Ibupedia

Kasus Obesitas Di Indonesia Terus Meningkat, Parents Perlu Waspada!

Kasus Obesitas Di Indonesia Terus Meningkat, Parents Perlu Waspada!
Kasus Obesitas Di Indonesia Terus Meningkat, Parents Perlu Waspada!

Kasus obesitas di Indonesia tampaknya sudah menyentuh pada angka yang cukup memprihatinkan. Hal ini tak hanya dialami oleh orang dewasa saja, anak-anak bahkan balita pun rentan mengalami obesitas.

Kasus obesitas di Indonesia ini menduduki peringkat tiga besar sebagai penyakit kronis yang mengganggu kesehatan, dan produktivitas manusia hingga dapat menyebabkan kematian. Kasus obesitas pada anak dan balita, juga meningkat drastis dikarenakan kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman dengan jumlah energi yang lebih banyak.

Hal ini bahkan tidak sebanding dengan jumlah gerak ataupun aktivitas yang dilakukan anak setiap hari, seperti olahraga. Melansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus obesitas di Indonesia menginjak angka 28,7%, dengan rentang usia dewasa atau di atas 18 tahun. 

Sementara itu, kasus obesitas pada balita dan anak-anak sebanyak 10,8% dan 18,8% anak-anak dan balita mengalami kelebihan berat badan. Angka ini jelas wajib jadi perhatian dan diwaspadai. Untuk itu, yuk kenali dulu fakta lain terjadi kasus obesitas anak di Indonesia yang makin memprihatinkan ini.

Fakta tentang kasus obesitas yang menyebabkan banyak penyakit


Melansir dari laman UNICEF Indonesia, persentase orang dewasa yang mengalami obesitas atau berat badan berlebih meningkat dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. Sementara itu, kasus obesitas pada bayi dan anak-anak juga turut meningkat, menurut data dari Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2018.

Angka peningkatan kasus obesitas pada anak dan remaja, turut serta ditandai dengan banyaknya kasus anak atau remaja yang menderita penyakit diabetes, berbagai penyakit yang berkaitan dengan kardiovaskular, hingga depresi. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas, hingga memiliki penyakit tertentu tersebut menjadi lebih sering absen dari sekolah. 

Bahkan tak jarang juga mengalami penuruan produktivitas sebagai siswa, hingga menghadapi kemungkinan tidak mampu menyelesaikan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Wah, jangan sampai anak-anak kita mengalami hal demikian ya, Bu!

Panduan mewaspadai kasus obesitas di Indonesia 


Setiap orang tua perlu mengingat bahwa anak yang sehat bukanlah anak-anak dengan tubuh yang gemuk, melainkan anak-anak dengan berat badan ideal. Berikut ini ada panduan bagaimana mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT), pada anak dan orang dewasa yang ideal sesuai arahan WHO dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, agar kasus obesitas di Indonesia bisa dicegah:

  • Klasifikasi dari WHO

    • Berat badan kurang atau underweight: < 18,5
    • Berat badan normal: 18,5-22,9
    • Kelebihan berat badan atau overweight: 23,0-24,9
    • Obesitas I: 25,0-29,9
    • Obesitas II: ≥ 30,0.
  • Klasifikasi tingkat Nasional

    • Kategori kurus (berat): < 17,0
    • Kategori kurus (ringan): 17,0-18,4
    • Kategori normal: 18,5-25,0
    • Kategori gemuk (ringan): 25,1-27,0
    • Kategori gemuk (berat): > 27,0.

Indeks Masa Tubuh (IMT), nyatanya punya kaitan yang positif dengan jumlah total lemak yang ada dalam tubuh manusia. Berikut ini, merupakan cara perhitungan IMT dewasa sesuai anjuran Kemenkes yang wajib dipahami, agar kasus obesitas di Indonesia dapat ditekan:

Rumusnya: berat badan (kg)/(tinggi badan (m) x tinggi badan (m))

Contoh: seorang anak dengan berat badan 25 kg dengan tinggi 155 cm (dirubah dalam meter menjadi: 1,55 m)

Perhitungannya: 55 kg/(1,55 m x 1,55 m) = 22,89 (kategori gemuk ringan atau ambang batas overweight).

Sementara itu, jika ingin menghitung Indeks Masa Tubuh anak dan remaja, Ibu bisa dengan mudah menggunakan kalkulator yang tersedia melalui laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk hasil yang lebih akurat.

Sebenarnya, IMT ini bukan satu-satunya panduan untuk mengukur apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak. Metode lain yang dapat digunakan untuk mengetahui kadar obesitas adalah, dengan mengukur lingkar perut atau lingkar pinggang. 

Melansir dari laman Kemenkes RI guna menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, kriteria lingkar perut ideal pada pria dewasa adalah ≥ 90 cm, sementara untuk wanita ≥ 80 cm. Sementara itu, bagi anak-anak dapat mulai dihitung sejak ia berusia 1 tahun, dengan indikator normal 52 cm untuk anak laki-laki dan 43 cm untuk anak perempuan.

Supaya lebih mudah mengukur kesehatan badan anak, biasanya Ibu sudah dibekali dengan buku pink khusus yang diberikan sejak awal kehamilan. Silahkan digunakan kembali ya!

Penyebab obesitas dan kelebihan berat badan pada anak dan orang dewasa


Kasus obesitas di Indonesia ini cukup mengkhawatirkan karena menurut data dari Kemenkes RI, kasus obesitas pada anak, menyentuh angka 41 juta anak di bawah usia 5 tahun mengalami obesitas dan kelebihan berat badan. Berikut ini beberapa penyebab obesitas yang sering ditemukan di masyarakat:

1. Adanya faktor genetik

Kasus obesitas di Indonesia sebagian besar karena adanya faktor genetik yang ditandai dengan riwayat obesitas pada keluarga, terutama kedua orang tuanya. Peluang yang akan didapatkan oleh anak dengan riwayat salah satu orang tua obesitas adalah, sekitar 40-50 persen.

Sementara itu, jika kedua orang tuanya mengalami obesitas, maka peluang anak kemungkinan menderita obesitas sebesar 70-80 persen. Cukup mengejutkan, bukan?

2. Pola makan yang kurang tepat

Kasus obesitas di Indonesia turut juga didukung oleh fakta bahwa, pola makan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya tepat. Saat seorang anak menerima asupan makanan atau minuman dengan kalori atau energi yang tinggi, maka ia berpotensi mengalami kelebihan berat badan dan jika terus dibiarkan, ia berpotensi mengalami obesitas. 

Makanan padat kalori ini umumnya bukan merupakan gizi seimbang, jadi harus lebih waspada. Sejumlah makanan dan minuman tersebut bisa ditemukan pada:

  • Minuman boba atau minuman kemasan manis
  • Makanan fast food yang ada di pasaran
  • Roti atau kue dengan cita rasa manis
  • Coklat batangan
  • Permen jenis apa saja
  • Jelly, dst.

Sebaiknya Ibu membatasi asupan makanan dan minuman berkalori tinggi pada si kecil, selain tidak baik untuk kesehatan tubuhnya, ini juga akan mempengaruhi kesehatan gigi dan gusinya. Kasus obesitas pada balita yang mengonsumsi susu formula juga bisa terjadi.

Oleh karenanya, Ibu harus memperhatikan kandungan gula pada susu formula yang biasa si kecil minum ya.

3. Aktivitas fisik yang sangat terbatas


Kasus obesitas di Indonesia ini juga didukung oleh fakta bahwa, rata-rata manusia jarang bergerak aktif dan cenderung lebih suka rebahan saja. Begitu juga dengan kasus obesitas pada anak yang ternyata memang tidak aktif bergerak.

Seimbangkan asupan makanan penuh gizinya dengan sejumlah aktivitas fisik yang akan bermanfaat untuknya, misalnya; bermain bola, sepeda, berenang, dan masih banyak lagi.

4. Mengonsumsi obat-obatan tertentu

Masih melansir dari laman Kemenkes RI, kasus obesitas di Indonesia juga bisa diakibatkan karena seseorang mengonsumsi jenis obat-obatan yang mengandung steroid. Jenis obat ini bila digunakan dalam jangka waktu yang lama seperti terapi untuk asma, osteoarthritis, hingga alergi akan menyebabkan nafsu makan seseorang semakin tinggi.

Sehingga berpotensi terhadap kelebihan berat badan atau obesitas. Hal ini dapat diimbangi dengan pilihan makanan yang lebih sehat serta aktivitas fisik supaya lebih seimbang.

5. Faktor hormonal

Faktor hormonal dapat berperan juga terhadap kasus obesitas di Indonesia yang semakin meningkat. Hormon-hormon berikut ini dapat menyebabkan obesitas bila terganggu, di antaranya adalah:

  • Hormon leptin (pengontrol rasa kenyang)
  • Hormon ghrelin (pengontrol rasa lapar)
  • Hormon tiroid
  • Hormon insulin
  • Hormon estrogen.

Perhatikan kembali berbagai macam pemicu terganggunya hormon ini supaya obesitas tidak terjadi.

6. Pola tidur yang tidak teratur

Memiliki pola tidur yang cukup nyatanya cukup penting, terutama bagi anak-anak. Jumlah tidur yang normal, terutama pada malam hari adalah 6-8 jam. 

Jika seseorang kurang tidur, maka hormon leptinnya akan terganggu, dan mengakibatkan seseorang mudah merasa lapar, apalagi bila terjadi pada malam hari.

Jadi, yuk kita sama-sama cegah kasus obesitas di Indonesia agar tidak makin meningkat setiap tahunnya, supaya anak-anak Indonesia bisa hidup sejahtera dan bebas dari risiko berbagai macam penyakit.

Editor: Aprilia