu. Tapi kalau Ibu sedang berada di medan perang yang sesungguhnya, nggak memungkiri kalau Ibu pun bisa ikut frustrasi.
Mengatasi anak tantrum
Lalu bagaimana ya cara mengatasi anak tantrum supaya mereka bisa diajak berkomunikasi, dan kita sebagai orang tua jadi bisa lebih ‘waras’ menghadapi ini?
Yuk, coba tips dari Kids Health berikut ini:
- Tetap tenang untuk mengatasi anak tantrum: Ingatlah kalau kita sedang membantu anak belajar tenang. Artinya kita sendiri harus tenang
- Pahami apa yang membuat anak tantrum: Kalau masih lapar, berikan makanan. Kalau haus berikan minum lebih banyak. Kalau kegerahan bantu anak ganti baju atau ajak mandi. Kalau ingin dipeluk, peluk dan belai lembut anak. Kalau ngantuk, ajak untuk tidur
- Mengatasi anak tantrum karena keinginannya tidak dipenuhi: Ketika anak menolak melakukan apa yang disarankan orang tua, cara terbaik untuk merespon adalah dengan mengabaikan tantrumnya. Tunggu anak sampai tenang sendiri, tapi jangan berada terlalu jauh dari anak, ya Bu. Tidak perlu berinteraksi tapi tetap awasi anak dari tempat Ibu berada
- Mengatasi anak tantrum yang membahayakan orang lain: Adalah dengan membawa anak ke tempat terpisah yang aman. Agar mereka tidak menyakiti orang lain atau berusaha menghancurkan barang-barang. Ini juga bisa dilakukan jika anak tantrum di tempat umum, ya.
- Saat anak sudah tenang, komunikasikan apa yang terjadi sebelumnya: Validasi perasaan anak terlebih dahulu. Kemudian ngobrol bersama anak, cari tahu apa yang membuatnya begitu marah atau sedih. Di situasi anak menolak melakukan hal yang seharusnya atau meminta sesuatu yang tidak boleh, Ibu bisa jelaskan apa yang boleh atau tidak boleh, benar dan tidak benar, serta melakukan negosiasi, Tentunya, dengan tidak lupa menyampaikan peraturan dalam keluarga dan konsekuensi bila aturan dilanggar
- Jangan memberikan hadiah: Termasuk menenangkan dengan memberi snack, atau hal-hal serupa saat anak tantrum. Kalau Ibu melakukan ini, anak akan terbiasa meminta sesuatu dengan cara tantrum agar keinginannya dituruti.
- Coba buat satu sudut, area atau ruangan yang digunakan untuk menenangkan diri di rumah: Buat agar area ini bisa digunakan siapa saja dalam keluarga. Sehingga misal saat Ibu atau Ayah butuh waktu untuk menenangkan diri, area ini bisa dipakai dan anak jadi belajar untuk melakukan hal yang sama ketika tantrum.
- Contohkan sikap yang positif saat menemui masalah: Cara ini efektif mengatasi anak tantrum karena sebelumnya mereka sudah mencontoh cara orang tua mereka mengatasi masalah di hadapannya.
Editor: Aprilia