Jangan Diabaikan! 4 Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Anak
Dampak polusi udara baru-baru ini, memang sedang menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Pasalnya, dampak polusi udara Jakarta dan sekitarnya bisa menyebabkan kesehatan anak-anak serta orang dewasa terganggu.
Melansir dari status twitter Dr. Shela Putri Sundawa, yang merupakan seorang dokter spesialis anak di Kawasan Depok, polusi udara Jabodetabek nampaknya sedang sangat buruk. Hal inipun akhirnya menyebabkan banyak anak mengalami batuk atau pilek.
Beliau menuturkan bahwa kondisi udara pada jam 6 pagi memang tampak berkabut, namun rupanya bukan kabut dingin yang menyejukkan. Melainkan menunjukkan bahwa adanya polusi udara yang buruk.
Hal ini turut dibuktikan dengan Air Quality Index atau milik Dr. Shela yang menunjukkan angka 179-191. Ini artinya kualitas udara wilayah Jabodetabek masuk dalam kategori tidak sehat.
Sebab, indeks kualitas udara sebuah wilayah dinyatakan sehat hingga masih layak untuk dihirup jika berada pada kisaran angka 0-100. Jadi, jelas saja bahwa dampak polusi udara bagi kesehatan anak memang nggak main-main ya, Bu!
Dampak polusi udara secara umum
Melansir dari laman Badan Lingkungan Eropa atau European Environment Agency (EEA), perkiraan terbaru menunjukkan bahwa, partikel halus (PM2.5) menyumbang dampak terbesar polusi udara. Dampak polusi udara Jakarta ini, menyebabkan kesehatan manusia terganggu, khususnya anak-anak.
Hal tersebut karena, anak-anak dan remaja adalah golongan paling rentan. Sebab, organ, serta sistem kekebalan tubuh mereka masih berkembang.
Dampak polusi udara bagi kesehatan anak dapat merusak kesehatan, serta meningkatkan risiko berbagai macam penyakit seperti batuk maupun pilek. Berikut ini beberapa dampak polusi udara terhadap kesehatan tubuh manusia secara umum:
- Sakit kepala
- Rasa cemas berlebihan yang berdampak pada sistem saraf pusat
- Iritasi, peradangan, hingga infeksi
- Asma (mengurangi kinerja paru-paru)
- Penyakit paru obstruktif kronik
- Kanker paru-paru
- Sesak napas
- Iritasi pada mata, hidung, hingga tenggorokan
- Penyakit kardiovaskular
- Berdampak pada organ hati, limpa, dan darah
- Berdampak pada kesehatan reproduksi.
Dampak polusi udara tak hanya menyerang kesehatan manusia saja, namun ini juga berdampak pada iklim dan ekosistem bumi secara global. Sejauh ini, dampak polusi udara bagi pernapasan adalah hal yang paling mengkhawatirkan, karena semua orang butuh udara bersih dan layak setiap harinya.
Dampak polusi udara bagi kesehatan anak
Melansir dari laman World Health Organization (WHO), setiap harinya ada sekitar 93% anak di seluruh dunia dengan rentang usia di bawah 15 tahun menghirup udara yang sangat tercemar. Bahkan, udara yang dihirup bisa dikatakan cukup membahayakan bagi kesehatan serta tumbuh kembangnya.
Dampak polusi udara bagi pernapasan anak sendiri, dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut yang mengharuskan anak-anak untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. Sementara itu, dampak polusi udara bagi Ibu hamil yang sering terpapar adalah kemungkinan melahirkan bayi prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Berikut ini merupakan dampak polusi udara bagi kesehatan anak yang perlu diwaspadai lainnya:
1. Polusi udara memengaruhi perkembangan anak
Dampak polusi udara bagi kesehatan anak, akan memengaruhi perkembangan saraf. Hal ini juga akan mengarah pada hasil tes kognitif anak, yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang hidup dengan kualitas udara lebih bersih.
Tak hanya itu saja, polusi udara secara negatif dapat memengaruhi perkembangan mental dan motorik anak-anak.
2. Mengganggu kinerja paru-paru
Dampak polusi udara juga akan memengaruhi kinerja paru-paru anak, bahkan pada tingkat paparan paling rendah sekalipun. Melansir dari laman American Lung Association, anak-anak justru menghadapi risiko khusus dari polusi udara.
Apalagi, paru-paru mereka sedang berkembang dan anak-anak cenderung bernapas lebih cepat daripada orang dewasa. Sehingga mereka lebih banyak menyerap udara yang dipenuhi polusi.
3. Munculnya penyakit yang berkaitan dengan pernapasan
Dampak polusi udara bagi kesehatan anak yang sering terjadi adalah, munculnya sejumlah penyakit yang berkaitan dengan pernapasan. Penyakit tersebut misalnya, infeksi saluran pernapasan, asma, hingga bronkitis.
Tak hanya itu saja, anak-anak yang sering terpapar udara kotor juga berpotensi mengalami batuk atau pilek yang lebih sering dari biasanya.
4. Adanya kemungkinan muncul gejala ADHD hingga ASD
Melansir dari laman United Nations Children's Fund (UNICEF), sejumlah penelitian mengungkapkan, dampak polusi udara yang mengkhawatirkan bagi bayi yang masih ada di dalam kandungan dapat menyebabkan keterlambatan tumbuh kembang. Lebih mengkhawatirkannya lagi, saat anak berusia 3 tahun, ia juga berisiko mengalami masalah psikologis seperti kecemasan hingga depresi.
Tak hanya itu saja, dampak polusi udara dapat berpengaruh pada perilaku di masa kanak-kanak, salah satunya gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), hingga Gangguan Spektrum Autistik (ASD). Ini juga sekaligus menegakkan pernyataan bahwa, asap rokok Ayah sangat berbahaya untuk janin!
Mengatasi dampak polusi udara bagi kesehatan anak
Meskipun dampak polusi udara ini sangat memprihatinkan dan membuat orang tua khawatir, namun Ibu tetap bisa melakukan berbagai macam upaya pencegahan supaya anak-anak tidak semakin tercemar. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Mengajarkan si kecil untuk menggunakan masker, terutama saat berada di luar rumah
- Memakai penjernih udara di mobil maupun di rumah
- Menerapkan pola hidup sehat dan aktif
- Mengonsumsi buah dan sayuran
- Minum air putih yang cukup
- Jauhkan si kecil dari paparan asap rokok, terutama saat di rumah.
Upaya pencegahan ini diharapkan dapat membantu anak-anak terhindar dari polusi udara. Apalagi akibat dari polusi udara yang tercemar ini juga nggak main-main.
Lakukan dari cara yang paling mudah dan terdekat untuk hidup yang lebih sehat yuk! Nah, pesan dari Ibumin sebaiknya sementara ini tetap minta si kecil menggunakan masker, agar terhindar dari polusi udara yang jadi penyebab penyakit ini ya, Bu.
Editor: Aprilia