Kepala Peyang Pada Bayi Berbahayakah?
Mempunyai bayi dengan bentuk kepala bulat sempurna adalah impian semua Ibu. Namun, ternyata memang tidak semua bayi memiliki kepala bulat sempurna ketika lahir, lho, Bu.
Hal ini dikarenakan, ketika bayi lahir tulang tengkoraknya belum terbentuk sempurna dan cenderung masih lembek. Kondisi ini membuat bentuk kepala bayi menjadi berubah-ubah. Perubahan bentuk kepala yang seharusnya bulat ini bisa menjadi datar atau sering disebut sebagai kepala peyang.
Dilansir dari The Bump menurut dokter Michael Cunningham, MD, PhD direktur kesehatan Seattle Children of Craniofacial dalam istilah medis kondisi ini disebut dengan Plagiocephaly atau kepala datar. Di Indonesia sendiri Plagiocephaly lebih akrab disebut kepala peyang.
Menurutnya, meski istilah ini terdengar mengkhawatirkan namun sejatinya kondisi ini tidaklah berbahaya bagi bayi. Biasanya setelah bayi mulai duduk, kepala peyang ini akan hilang sendirinya seiring dengan tumbuh kembang tulang tengkorak bayi yang makin kuat.
Meski begitu, Ibu tetap perlu melakukan perawatan mandiri untuk membantu mengurangi kondisi kepala peyang pada bayi. Sebab, walau tak berbahaya biasanya sebagian Ibu merasa kondisi ini kurang enak dilihat. Nah, untuk itu Ibu bisa melakukan beberapa hal berikut ini ya.
Penyebab kepala peyang pada bayi
Menurut Dokter Michael Cunningham secara umum kepala peyang pada bayi dibagi menjadi tiga jenis yakni Plagiocephaly, Brachycephaly dan Scaphocephaly. Plagiocephaly adalah kepala peyang yang terjadi hanya salah satu sisi sehingga kepala terlihat asimetris. Kondisi ini dapat membuat posisi kedua telinga terlihat tidak sejajar dan kepala tampak tidak rata bila dilihat dari atas.
Brachycephaly adalah kepala peyang pada bayi yang biasanya terjadi di bagian belakang. Kondisi ini membuat kepala bayi tampak melebar hingga terkadang dahinya menonjol ke depan. Sementara untuk Scaphocephaly sendiri merupakan kondisi kepala peyang yang terjadi akibat cacat lahir ketika sendi diantara tulang tengkorak bayi menutup sebelum waktunya sehingga mencegah pertumbuhan pada kepala bayi.
Hal ini menyebabkan kepala menjadi lonjong, sehingga biasanya Scaphocephaly seringkali disebut merupakan salah satu jenis Plagiocephaly. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kepala peyang pada bayi di antaranya:
1. Lahir prematur
Bayi yang lahir prematur sering mempengaruhi bentuk kepalanya. Ketika bayi lahir dengan kondisi prematur biasanya tulang tengkorak jauh lebih lunak. Bayi yang lahir prematur memiliki keterbatasan kemampuan untuk menggerakan atau mengganti posisi kepalanya, lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Sehingga hal ini otomatis meningkatkan kondisi kepala peyang.
2. Tidur terlentang
Tidur dengan posisi telentang terus menerus tanpa dibantu mengubah posisi bayi, dapat menyebabkan bagian belakang kepala menjadi datar atau peyang.
3. Kelainan tulang tengkorak
Kondisi merupakan salah satu penyebab Scaphocephaly yang diakibatkan oleh Craniosynostosis atau kelainan bawaan lahir. Hal ini bisa membuat bentuk kepalanya menjadi tidak sempurna alias kepala peyang. Jika tidak segera ditangani, Cryaniosynostosis pada bayi bisa menimbulkan gangguan penglihatan dan keterlambatan perkembangan kognitif.
4. Masalah pada rahim
Selain posisi tidur, kepala peyang pada bayi juga bisa disebabkan oleh adanya tekanan pada kepala bayi saat masih di dalam rahim akibat cedera atau kekurangan cairan ketuban.
5. Ketegangan otot leher
Otot leher bayi yang terlalu kaku juga bisa mengakibatkan kepala peyang pada bayi. Kondisi ini menyebabkan salah satu sisi kepala bayi akan lebih sering mendapatkan tekanan dibandingkan dengan sisi lainnya.
6. Terlalu sering meletakkan bayi di bouncer ataupun swinger
Hal apapun yang membuat kepala bayi menjadi susah digerakan perlu dibatasi. Termasuk salah satunya adalah penggunaan bouncer ataupun swinger yang membuat kepala bayi sulit bergerak dan hanya berada pada satu sisi.
Risiko yang terjadi jika kepala bayi peyang
Meskipun kepala peyang pada bayi tidak perlu dikhawatirkan, namun apabila kondisi ini terus dibiarkan maka lama kelamaan otot di area leher akan mengalami gangguan pertumbuhan, kekuatan otot pun akan berkurang. Akibatnya, bayi akan berada di posisi yang sama secara terus menerus. Jika leher bayi tidak sering dilatih dapat mengakibatkan otot bagian leher memendek secara permanen.
Lalu bagaimana cara mengatasi kondisi ini?
- Ajak tummy time
Untuk mencegah kepala peyang pada bayi, Ibu bisa sering-sering mengajak si kecil tummy time. Biasanya bisa dilakukan ketika ia masuk usia 2-6 minggu setelah dilahirkan. Tummy time juga berguna untuk melatih otot leher bayi, sehingga meminimalisir tekanan pada tulang tengkorak yang menyebabkan kepala peyang pada bayi.
- Ubah posisi tidurnya
Usahakan mengubah posisi tidurnya ke sisi kanan atau sisi kiri secara berkala. Ketika si kecil sedang tidur Ibu bisa memosisikan bayi tidur tengkurap supaya kepalanya tidak terus tertekan. Namun, Ibu perlu mengawasi posisi ini agar tidak membahayakan bayi dan membuat ia sulit bernapas.
- Variasikan cara menggendong
Salah satu cara yang paling sering dilakukan para Ibu untuk mengurangi kepala peyang pada bayi adalah dengan cara menggendongnya. Namun, menggendong bayi juga tidak boleh sembarangan ya Bu.
Untuk meminimalisir kepala peyang apda bayi, Ibu perlu melakukan variasi posisi saat menggendong si kecil misalnya dengan posisi tegak, kemudian didekap, atau miring, juga dapat mengurangi tekanan berlebihan pada satu sisi kepalanya.
- Gunakan helm kepala khusus
Jika cara-cara di atas tidak berhasil, penggunaan helm kepala khusus terkadang bisa menjadi pilihan. Fungsi helm khusus ini adalah untuk memberi tekanan pada salah satu sisi kepala dan mengurangi tekanan di sisi yang lain.
Cara ini biasanya dilakuan saat tulang tengkorak bayi masih lunak, yaitu sekitar usia 5-6 bulan dengan pemakaian terus-menerus setiap hari. Meski begitu, ternyata tidak semua dokter bisa merekomendasikan penggunaan alat ini.
Perlukah menggunakan bantal peyang?
Menurut National Health Service (NHS) menyatakan bayi di bawah usia 1 tahun tidak disarankan menggunakan bantal. Hal ini dikarenakan penggunaan bantal malah memicu Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau sindrom mati mendadak pada bayi.
Mereka menyarankan bayi sebaiknya ditidurkan di atas kasur tanpa bantal, guling, boneka dan sebagainya. Dengan atau tanpa bantal tidaklah menjadi faktor dari bentuk kepala. Yang paling memberi pengaruh adalah bagaimana posisi tidur si kecil.
Jadi intinya menggunakan bantal peyang pada bayi tidak akan mengubah bentuk kepala secara signifikan. Namun jika Ibu memilih menggunakan bantal peyang tidak ada salahnya kok. Asalkan harus diawasi penggunaannya dan jangan lupa untuk sering-sering mengubah posisi kepala bayi, ya Bu.
Kapan harus ke dokter?
- Jika mata atau telinga tidak sejajar;
- Muncul tonjolan keras pada kepala seperti benjol; dan
- Bentuk kepala peyang pada bayi terlihat parah dan mengganggu pergerakan bayi.
Umumnya kepala peyang pada bayi memang tidak berbahaya. Namun penangan sedini mungkin dapat membantu mencegah kondisinya bertambah parah.
Penulis: Aprilia Ramdhani
Editor: Dwi Ratih