Ibupedia

Jangan Sepelekan Pencernaan Anak, Ini Adalah Otak Kedua Si Kecil

Jangan Sepelekan Pencernaan Anak, Ini Adalah Otak Kedua Si Kecil
Jangan Sepelekan Pencernaan Anak, Ini Adalah Otak Kedua Si Kecil

Menjaga kesehatan pencernaan anak sama pentingnya dengan memberi stimulasi untuk mendukung perkembangan otaknya, misalnya dengan bermain, berhitung, atau beraktivitas fisik. Hal ini karena ternyata pencernaan merupakan otak kedua bagi anak. Pencernaan yang sehat akan membantu mengoptimalisasi fungsi kerja otak sehingga anak akan tumbuh lebih cerdas dan tanggap.

Pencernaan Anak Merupakan Otak Kedua Si Kecil

Sistem pencernaan yang baik juga dapat berpengaruh pada perkembangan sosial emosional anak lho, Bu. Anak yang sistem cernanya sehat akan lebih mudah mengelola emosi, berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. 

Apakah Ibu pernah merasa lebih sulit bahagia atau menjadi lebih emosian ketika lapar? Hal yang kurang lebih sama juga bisa terjadi pada si kecil. Ketika ada masalah pada pencernaannya, anak cenderung lebih mudah rewel, tantrum, bahkan tidak fokus. 

Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk memastikan pencernaan anak bekerja dengan baik. Kemampuan sosial emosional yang terbentuk dengan baik saat usia dini juga dapat memengaruhi kecerdasan anak ketika ia dewasa nanti.

Pencernaan Anak Terhubung dengan Perkembangan Otak dan Emosionalnya

Mengingat pentingnya menjaga fungsi sistem cerna agar kerja otak dan perkembangan sosial emosional anak lebih optimal, membuat pencernaan anak diibaratkan sebagai otak keduanya. Menurut penelitian yang diterbitkan US National Library of Medicine, pencernaan dan otak manusia memang saling terhubung satu sama lain. 

Hubungan keduanya biasa disebut dengan istilah gut-brain connection atau gut-brain axis. Mereka ibarat dua sahabat yang menjalin hubungan baik. Jika kita mencari masalah dengan salah satunya, sahabatnya bisa ikut bermasalah juga. Terganggunya hubungan keduanya juga bisa berdampak pada kehidupan sosial dan kondisi emosional anak.

Pencernaan dan otak terhubung lewat rangkaian sistem saraf. Studi yang dilakukan pada binatang dan diterbitkan oleh National Center for Biotechnology Information (NCBI), membuktikan bahwa perasaan stres yang dirasakan oleh otak ternyata dapat memicu gangguan pencernaan. Ibu mungkin sering mendengar kalau orang yang punya riwayat penyakit maag atau lambung, biasanya tidak boleh terlalu stres karena penyakitnya bisa mudah kambuh.

Sama juga ketika kita, misalnya, sedang diburu deadline atau pekerjaan, otak yang terus “ditekan” ini seringkali memicu perasaan deg-degan yang akhirnya menyebabkan perut bergejolak, mulas dan ingin buang air besar. Hal ini karena ketika otak sedang “penuh” alias banyak pikiran, ia akan mengirim sinyal-sinyal ke sistem cerna sehingga pencernaan pun akan terganggu.

Selain terhubung lewat saraf-saraf, pencernaan dan otak juga terhubung lewat senyawa kimia atau neurotransmitter. Senyawa kimia yang terdapat pada otak bertugas untuk mengontrol emosi manusia, termasuk perasaan senang, sedih, marah, dan takut. Senyawa-senyawa inilah yang membuat sistem pencernaan sangat berpengaruh pada kemampuan sosial emosional anak.

Salah satu senyawa penting yang terdapat pada otak adalah serotonin. Karena serotonin inilah kita bisa merasa nyaman dan bahagia. Menariknya, 95% total serotonin dalam tubuh diproduksi oleh usus!

Ya, di dalam usus kita terdapat triliunan bakteri yang selain bertugas mencerna makanan juga bertugas memproduksi berbagai senyawa penting bagi tubuh. Makanya saat perut kenyang, biasanya kita cenderung lebih bahagia ya, Bu.

Tak hanya itu, Bu, pencernaan anak ternyata juga berkaitan erat dengan sistem imunitas anak. Ini karena sebanyak 70-80 persen sel imunitas tubuh berada di saluran pencernaan. Jika pencernaan anak tidak dijaga dengan baik, mereka akan lebih mudah terserang penyakit. Anak yang sering sakit, tentu fungsi sosialnya juga akan terganggu, misalnya jadi sering rewel, tidak nyaman, sulit bersosialisasi, dan lainnya.

Sebenarnya masih banyak penelitian yang membuktikan bahwa pencernaan manusia saling berkomunikasi dua arah dengan otak. Mereka membentuk ikatan yang saling berpengaruh  yang mana hubungannya juga dapat memengaruhi fungsi sosial emosional anak. Untuk itu, penting bagi orangtua agar selalu menjaga kesehatan pencernaan anak. Bagaimana caranya?

Cara Menjaga Kesehatan Pencernaan Anak

  1. Memberikan ASI Eksklusif

    Memastikan pencernaan anak berfungsi dengan baik tidak hanya bisa dilakukan saat anak sudah mulai MPASI. Bahkan sejak anak lahir, Ibu sudah harus menjaga kesehatan pencernaannya dengan memberikan ASI eksklusif, yaitu sampai anak umur 6 bulan. Pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun sembari memberikan nutrisi lain dari makanan saat ia sudah menginjak 6 bulan.

    ASI telah didesain sedemikian rupa supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Ibu tentu harus mengimbanginya dengan makan makanan bergizi supaya ASI yang dihasilkan juga berkualitas.

  2. Mencukupi Kebutuhan Serat

    Saat anak sudah mulai makan, Ibu bisa memberinya makanan yang mengandung serat sesuai kemampuan cernanya. Serat sangat baik untuk membantu pencernaan anak agar bekerja optimal. Serat dapat ditemukan pada buah-buahan seperti apel atau pir, biji-bijian seperti gandum, kacang-kacangan, serta sayuran dan yogurt. 

    Selain sebagai sumber nutrisi, American Academy of Pediatrics juga menyebutkan kalau serat ternyata bisa membantu mencegah risiko penyakit jantung, kanker, dan obesitas. Pastikan Ibu memenuhi kebutuhan serat anak sesuai usianya. Anak usia 1-3 tahun membutuhkan sekitar 16 gram serat per hari, sedangkan anak 4-6 tahun membutuhkan serat kurang lebih 22 gram per hari.

  3. Memilih Asupan Makanan yang Mengandung Prebiotik

    Prebiotik adalah senyawa alami pada makanan yang tidak dapat dicerna usus. Ibarat pupuk, prebiotik berfungsi untuk menyuburkan pertumbuhan bakteri baik pada usus. Ada dua jenis prebiotik yang sering ditemukan pada makanan; fructo-oligosaccharides (FOS) dan galacto-oligosaccharides (GOS). 

    Seperti dikutip dari jurnal NCBI, keduanya sama-sama mampu menyeimbangkan jumlah bakteri baik sehingga membantu penyerapan makanan dengan lebih optimal dan memengaruhi peningkatan daya tahan tubuh.

    Beberapa makanan yang mengandung dua unsur di atas adalah tempe, tape ketan, singkong, tauco, dan acar. Untuk FOS secara alami banyak terdapat dalam buah dan sayuran, seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, daun bawang, pisang, buah tin, atau asparagus. Sedangkan GOS secara alamiah dapat ditemukan di kacang kedelai. Selain itu, FOS-GOS juga bisa didapatkan dalam susu yang sudah diformulasikan kandungan nutrisinya.

  4. Mencukupi Kebutuhan Cairan Si Kecil

    Pemberian makanan tinggi serat juga perlu diimbangi dengan pemberian asupan cairan yang cukup bagi si kecil. Konsumsi serat akan menjadi percuma jika tubuh tidak terhidrasi dengan baik. Beth Pinkos, ahli diet di Hasbro Children’s Hospital, Rhode Island, mengatakan jika anak sudah mendapat banyak serat namun kekurangan cairan, itu sama seperti memasukkan lem super lengket ke dalam ususnya.

    Tapi perlu diperhatikan kalau asupan cairan yang diminum si kecil harus rendah gula. Utamakan memberinya cairan dari air putih, ketimbang jus atau minuman perasa lainnya.

  5. Menjadi contoh yang baik bagi anak

    Anak akan cenderung meniru apa yang orang dewasa di sekitar mereka lakukan, termasuk dalam kebiasaan makan. Karena itu, jika Ibu ingin menjaga kesehatan pencernaan anak, jadilah role model bagi mereka. Terapkan perilaku sehat sejak dini, seperti memilih makanan sehat untuk dikonsumsi, mengatur jadwal makan secara teratur, dan rutin minum air putih. Dengan begitu secara tidak sadar, anak akan mengetahui bahwa kebiasaan seperti itulah yang perlu mereka lakukan.

Pentingnya Menjaga Kesehatan Pencernaan Anak

Nah, jelas sekali ya kalau pencernaan anak yang baik ternyata turut mengoptimalkan perkembangan otak dan kemampuan sosial emosional anak. Jadi, yuk, pastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi supaya perkembangan otak dan sosial emosionalnya optimal! Simak juga yuk penjelasan lengkapnya di sini.

Penulis: Darin Rania

Follow Ibupedia Instagram