Ibupedia

Jangan Panik! Ini Cara Mengatasi Berbagai Hal Yang Ditakuti Anak

Jangan Panik! Ini Cara Mengatasi Berbagai Hal Yang Ditakuti Anak
Jangan Panik! Ini Cara Mengatasi Berbagai Hal Yang Ditakuti Anak

Tiap kali mematikan lampu saat hendak tidur si kecil pasti menangis ketakutan atau takut ketika tidur sendirian. Hal-hal semacam ini biasanya merupakan ketakutan yang sering dialami oleh anak-anak.

Melansir Kids Health, ketakutan adalah bagian dari emosi yang dapat melindungi mereka dari sesuatu yang mereka anggap bahaya. Dalam hal ini peran orang tua sangat penting untuk membantu mengurangi hal yang ditakuti anak tersebut

Namun, tahukah Ibu ternyata tiap anak memiliki ketakutan yang berbeda di tiap fase umur mereka lho! Meskipun beberapa hal yang ditakuti anak ada yang dianggap normal dan ada juga tidak masuk akal orang dewasa.

Lalu apa saja hal yang ditakuti anak sesuai umurnya? Apa yang menjadi penyebab anak takut. Untuk itu yuk simak ulasannya berikut ini.

Penyebab anak takut


Melansir Webmd menjadi hal yang wajar apabila anak merasa takut. Tanpa rasa takut anak jadi tidak memiliki sifat hati-hati dalam hidupnya.

Rasa takut merupakan mekanisme otak untuk melindungi diri dari hal yang dianggap membahayakan, atau sebagai respon terhadap hal yang tidak dapat dipahami. Nah, ciri-ciri si kecil merasa takut biasanya ditandai dengan upaya terlihat menolak atau menjauhi hal tersebut, diserta tanda denyut nadi yang meningkat, perut mual, keringat dingin, hingga gemetar.

Beberapa anak bahkan ada yang mengalami ketakutan akibat tanpa sadar mengikuti orang tua atau temannya. Misalnya saja, orang tua takut terhadap ular dan hal tersebut dilihat oleh anak maka tanpa sadar mereka juga akan mengalami ketakutan yang sama.

Atau contohnya lagi hal yang ditakuti anak adalah akibat orang tua yang over protektif. Sehingga anak menjadi takut untuk mencobah hal-hal baru seperti bermain di playground, mencoba bermain ayunan dan lainnya.

Hal yang ditakuti anak berdasarkan usia


Seiring bertambahnya usia anak, maka hal yang ditakuti anak pun akan berubah. Berikut adalah hal yang ditakuti anak berdasarkan usia:

  •  Usia 8 sampai 9 bulan

    Pada usia ini, bayi mungkin sudah bisa mengenal wajah orang tua dan orang-orang terdekatnya. Biasanya hal yang ditakuti anak usia 8 sampai 9 bulan adalah merasakan kecemasan terhadap orang asing.

    Hal tersebut yang membuat wajah baru bisa tampak menakutkan bagi mereka. Anak usia ini mungkin akan menangis atau bergantung pada orangtua mereka agar merasa aman saat melihat orang asing.

    Kalau hal ini terjadi, sebaiknya tenangkan si kecil dan perlahan ajari mereka untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar selain orang tua dan pengasuhnya. Ini akan membuat anak menjadi terbiasa dengan orang asing di sekitarnya. Sehingga mereka tidak takut lagi.

  •  Usia 10 bulan sampai 2 tahun

    Bayi atau balita usia 10 bulan sampai 2 tahun biasanya mulai paham akan sebuah perpisahan. Jadi wajar adanya jika mereka mulai takut ditinggal tidur sendirian, atau ditinggal bermain sendirian. Meskipun orang tua tetap mengawasinya dari jauh.

  • Usia 4 hingga 6 Tahun

    Anak usia 4 hingga 6 tahun sudah mulai memiliki imajinasi sendiri. Namun mereka belum bisa membedakan mana yang nyata dan tidak.

    Pada usia ini, umumnya hal yang ditakuti anak adalah monster yang menakutkan yang mereka anggap nyata. Mereka mungkin akan mulai takut terhadap sesuatu di bawah tempat tidur atau di dalam lemari pakaian, takut gelap dan takut mimpi buruk.

  •  Usia 7 tahun ke atas

    Pada usia ini biasanya anak sudah bisa membedakan yang nyata dan tidak. Sehingga hal yang ditakuti anak biasanya memang terjadi berdasarkan pengalamannya atau dunia nyata.

    Misalnya mereka takut orang jahat masuk ke rumah, anak takut di bully, anak takut hujan petir dan anak takut orang tuanya meninggal. Pada usia ini anak biasanya sudah lebih mengerti untuk diberikan pemahaman. Jadi sebaiknya lakukan pendekatan perlahan kepada anak untuk menjelaskan ketakutan yang dialaminya ya Bu.  

Cara mengatasi ketakutan anak


Bu, tenang saja ya meskipun ketakutan yang dimiliki anak wajar terjadi namun bisa diatasi. Jika melansir Psych Central mengatasi ketakutan anak harus dilakukan melalui pendekatan perlahan seperti berikut ini:

  • Pastikan orang tua tidak takut pada hal yang ditakuti anak

    Anak memiliki radar jika orang tua berbohong dan merasa ketakutan. Jadi sebelum memberitahu anak untuk tidak takut pada sebuah hal, baiknya pastikan juga orang tua tidak takut pada hal tersebut. Jika orang tua memang pada dasarnya takut, sebaiknya katakan dengan jujur pada anak. Katakan bahwa Ibu hanya tidak mau si kecil memiliki ketakutan yang sama seperti Ibu.

  • Jangan katakan bahwa yang ditakuti anak itu tidak masuk akal

    Bicaralah seolah yang ditakuti oleh mereka memang nyata dan tidak perlu takut akan hal tersebut. Beri pengertian bahwa apapun yang ditakuti oleh mereka Ibu dan Ayah akan selalu menemani agar si kecil tidak takut lagi.

  • Jangan menyepelekan hal yang ditakuti anak

    Usahakan untuk duduk sejajar dengan anak, katakan pada mereka bahwa Ibu dan Ayah mengerti apa yang mereka rasakan. Bantu anak untuk mengurangi rasa takutnya, beri semangat bahwa ia mampu melawan ketakutannya tersebut.

  • Jangan menghukum anak atas apa yang ditakutinya

    Menghukum tidak akan mengurangi rasa takutnya. Justru bisa meninggalkan trauma mendalam pada anak hingga dewasa. Sebaiknya bantu anak mengurangi rasa takut yang ada pada dirinya.

  • Jangan mengabaikan hal yang ditakuti anak

    Ketakutan adalah hal yang wajar dialami oleh setiap manusia. Ketika anak sedang dalam fase ini, sebaiknya berikan dukungan moral agar ketakutannya tidak semakin parah.

  • Lindungi anak jika mengalami ketakutan berlebih

    Ibu atau Ayah bisa menenangkan dengan cara memeluk, sambil diberikan pengertian bahwa rasa takut yang dialaminya wajar terjadi. Namun yang perlu dilakukan anak adalah mengelola dan melawan rasa takut yang dialaminya tersebut.

  • Jangan panik

    Sebab orang tua yang panik dalam menghadapi hal yang ditakuti anak hanya akan membuat mereka tumbuh menjadi anak penakut.

Penulis: Aprilia Ramdani
Editor: Dwi Ratih