Ibupedia

Curiga Anak Mengalami Kasus Kekerasan? Deteksi Dengan Cara Ini!

Curiga Anak Mengalami Kasus Kekerasan? Deteksi Dengan Cara Ini!
Curiga Anak Mengalami Kasus Kekerasan? Deteksi Dengan Cara Ini!

Sekitar 3 juta kasus kekerasan pada anak terjadi tiap tahun dan paling tinggi risikonya pada anak kurang dari usia 5 tahun. Wajar bila Anda khawatir dengan keamanan si kecil saat ia jauh dari Anda, baik ketika ia bersama pengasuh, kerabat, atau di daycare. Seperti orangtua lain, Anda tentu ingin tahu cara mengetahui tindakan kekerasan yang dialami anak saat dijaga orang lain.

Beberapa orang tua keliru mengidentifikasi tanda kekerasan pada anak karena mereka tidak mau menghadapi apa yang terjadi. Beberapa pelaku kekerasan pada anak biasanya masih anggota keluarga, yang membuat situasi semakin sulit untuk diterima. Tapi meski Anda mengamati gejala fisik dan perubahan perilaku yang merujuk pada tindakan kekerasan terhadap anak, kadang sulit untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi. Anak mungkin menjadi rewel karena sebab lain, tapi orang tua sangat mengenal anak, jadi andalkan insting Anda ya Bun.

Bila anak sudah cukup besar untuk berkomunikasi dengan baik, secara teratur ajukan pertanyaan seperti, “Apa ada sesuatu yang tidak Kakak sukai hari ini? atau “Apa Adek merasa ketakutan di daycare?” Bila ia terbiasa memberitahu apa yang membuatnya merasa tidak nyaman, ia pasti akan memberitahu apapun yang salah menurutnya. Pada kebanyakan kasus anak merasa canggung. Mereka tidak ingin pelaku kekerasan berada dalam masalah. Anak juga merasa bersalah, mereka merasa tindakan kekerasan terjadi karena mereka nakal.

Bila anak tidak bisa memberitahu apa yang terjadi karena ia masih terlalu kecil atau tidak komunikatif, Bunda akan lebih sulit mendeteksi adanya tindak kekerasan. Yang bisa Anda lakukan adalah mengidentifikasi tanda-tandanya. Beberapa orang tua menemukan tanda kekerasan seperti pendarahan internal dan cedera ketika anak dibawa ke dokter karena tidak berhenti menangis atau sangat rewel.

Tanda Tindakan Kekerasan Pada Anak

Anak yang menerima tindakan kekerasan fisik biasanya:

  • Menangis dan menolak saat tiba waktu untuk pergi ke daycare atau bersama pengasuh atau terlihat ketakutan di sekitar pengasuh atau orang dewasa lain. Tentu ini bisa jadi reaksi yang normal saat ia berpisah dari Anda. Sekali lagi Anda harus melihat faktor-faktor lain.

  • Menunjukkan perubahan mendadak pada perilaku di daycare atau sekolah.

  • Pulang ke rumah dengan tubuh memar, luka bakar, tulang patah, mata hitam, goresan, gigitan, atau cedera lain.

Cedera yang terjadi berulang bisa jadi tanda peringatan bagi Anda. Retak tulang atau memar pada bayi yang belum bisa bicara bisa menjadi kecurigaan Anda. Bila anak masih bayi, pelajari tanda shaken baby syndrome (SBS). SBS biasanya terjadi ketika bayi diguncang karena marah. Pada kasus yang ekstrem, kekerasan bisa berupa memukulkan kepala anak ke benda keras seperti dinding atau lantai. Ketika bayi mengalami SBS, cedera yang parah tidak akan langsung terlihat.

Cedera pada bayi yang diguncang biasanya terjadi pada anak usia kurang dari 1 tahun, meski sindrom ini kadang muncul pada anak usia 5 tahun. Bayi dengan SBS menjadi lebih  rewel dibanding biasanya, selera makan menurun, sulit menyusu, atau muntah. Kombinasi dari gejala ini disertai memar pada bayi jadi indikator utama kekerasan fisik pada anak.

Pada kasus yang parah, bayi tidak bisa fokus pada satu objek atau mengangkat kepala, tidak sadarkan diri, atau kesulitan bernafas. Ia juga bisa mengalami seizure atau koma. Segera hubungi rumah sakit bila Anda curiga si kecil mengalami hal tersebut ya Bu.

Tanda Kekerasan Emosional Pada Anak

Berikut beberapa tanda anak mengalami kekerasan emosional:

  • Menunjukkan masalah atau perubahan perilaku seperti menghindar dari orang tua atau menjadi tidak mau jauh dari orang tua. Anak yang mengalami kekerasan emosional sering menunjukkan perilaku ekstrem. Anak yang aktif menjadi pasif sedang anak yang biasanya tenang bisa berperilaku agresif.

  • Jadi kurang bicara atau kurang berkomunikasi atau menunjukkan tanda gangguan bicara seperti tergagap.

  • Bersikap tidak tepat misalnya anak menjadi sangat protektif terhadap anak lain atau berperilaku seperti membenturkan kepala.

  • Mengeluhkan sakit kepala atau sakit perut tanpa penyebab medis serta kehilangan selera makan.

  • Menunjukkan perilaku ketakutan seperti mimpi buruk, sulit tidur atau bertindak seolah menunggu hal buruk terjadi.

Tanda kekerasan Seksual Pada Anak

Sedangkan tanda anak mengalami kekerasan seksual antara lain:

  • Mengalami rasa sakit, gatal, berdarah, atau memar pada atau sekitar area genital.

  • Mengalami kesulitan berjalan atau duduk kemungkinan karena rasa sakit di area genital.

  • Menunjukkan rasa penasaran tentang pengetahuan seksual atau berperilaku di atas usianya.

  • Selalu ingin sendiri.

Kekerasan seksual pada anak bisa berupa aktivitas sentuhan atau bukan sentuhan. Beberapa contoh aktivitas sentuhan berupa:

  • Menyentuh area genital atau bagian pribadi anak untuk kesenangan seksual.

  • Memaksa anak menyentuh area genital orang lain atau memasukan objek atau anggota tubuh (seperti jari, lidah, atau penis) ke dalam vagina, mulut, atau anus anak untuk kesenangan seksual.

Yang tergolong aktivitas bukan sentuhan berupa:

  • Menunjukkan pornografi pada anak.

  • Memamerkan alat vital dewasa pada anak.

  • Memotret anak di pose seksual.

  • Meminta anak menonton atau mendengar tindakan seksual.

  • Melihat anak melepas pakaian atau menggunakan kamar mandi.

Selain aktivitas di atas, ada juga orang yang membuat dan mendownload gambar seksual anak di internet. Orang yang melakukannya kemungkinan melakukan tindakan kekerasan pada anak yang mereka kenal. Orang yang senang melihat gambar semacam ini membutuhkan bantuan untuk mencegah perilaku mereka menjadi lebih serius.

Tanda orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan seksual pada anak kemungkinan tidak terlihat. Bisa jadi kita merasa nyaman dengan cara mereka bermain dengan anak kita. Waspadai perilaku orang dewasa yang:

  • Memaksa mencium, memeluk, atau bergulat meski anak tidak menginginkannya.

  • Sangat tertarik pada perkembangan seksual anak atau remaja.

  • Memaksa sendirian bersama anak tanpa gangguan.

  • Menghabiskan waktu bersama dengan anak dan tidak berminat menghabiskan waktu dengan orang seusia mereka.

  • Selalu menawarkan diri mengasuh anak atau membawa anak bermalam sendirian.

  • Memberi hadiah mahal atau memberi uang untuk alasan yang tidak jelas.

  • Sering masuk ke kamar mandi ketika anak berada di dalamnya.

Lakukan Sesuatu Jika Pengasuh Anak Melakukan Hal Ini

Bunda, tak ada orang tua yang ingin anaknya mengalami tindakan kekerasan oleh siapapun termasuk pengasuh, apalagi bila pengasuhnya masih anggota keluarga. Tapi jangan ragu untuk bertindak bila pengasuh:

  • Tidak memberi penjelasan untuk memar atau cedera yang dialami anak.

  • Menjelaskan tentang anak dengan cara yang negatif.

  • Selalu meremehkan anak Anda.

  • Terlihat tidak tertarik pada anak.

  • Apatis.

  • Menggunakan obat atau alkohol.

  • Mulai berperilaku tidak rasional.

Bila mencurigai adanya kemungkinan tindakan kekerasan, jangan tunda untuk bertindak. Semakin cepat Anda mengatasi masalah ini, akan semakin baik untuk si kecil. Dan bila Anda merasa melakukan tindakan kekerasan pada anak, carilah bantuan. Menjadi orang tua memang sulit dan membuat frustrasi. Cari teman atau kerabat yang bisa membantu Anda merawat si kecil.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram