Ibupedia

Jadi Hal Yang Menantang, 5 Cara Tetap ‘Waras’ Hadapi Fase Threenager

Jadi Hal Yang Menantang, 5 Cara Tetap ‘Waras’ Hadapi Fase Threenager
Jadi Hal Yang Menantang, 5 Cara Tetap ‘Waras’ Hadapi Fase Threenager

Parents, pernahkah mendengar mengenai fase threenager? Wah, buat Parents yang masih punya anak usia 3 tahun pasti paham sekali mengenai fase ini, ya.

Meski usia si kecil baru 3 tahun, namun dalam menghadapi segala tingkah lakunya rasanya mirip menghadapi anak yang beranjak remaja. Nggak heran, fase ini disebut sebagai fase threenager yang cukup menantang bagi orang tua.

Lalu apa sih sebenarnya fase threenager itu? Adakah cara khusus dalam menghadapi fase ini bagi para orang tua?

Apa itu fase threenager?

Mengutip The Bump menurut psikolog anak dan keluarga, Cindy Hovington, PhD, threenager adalah sebuah istilah yang mewakili perilaku oposisi dan pembangkangan atau mudah tantrum, yang dilakukan anak usia 3 tahun. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk menegaskan kemandirian, karena sangat mirip ciri-ciri anak beranjak remaja, maka seringnya dikenal dengan istilah threenager.

Fase threenager memang sangat menguras emosi bagi para orang tua. Kadang bikin orang tua merasa bahagia, tapi seringnya juga ikut menguras kesabaran akibat emosi anak yang tiba-tiba bisa meledak dan tantrum.

Namun, Cindy mengatakan semua hal yang Parents rasakan ini sejatinya bagian dari proses belajar anak. Antara usia 18 dan 24 bulan, balita mulai menunjukkan kemandirian.

Pada usia 3 tahun, anak lebih mampu memahami dan mengekspresikan ide, kemauan, dan emosinya. Meski mereka masih belum bisa mengendalikannya dengan baik.

Hal ini, konon erat hubungannya dengan perkembangan korteks prefrontal, bagian otak yang membantu mengembangkan penalaran, pemikiran rasional, pemecahan masalah, penundaan kepuasan, dan pengaturan emosi. Semua hal ini tentu merupakan bagian dari ketrampilan kognitif, yang diperlukan untuk mengelola perasaan dan perilaku anak di kemudian hari.

Berbeda dengan remaja, fase threenager pada balita nggak akan menimbulkan perubahan hormonal yang dapat memengaruhi perilakunya. Perubahan hormon biasanya baru terjadi pada seorang anak ketika berusia 7-8 tahun.

Fase threenager dan bedanya dengan fase terrible two


Ada yang bilang, menghadapi anak yang masuk fase threenager, konon lebih menantang ketimbang menghadapi fase terrible two. Setuju nggak, Bu?

Namun, mengutip BellyBelly sebenarnya menghadapi fase threenager lebih mudah dilewati. Sebab, biasanya pada fase threenager anak sudah lebih mudah menyerap pesan yang diberikan orang tuanya.

Sehingga, biasanya lebih mudah dikontrol dan diberikan pengertian. Karena, mereka sudah punya banyak kosa kata sehingga Parents bisa lebih mudah menyampaikan pesan.

Pada fase terrible two, biasanya dimulai sejak usia 1-3 tahun. Di mana perkembangan bahasanya belum berkembang banyak, sementara fase threenager sudah bisa mengungkapkan apa yang ia mau dengan bahasa yang lebih jelas.

Hal ini tentu memudahkan orang tua untuk melakukan negosiasi, ketika anak tantrum. Meskipun biasanya, pada fase threenager anak lebih keras kepala dan enggan meminta pertolongan orang tua, karena ingin segalanya dilakukan sendiri.

Tetap ‘waras’ menghadapi fase threenager


Tantrum, dan mau mengerjakan segalanya sendiri adalah hal yang normal terjadi pada fase threenager. Apalagi, anak-anak pada tahap ini masih mengembangkan ketrampilan untuk mengatur dan mengelola perasaannya.

Tapi, Parents nggak perlu khawatir karena fase threenager biasanya terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Namun, pada beberapa anak ada juga yang berlangsung sampai 1-2 tahun.

Lalu, gimana ya cara orang tua tetap ‘waras’ dalam menghadapi threenager? Ibumin paham sekali, menghadapi anak dalam fase threenager memang cukup challenging. Tak jarang, emosi orang tua juga seringkali ikut terkuras.

Sehingga, para ahli dari Riley Childrens punya beberapa tips penting yang dapat Parents lakukan dalam menghadapi fase ini:

1. Ubah ekspektasi orang tua

Anak usia 3 tahun biasanya memiliki pola pikir yang sudah lebih maju. Namun, meski anak sudah punya banyak ketrampilan baru, sayangnya ia belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menenangkan diri. Sehingga, seringkali hal ini menyebabkan anak jadi sering tantrum.

2. Konsisten

Baik orang tua, kakek-nenek, dan pengasuh mungkin memiliki aturan yang perlu ditaati oleh si kecil. Tetap konsisten dengan aturan tersebut, karena inilah cara anak-anak mempelajari batasannya.

3. Alihkan perhatiannya saat tantrum

Alih-alih memberikan pengertian pada anak, nyatanya pada usia 3 tahun, perkembangan kognitif anak masih belum berkembang dengan baik. Jadi, mungkin mengajaknya berdiskusi akan sia-dia dilakukan. 

Sebaiknya, coba alihkan perhatiannya jika ia sudah mulai tantrum. Dengan mengabaikan sikapnya, anak akan belajar bahwa hal itu tidak akan berhasil untuk mewujudkan keinginannya. Apabila anak mulai tantrum, coba alihkan dengan mainan dan hal lain, ketimbang menguras emosi dengan meladeni sikapnya.

4. Terkadang melakukan negosiasi bisa jadi solusi

Misalnya ketika anak nggak mau pulang saat bermain di playground, Parents bisa melakukan negosiasi berupa dengan naik perosotan sebanyak 5 kali lagi, dan setelahnya bisa mengajak anak untuk pulang. Hal ini, harus disetujui anak dengan tenang tanpa menangis atau tantrum.

5. Tegas

Yup! Kadang sikap tegas orang tua juga diperlukan dalam menghadapi fase threenager anak. Tujuannya agar anak tahu bahwa tantrum nggak akan membuat orang tua menuruti apa yang mereka inginkan. Nah, kalau Parents punya trik khususkah dalam menghadapi threenager pada anak?

Follow Ibupedia Instagram