Ibupedia

Kenali Crab Mentality Pada Anak Yang Kadang Terabaikan

Kenali Crab Mentality Pada Anak Yang Kadang Terabaikan
Kenali Crab Mentality Pada Anak Yang Kadang Terabaikan

Kesehatan mental anak-anak harus dijaga oleh para orang tua kapan saja, terutama bagi orang tua yang sedang memiliki anak remaja. Apalagi kebanyakan remaja tumbuh di lingkungan yang beraneka ragam. 

Salah satu hal yang wajib kita waspadai adalah tumbuhnya crab mentality pada beberapa orang, dan punya efek negatif pada lingkungan tersebut. Mental kepiting atau crab mentality ini merupakan sebuah fenomena yang tidak asing di dunia psikologi.

Bahkan sudah banyak diulas mengenai bagaimana cara orang tua menghadapi anak dengan crab mentality tersebut. Kondisi ini perlahan akan mengganggu kesehatan mental anak hingga tumbuh kembangnya juga.

Melansir dari laman Psychology Today, sindrom crab mentality tak hanya bisa menyerang anak-anak saja, namun orang dewasa diberbagai macam lingkungan, misalnya keluarga, kerabat, sahabat, atau teman kerja. Uniknya, tidak semua sadar bahwa ini sindrom yang sangat mengkhawatirkan.

Karena, kebanyakan dari kita justru lebih memilih mempertahankan ikatan sosial tersebut daripada segera keluar dan melarikan diri dari lingkaran ini. Crab mentality pada anak cenderung akan membuat si kecil tidak berkembang dengan baik, terutama jika sudah menyerang pola pikirnya. Mari kita bahas lebih lanjut mengenai mental kepiting yang satu ini!

Serba-serbi crab mentality yang harus diwaspadai


Melansir dari laman Effectiviology, crab mentality artinya adalah sebuah fenomena saat manusia selalu bereaksi negatif dalam hal pola pikir, pernyataan, atau pun tindakan terhadap mereka telah berhasil mendahuluinya. Dalam hal ini sering terjadi pada orang yang lebih dahulu berhasil akan sesuatu hal.

Misalnya, anak Ibu melihat sahabatnya lebih dulu beprestasi di sekolah dalam bidang yang sama-sama mereka tekuni (sepakbola misalnya). Namun si kecil merasa kesulitan saat mempelajari hal tersebut, sehingga ia kerap gagal mencetak gol, lalu ia mulai menyabotase pikiran temannya dan mengatakan bahwa, yang ia lakukan adalah hal sia-sia karena tidak akan ada orang yang akan mengaguminya.

Hal tersebut ia lakukan karena ia telah merasa gagal mencetak gol, sulit menguasi teknik yang diajarkan pelatih, atau merasa kurang percaya diri saat melakukannya. Alih-alih memberi selamat dan terus belajar hingga berhasil, ia justru menjatuhkan temannya sendiri. Inilah yang dinamakan crab mentality pada anak yang kerap kali tidak disadari dan dianggap wajar.

Mental kepiting pada kasus di atas belum tentu memberikan manfaat bagi anak tersebut, namun ia berhasil menjatuhkan mental temannya. Selain itu, anak tersebut juga akan menyebarkan rumor tak sedap pada rekan-rekan lainnya supaya anak berprestasi itu tak lagi menonjol.

Nah, yang lebih buruk, bagi anak yang terkena dampak crab mentality tersebut, ia bisa terpengaruh dengan obrolan itu. Lalu kemudian enggan berusaha yang terbaik atau enggan berprestasi kembali. Mental kepiting bisa juga terjadi pada orang dewasa dalam hal apa pun.

Sementara itu, melansir dari laman Phillipine Competition Commission, crab mentality artinya adalah sebuah situasi dimana seseorang berusaha merobohkan siapa saja yang bisa mencapai puncak, dan mendapatkan kesuksesan lebih besar dari orang tersebut. Jika terus dipelihara dan tidak mendapat pengarahan, anak-anak dengan crab mentality ini cenderung menjadi anak yang toxic di lingkungannya.

Dinamakan mental kepiting karena saat sekelompok kepiting diletakkan dalam sebuah panci dengan air dan siap dimasak, kepiting tersebut berusaha keras untuk segera keluar dari panci. Nanti akan terlihat salah satu kepiting yang hampir berhasil keluar kemudian ditarik kembali oleh kepiting lainnya, hingga tak ada yang berhasil keluar dari panci dan berakhir menjadi kepiting rebus yang siap dimakan.

Bahaya crab mentality untuk kesehatan mental anak


Tanpa disadari, crab mentality artinya tidak suka dengan pencapaian orang lain dan berusaha menjatuhkan lawan dengan cara yang tidak menyenangkan. Masih mengutip dari laman Effectiviology berikut ini merupakan dampak berbahaya dari mental kepiting yang tidak boleh diabaikan:

1. Merusak mental dan kinerja orang lain

Mental kepiting dapat merusak kinerja serta mental teman yang menjadi sasarannya. Selain itu, perilaku ini dapat melukai orang tersebut hingga ia merasa terisolasi. Perilaku buruk anak dengan crab mentality bisa membuat sasarannya merasa depresi dan enggan lagi menjadi siswa yang berprestasi.

2. Menghambat proses kerja sama 

Mentalitas kepiting dapat menghambat kemampuan individu dalam kelompok untuk saling bekerja sama atau melakukan kolaborasi. Ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat dan akan selalu menimbulkan konflik antar anggota.

3. Selalu melakukan hal yang sia-sia

Crab mentality dapat membuat orang yang memiliki mental tersebut selalu melakukan tindakan yang sia-sia hingga tidak menguntungkan mereka. Bahkan terkadang mereka dengan perilaku ini adalah orang yang tidak memiliki tujuan dalam hidup, sering gagal meraih cita-cita, hingga punya kehidupan yang berantakan.

4. Memupuk emosi negatif pada penderitanya

Crab mentality dapat membuat penderitanya selalu diliputi emosi negatif yang tak bekesudahan. Misalnya, anak sering merasa cemburu pada teman-temannya, menjadi pribadi yang serakah, dan selalu bersikap negatif atas keberhasilan orang lain.

5. Mendorong penderitanya berbuat lebih jauh

Semakin mental kepiting dibiarkan atau tidak dideteksi dengan baik, maka anak tersebut bisa berbua lebih jauh. Orang tersebut dapat menghalalkan berbagai macam cara supaya orang lain tidak bisa lebih berhasil dari dirinya.

Penyebab crab mentality pada anak 


Jika crab mentality artinya adalah sulit menerima keberhasilan orang lain, maka sebenarnya apa yang menjadi penyebab utama hal tersebut? Mental kepiting ini rupanya dapat dikaitkan dengan beberapa macam hal, seperti:

  • Didorong oleh motivasi emosional selalu ingin menjadi yang paling baik
  • Adanya bias zero-sum atau keliru memandang situasi tertentu, misalnya ketakutan melihat keberhasilan orang lain akan merugikan dirinya sendiri
  • Munculnya bandwagon effect atau berpikir dan melakukan hal tertentu karena percaya orang lain juga pasti akan melakukannya
  • Merasa terancam terhadap situasi tertentu
  • Hubungan antar individu yang kurang baik atau hubungan sosial yang lemah.

 Editor: Aprilia 

Follow Ibupedia Instagram