Kumpulan Sekolah yang Tak Butuh Tes Calistung Masuk SD
Banyak SD yang memberlakukan tes calistung masuk SD sebagai syarat seleksinya. Namun, bijakkah prasyarat calistung SD?
Melihat si kecil yang sudah mampu belajar calistung di usia dini memang menyenangkan sekaligus bikin orangtua bangga. Namun, jangan sampai memaksa si kecil untuk belajar calistung jika dia belum menunjukkan kemampuan ke arah sana.
Jika orangtua terlalu terburu-buru menyuruh si kecil untuk belajar calistung, ini akan membawa dampak negatif calistung pada anak usia dini.
Seperti yang dilansir di Kompas, memberikan materi calistung pada anak-anak usia dini akan membuat semangat belajar memudar ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Anak akan mengalami fade out effect dimana nanti semangat belajar mereka saat kelas 3-4 SD akan terganggu.
Ini sebabnya tes calistung masuk SD lebih baik ditiadakan karena membuat orangtua memiliki mindset agar anak segera mampu menguasai calistung SD.
Menurunkan semangat belajar si kecil
Ternyata perihal menurunnya semangat belajar si kecil akibat dipaksakan juga dilakukan oleh sebuah riset di Amerika Serikat. Ada hasil yang signifikan terkait anak usia dini yang diberikan materi calistung dan yang tidak diberikan. Anak yang cenderung lebih “dibebaskan” memiliki semangat belajar yang naik terus.
Seharusnya lembaga PAUD yang memiliki kualitas bagus memiliki visi meningkatkan semangat belajar anak usia dini, bukan mengejar ketercapaian saja tanpa memikirkan apakah akan merusak mental si kecil atau tidak.
Jika mental dan semangat belajar si kecil rusak, akan sulit untuk dikembalikan. Bagaikan kaca rusak maka akan sulit dibetulkan dan dikembalikan utuh.
Peran PAUD untuk perkembangan anak
PAUD memiliki peran penting untuk pengembangan sosial dan emosional anak. Selain itu, PAUD juga sebagai lembaga untuk mengasah perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik anak.
Melalui PAUD, anak akan belajar tentang cara-cara dasar berpikir dengan cara bermain. Saat bermain anak tidak sekedar bermain, tetapi juga belajar problem solving, bersosialisasi, dan pelajaran-pelajaran dasar lainnya.
Bahkan beberapa pakar psikologis menganggap bahwa bermain adalah pekerjaan utama anak-anak. Pengembangan sosial emosional dapat diberikan melalui pengawasan dan bimbingan.
PAUD juga bisa mengajari anak cara bereaksi yang dapat diterima dan menyenangkan. Anak-anak lebih mudah menerima pemahaman yang diberikan. Melalui PAUD, anak juga dapat berkembang dengan kepribadian sosial dan belajar menjalin pertemanan dengan baik.
Bahkan, beberapa PAUD di luar negeri lebih mengedapankan pelatihan adab dan memahami peraturan-peraturan yang berada di masyarakat sebagai bagian dari pendidikanya. Seperti Jerman yang baru mengajarkan calistung pada anak saat duduk di kelas 2 SD.
Dampak negatif calistung pada anak usia dini
Kewajiban menguasai calistung SD kerap membuat orangtua resah karena dapat membuat orangtua “memaksakan” anak agar segera bisa calistung untuk menghadapi tes calistung masuk SD.
Ternyata ini membawa dampak negatif pada anak. Apa saja?
1. Merusak tatanan otak
Dampak negatif calistung pada anak usia dini yang pertama adalah kemungkinannya yang dapat merusak tatanan otak karena terjadi tuntunan yang tidak terarah dan selaras.
Hal yang paling tepat dilakukan untuk anak usia emas ini hanyalah sekedar membuat garis lurus, menggaris, menggambar bangun dan sebagainya. Belajar calistung dini demi mempersiapkan tes calistung masuk SD tidak termasuk dalam tujuan tersebut.
Jika si kecil terlalu fokus belajar calistung, dikhawatirkan kegiatan lainnya yang secara tumbuh kembang lebih tepat malah tidak dilakukan.
2. Kurang mampu menyelesaikan persoalan
Si kecil kurang mampu menyelesaikan persoalan karena ia sudah terdistraksi untuk belajar calistung demi tes calistung masuk SD. Otaknya yang seharusnya dilatih secara terarah menjadi acak karena tidak sesuai urutan perkembangan otak.
3. Bermain kurang leluasa
Tahukah Ibu kalau hakikat periode emas anak adalah bermain? Ini termasuk bermain terarah dan bebas. Dengan fokus belajar calistung demi mempersiapkan tes calistung masuk SD, kegiatan bermain si kecil menjadi kurang leluasa.
Meskipun banyak beranggapan bisa belajar calistung sambil bermain, tetapi tetap tatanan otak anak tidak sesuai urutan perkembangannya.
Sekolah tanpa tes calistung masuk SD
Kabar baik, ternyata masih banyak SD di area Jabodetabek tanpa tes calistung masuk SD. Simak daftarnya di bawah ini seperti yang dikutip dari Instagram Keke Kania!
1. Jakarta timur
- Al Falah, Cipayung
- Global Mandiri, Cakung
- Global Islamic School (GIS), Kramat Jati
- Mentari Ar-Ridho, Cakung
2. Jakarta Barat
- Citra Azzahra, Joglo
- Victory Plus
- SD Notre Dame, Puri Indah
3. Jakarta Selatan
- Al-Ikhlas, Cipete
- Al-Izhar, Pondok Labu
- Al-Wildan, Lebak Bulus
- Al-Jabr, Andara
- Cikal, Cilandak
- SD BM 400 Pondok Indah
- Sekolah Kembang, Kemang
- SD Kreativitas Anak Indonesia (SDKAI), Jagakarsa
- Tetum Bunaya, Jakarta Selatan
4. Tangerang
- Kiara Karitas Montessori School
5. Depok
- Lazuardi Global School, Cinere
6. Bogor
- Causa Prima
7. Tangerang Selatan
- CIKAL, Serpong
- Tara Salvia, Ciputat
- Madrasah Pembangunan UIN, Ciputat
- Pembangunan Jaya, Bintaro
Setelah mengetahui dampak negatif belajar calistung demi tes calistung masuk SD, seharusnya orangtua lebih sadar bahwa walaupun anak dibiarkan bermain pada masanya, jangan jadikan kegiatan bermain mereka dijadikan obsesi orangtua agar anak lebih pintar.
Orangtua juga tidak usah khawatir dengan tidak mengajarkan calistung, maka si kecil akan kesulitan untuk mengerjakan tes calistung masuk SD. Faktanya, banyak sekolah di sekitar Jabodetabek yang tidak memberlakukan tes calistung sebagai prasyarat masuk SD.
Editor: Dwi Ratih