Jadi Pondasi Agama, Ini Cara Asyik Ajarkan Rukun Iman ke Anak
Rukun iman merupakan landasan kepercayaan seorang muslim yang wajib diyakini. Kata “rukun” di sini, seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya adalah asas, dasar. Bisa juga diartikan sebagai tiang atau pilar. Sedangkan “iman” memiliki arti kepercayaan, keyakinan, atau ketetapan hati. Sehingga rukun iman berarti dasar atau pilar beragama yang harus diyakini seluruh umat muslim. Selain meyakini, tentu kita juga harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Rukun Iman Islam Ada 6 Perkara, Apa Saja?
Rukun iman pertama: Iman kepada Allah
Makna dari rukun iman pertama yang bunyinya “iman kepada Allah” ini berarti mempercayai serta meyakini tanpa keraguan bahwa Allah itu ada. Mengimani keberadaan Allah berarti kita juga harus percaya sifat-sifat Allah yang sudah disebutkan dalam 99 Asmaul Husna. Betapa pentingnya rukun iman pertama ini sampai-sampai setiap orang yang ingin masuk Islam atau jadi mualaf harus menyebutkan kalimat syahadat. Dalam syahadat terdapat kalimat “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.” Kalimat tersebut merupakan bentuk keyakinan bahwa Allah itu hanya satu (esa).
Selain itu, iman kepada Allah juga berarti meyakini kalau Allah adalah Rabb pemilik seluruh alam, Allah juga yang punya wewenang mutlak untuk mengaturnya, sehingga hanya kepada Allah lah kita wajib menyembah dan beribadah.
Rukun iman kedua: Iman kepada malaikat
Selain beriman kepada Allah, sebagai seorang muslim kita juga harus percaya pada malaikat-malaikat yang diciptakan Allah. Malaikat tercipta dari cahaya (nur) dan bersifat gaib. Sifat mereka selalu taat dan patuh pada perintah Allah dan tidak pernah dusta kepadaNya. Para malaikat ini diciptakan dengan tugasnya masing-masing. Jumlah malaikat yang sebenarnya ada ribuan, tapi yang wajib kita yakini hanya 10. Berikut sepuluh nama malaikat beserta tugasnya:
Malaikat Jibril: menyampaikan wahyu kepada rasul-rasul Allah.
Malaikat Mikail: menyampaikan rezeki kepada semua makhluk Allah.
Malaikat Israfil: meniup sangkakala pada hari kiamat.
Malaikat Izrail: mencabut nyawa seluruh makhluk hidup di dunia.
Malaikat Munkar: menanyakan dan menguji keyakinan manusia di alam kubur.
Malaikat Nakir: memiliki tugas yang sama dengan malaikat Munkar.
Malaikat Raqib: mencatat amal baik manusia selama masa hidupnya.
Malaikat Atid: mencatat amal buruk manusia selama masa hidupnya.
Malaikat Ridwan: menjaga pintu surga.
Malaikat Malik: menjaga pintu neraka.
Rukun iman ketiga: Iman kepada kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab-kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah benar-benar menurunkan kitab kepada umatnya sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Kitab Allah tidak hanya Al-Quran saja. Sebelum Al-Quran diturunkan, Allah juga menurunkan kitab Zabur kepada Nabi Daud AS, kitab Taurat kepada Nabi Musa AS, dan kitab Injil kepada Nabi Isa AS. Sedangkan Al-Quran, sebagai kitab penyempurna bagi kitab-kitab sebelumnya, Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi dan rasul terakhir. Kita sebagai umat Islam harus menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia agar selamat kelak di akhirat.
Rukun iman keempat: Iman kepada Nabi dan Rasul Allah
Rukun iman selanjutnya adalah iman kepada para Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadis HR. Ahmad, jumlah Nabi yang sebenarnya ada 124.000, sedangkan jumlah Rasul ada 315. Namun, yang wajib diimani ada 25, seperti yang banyak disebutkan dalam Al-Quran, antara lain: Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Is-haq, Ya’qub, Yusuf, Syu’aib, Ayyub, Dzulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakariya, Yahya, Isa, dan Muhammad.
Rukun iman kelima: Iman kepada hari akhir (kiamat)
Hari akhir atau hari kiamat sudah menjadi suatu ketetapan Allah. Pada hari itu, alam semesta beserta isinya akan hancur. Tidak ada satupun makhluk yang tersisa. Perkara soal kiamat ini cukup banyak dibahas di dalam Al-Quran. Dan meski kiamat termasuk perkara ghaib, namun sebagai umat muslim yang taat kita tetap harus meyakininya. Soal kapan terjadinya kiamat, hanya Allah-lah yang tahu. Bahkan Nabi dan Rasul yang notabene adalah utusan Allah saja tidak ada yang tahu kapan pastinya kiamat ini datang. Salah satu ayat dalam Al-Quran yang membahas ini terdapat dalam surat Al-A’raaf ayat 187, yang artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat, ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Rukun iman keenam: Iman kepada takdir Allah (qada dan qadar)
Qada secara bahasa berarti hukum, ketetapan, dan kehendak Allah. Sedangkan qadar adalah perwujudan dari qada tentang semua yang berkenaan dengan makhlukNya, bahkan sebelum makhlukNya itu lahir ke dunia. Jadi intinya semua yang terjadi di dunia ini, baik yang baik maupun buruk, sudah menjadi ketetapan Allah, dan kita wajib mengimaninya. Maka, sebagai muslim yang baik seharusnya kita tetap menerima segala apa yang terjadi pada kita walau itu mungkin buruk. Tentunya dengan tetap berbaik sangka pada Allah bahwa yang kita alami itu yang terbaik bagi kita.
Pentingnya Mengajarkan Rukun Iman pada Anak Usia Dini
Anak masih dalam tahap perkembangan sehingga lebih mudah menerima sesuatu yang ia yakini
Para Nabi dan Rasul menyerukan kepada orangtua untuk menanamkan akidah (iman) kepada anak sejak usia dini. Ini karena pada masa-masa itu fitrah anak masih bersih. Anak juga masih dalam tahap perkembangan. Otak mereka ibarat spons yang mudah sekali menyerap sesuatu. Mereka selalu haus belajar dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tak heran jika masa ini merupakan masa yang tepat memberi pemahaman kepada anak mengenai rukun iman Islam.
Sebagai landasan dan pondasi dalam beragama Islam
Iman atau akidah menjadi landasan atau pondasi anak dalam beragama. Dengan iman dan keyakinan yang kuat, anak jadi lebih ikhlas beribadah kepada Allah, tidak terpaksa, karena ia meyakini kalau itu sudah jadi kewajibannya sebagai seorang muslim. Inilah alasan kenapa Rasul sangat menekankan bahwa akidah seharusnya jadi perkara yang wajib diajarkan terlebih dahulu kepada anak sebelum perkara yang lain terkait agama. Sayangnya masih banyak orangtua yang mendahulukan anak harus hafal huruf-huruf hijaiyah, surat-surat pendek, namun masih belum mengajarkan akidah kepada anak.
Jadi jika Ibu dan Ayah menginginkan anak yang rajin salat, mengaji, dan beribadah kepada Allah, sebaiknya tanamkan dulu akidah yang benar kepada anak, bukan hanya menyuruh bahkan memaksa anak untuk beribadah tanpa ia diberi pemahaman kenapa ia harus melakukannya.
Sebagai bekal untuk berperilaku di kehidupannya nanti
Selain dapat dijadikan pondasi dalam beragama, mengajarkan anak tentang rukun iman Islam juga bisa jadi bekal ia menjalani kehidupannya sampai ia dewasa kelak. Dengan meyakini bahwa Allah ada dan ada malaikat yang mencatat amal baik dan buruk manusia, anak akan merasa takut saat akan melakukan keburukan. Begitu pun ketika ia suatu hari tertimpa musibah, alih-alih menyalahkan keadaan, ia akan menyerahkan semua kepada Allah dan ikhlas karena percaya bahwa semua sudah menjadi takdir dari Allah. Lalu ketika ia merasakan kebahagiaan dalam hidup, ia juga akan tawaduk atau rendah hati dan tidak menyombongkan diri, karena yakin bahwa yang ia rasakan itu datangnya dari Allah.
Membentuk karakter yang kuat dan takut pada Allah
Orangtua perlu memahami bahwa suatu hari nanti anak akan menghadapi dunia yang begitu luas, banyak godaan, dan syubhat. Menanamkan rukun iman Islam sejak dini dapat membentuk karakter anak yang takut kepada Allah. Anak akan terus meyakini bahwa Allah ada dan senantiasa mengawasi umat-Nya. Allah tidak tidur, tidak lengah, dan Maha Mengetahui apa yang dilakukan makhlukNya, sekalipun perbuatan mereka dilakukan di tempat tertutup. Kepercayaan semacam ini dapat membuat anak takut melakukan keburukan, terutama ketika ada godaan datang. Dengan adanya perasaan takut itu, akan terbentuk juga karakter yang baik, terpuji, sehingga kecil kemungkinan anak berbuat kerusakan saat ia dewasa nanti.
Cara Mengajarkan Rukun Iman Agar Anak Mudah Paham dan Tidak Cepat Bosan
Nah, persoalan akidah ini termasuk perkara yang abstrak ya, Bu. Padahal, anak seringkali masih kesulitan memahami sesuatu yang wujudnya tidak nyata atau tidak bisa dirasakan panca indera. Inilah yang menjadi tantangan banyak orangtua muslim, bagaimana mengajarkan rukun iman kepada anak dengan cara yang asyik dan menyenangkan, agar anak mudah paham serta tidak cepat bosan?
Lewat buku dengan ilustrasi menarik dan bahasa yang mudah dipahami
Anak usia dini sangat menyukai sesuatu yang memanjakan mata, biasanya mereka akan tertarik dengan buku-buku bergambar penuh warna. Saat ini banyak buku anak yang isinya tentang rukun iman. Ibu bisa lo membacakan anak buku terkait persoalan ini, tentunya selain yang ilustrasinya menarik, pilih juga yang bahasanya mudah dipahami sehingga anak tidak cepat bosan. Bacakan dengan mimik wajah dan gerakan ekspresif supaya anak lebih semangat mempelajarinya ya!
Ajak anak membaca Al-Quran dan ceritakan kisah-kisah inspiratif di dalamnya
Selain dari buku, Ibu juga bisa lo menceritakan kepada anak kisah-kisah inspiratif yang tertulis di Al-Quran. Karena Al-Quran menggunakan bahasa baku, Ibu bisa menceritakan ulang menggunakan bahasa yang lebih ramah anak. Sisipkan juga ungkapan-ungkapan ekspresif dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing rasa ingin tahu anak. Misalnya saat menceritakan kisah Nabi Musa yang membelah lautan menggunakan tongkatnya, tanyakan kepada anak “Kira-kira apa ya yang terjadi dengan Fir’aun dan pengikutnya? Apakah mereka tenggelam?”, dan lain sebagainya.
Memasukkan ajaran rukun iman di kehidupan sehari-hari
Agar pemahaman anak terkait rukun iman Islam semakin mantap, Ibu dan Ayah juga perlu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat anak sakit, mintalah ia berdoa kepada Allah agar diberi kesembuhan. Atau saat ia mendapatkan mainan yang disukai, minta juga anak bersyukur kepada Allah karena mainan tersebut termasuk salah satu bentuk rezeki yang diberikan oleh Allah kepada anak.
Rajin membaca Al-Quran bersama anak juga dapat memperkuat keyakinan anak terhadap kitab yang diturunkan Allah lo. Di dalam Al-Quran juga banyak sekali pelajaran penting yang bisa diajarkan kepada anak.
Perkenalkan anak dengan masjid dan majelis taklim
Masjid merupakan rumah Allah. Mengajak anak salat di masjid atau menghadiri kajian-kajian juga bisa jadi cara menanamkan rukun iman kepada anak. Anak akan menganggap bahwa dengan beribadah di masjid atau mendatangi majelis taklim, ia akan mendapat pahala. Anak akan semakin semangat beribadah dan mencintai masjid serta majelis-majelis taklim.
Peran orangtua dalam menanamkan akidah atau rukun iman ini sangat penting bagi anak. Hal ini karena persoalan akidah tidak akan selesai hanya dengan menyerahkannya pada guru agama di sekolah. Orangtua juga perlu memastikan bahwa keyakinan anak ini terus terawat, tidak memudar, apalagi sampai hilang. Selain dengan terus mengajak anak meningkatkan keimanannya, orangtua juga dapat menyediakan guru yang bisa membantu “merawat” akidah anak sampai ia besar nanti.
Selain itu, pengukuhan akidah juga akan semakin mudah jika orangtua menjauhkan anak dari cerita-cerita atau kisah yang menyimpang dari akidah, seperti tayangan yang menyajikan permohonan kepada dewa-dewa, peri, atau sosok lain yang dianggap punya kekuatan menandingi Allah. Atau tayangan yang berisi hal-hal takhayul yang dilarang syariat. Tak kalah penting juga untuk memastikan lingkungan pertemanan anak mendukung terawatnya akidah anak agar keimanannya tidak goyah.
Selalu ingat perkataan Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah, seperti yang dikutip dari laman Muslimah:
“Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan yang fatal.”
Jadi, terus semangat dalam menanamkan akidah kepada anak, ya, Bu, Yah!
Penulis: Darin Rania
Editor: Dwi Ratih