Ibupedia

Kenali Gejala Masalah Sensori Pada Anak

Kenali Gejala Masalah Sensori Pada Anak
Kenali Gejala Masalah Sensori Pada Anak

Seorang anak dikatakan memiliki masalah sensori jika di antara 7 sensori dasar di dalam tubuhnya bekerja kurang optimal dan mengalami gangguan. Bagaimanakah Ibu dapat mengetahui adanya masalah sensori pada anak?

Semenjak dalam kandungan hingga dewasa, sistem saraf selalu berkembang dan berproses seiring dengan banyaknya informasi yang diterima setiap harinya dari lingkungan sekitar. 

Sistem saraf harus mampu menginterpretasikan informasi supaya tubuh dapat bergerak sesuai dengan kebutuhan. Jika jalur interpretasi informasi gangguan, artinya sensori anak di tubuh mengalami gangguan.

Masalah sensori pada anak

kenalai-gejala-masalah-sensori-pada-anak-1

Terdapat 7 sensori dasar pada tubuh anak. Ciri-ciri anak memiliki gangguan sensori pada ketujuh sensori dasar dijabarkan pada keterangan berikut ini.

1. Sensori peraba

Indra peraba merupakan indra yang mendapat rangsangan dalam bentuk sentuhan, suhu, geli, dan rasa sakit. Masalah sensori pada anak ditunjukkan dengan gejala:

  • Tidak suka disentuh;
  • Tidak suka rambutnya disisir;
  • Berjalan jinjit;
  • Tidak menyukai label pada baju; dan
  • Jijik terhadap mainan bulu.

2. Sensori penglihatan

Indra penglihatan yang berupa mata mendapat rangsangan dalam bentuk cahaya, gerakan, dan warna. Masalah sensori penglihatan pada anak berupa:

  • Senang bermain dengan suasana redup dan gelap;
  • Gampang silau;
  • Tidak menulis dalam garis lurus pada kertas kosong; dan
  • Kesulitan dalam membedakan bentuk, warna, dan ukuran.

3. Sensori pendengaran

Indra pendengaran berupa telinga berfungsi menangkap suara dari luar tubuh. Masalah sensori pendengaran pada anak berupa:

  • Menangis berlebihan saat mendengar suara yang tiba-tiba seperti petasan;
  • Perhatiannya mudah teralihkan pada suara yang ia sukai padahal suara ini diabaikan oleh orang lain; dan
  • Takut pada suara tertentu seperti pengering rambut, penyedot debu, dan mesin pengering tangan.

4. Sensori penciuman

kenalai-gejala-masalah-sensori-pada-anak-2

Indra penciuman berupa hidung berfungsi menangkap bau. Masalah sensori penciuman pada anak dapat berupa:

  • Tidak menyukai makanan pada bau tertentu yang pada orang lain bau ini tidak dipermasalahkan; dan
  • Mengalami kesulitan dalam membedakan bau.

5. Sensori pengecap

Indra pengecapan adalah lidah  Lidah berfungsi mendeteksi rasa ataupun sensasi panas dan dingin. Masalah sensori pengecapan pada anak berupa:

  • Suka pilih-pilih makanan;
  • Kesulitan mengunyah, menelan, dan menghisap; dan
  • Suka memasukkan barang ke mulut secara berlebihan.

6. Sensori vestibular

Sensori vestibular sering dikenal dengan keseimbangan. Anak yang memiliki masalah sensori keseimbangan biasanya mengalami:

  • Takut ketinggian;
  • Tidak mau bermain perosotan atau ayunan; dan
  • Kesulitan untuk naik turun tangga.

7. Sensori proprioseptif

Sensori proprioseptif dikenal juga dengan sensori gerakan antar sendi. Jika seorang anak memiliki masalah sensori proprioseptif dapat berupa:

  • Sering menggemerutukkan gigi;
  • Tidak mampu mengontrol kekuatannya saat melakukan sesuatu (Selalu melakukannya dengan kekuatan penuh); dan
  • Senang menabrakkan diri ke badan orang lain.

Penyebab processing sensory disorder

kenalai-gejala-masalah-sensori-pada-anak-3

Sampai saat ini, para peneliti masih terus melakukan penelitian seputar penyebab masalah sensori pada anak. Beberapa hal yang dianggap berpotensi menjadi penyebabnya adalah:

  • Cedera lahir traumatis di bagian leher atas dan area batang otak. Misalnya, terjatuh saat bayi atau perkembangan kurang sempurna karena penggunaan baby walker dan jumper;
  • Asperger dan autisme yang diduga mempertinggi risiko gangguan sensori pada anak; dan
  • Anak yang lahir dari orang tua yang memiliki spektrum autis biasanya memiliki risiko gangguan sensori yang lebih tinggi.

Sebuah studi yang dilakukan terhadap anak kembar pada tahun 2006 mencatat bahwa anak-anak dengan sensory processing disorder memiliki aktivitas otak yang abnormal saat mereka secara terus-menerus terpapar cahaya dan suara.

Percobaan lain juga menunjukkan bahwa anak-anak dengan masalah sensori sering merespon dengan kuat terhadap sentuhan di tangan atau suara keras saat anak lain dengan cepat terbiasa dengan sensasi tersebut.

Penangan masalah sensori pada anak

kenalai-gejala-masalah-sensori-pada-anak-4

Sebenarnya kriteria diagnostik perihal masalah sensori  ini belum diterima dengan luas. Para terapis biasa menemukan dan mengobati anak-anak dan orang dewasa dengan masalah proses sensorik.

Penanganan masalah sensori juga dapat berbeda-beda tiap anak. Meski demikian, secara umum pengobatannya berfokus untuk membantu anak-anak dalam melakukan aktivitas yang biasanya tidak mereka kuasai. Pengobatan juga membantu mereka untuk terbiasa dengan hal-hal yang tidak terbiasa mereka toleran.

Integrasi sensorik adalah pengobatan untuk anak yang dinilai memiliki masalah proses sensorik. Tujuan dari terapi integrasi sensori adalah untuk menantang anak-anak dengan cara yang menyenangkan sehingga mereka bisa belajar untuk merespon seperti yang seharusnya dan berfungsi dengan lebih normal.

Developmental, Individual Difference, Relationship-based (DIR) model adalah salah satu jenis terapi untuk gangguan ini. Sebagian besar dari terapi ini mencakup metode “floor-time” yang melibatkan beberapa sesi bermain dengan anak-anak dan orangtuanya. Biasanya sesi bermain berlangsung selama 20 menit.

Selama menjalani terapi “floor-time”, orangtua diminta untuk mengikuti arahan anak meskipun perilakunya ketika bermain tidak umum. Tindakan ini bertujuan agar orangtua masuk ke “dunia” sang anak.

Kemudian, metode tersebut diikuti dengan fase kedua, yaitu saat orangtua menggunakan sesi bermain untuk membuat tantangan bagi anaknya.Tantangan membantu menarik anak masuk ke dunia yang “dibagi” bersama orangtuanya, disebut juga dengan “Greenspan”.

Setiap sesi dirancang sesuai dengan kebutuhan anak. Misalnya, saat anak-anak cenderung kurang bereaksi terhadap sentuhan dan suara, orangtua harus energetik selama fase kedua sesi bermain. Jika anak cenderung bereaksi berlebihan terhadap sentuhan dan suara, orangtua harus lebih menenangkan. 

Interaksi ini akan membantu anak bergerak maju dan membantu anak untuk masalah sensoriknya.

Editor: Dwi Ratih

 

Follow Ibupedia Instagram