Ibupedia

Makanan Bayi Instan: Kelebihan dan Kekurangannya

Makanan Bayi Instan: Kelebihan dan Kekurangannya
Makanan Bayi Instan: Kelebihan dan Kekurangannya

Ada banyak pilihan makanan bayi instan di supermarket, tak heran Anda malah jadi bingung harus memilih yang mana. Makanan bayi instan diberi label berdasarkan tingkat perkembangan bayi dan juga umur bayi. Jangan lupa periksa tanggal kadaluwarsa dan pastikan kemasan masih tersegel saat Bunda mau membelinya.

Bunda tak perlu khawatir tentang kandungan garam pada makanan bayi instan, karena kebanyakan makanan bayi komersil tidak lagi menambahkan bahan ini. Tapi waspadai makanan dengan tambahan gula.

Banyak orangtua lebih memilih makanan bayi organik, meski harganya mahal, tapi banyak yang masih berminat karena ingin makanan bayi mereka bebas pestisida dan bahan kimia lain. Tapi banyak juga orangtua lain yang masih menggunakan produk komersil yang memenuhi standar. 

Makanan Bayi Instan, Awet Berapa Lama?

Biasanya, makanan bayi instan dalam kemasan toples, biasanya barang impor, yang dibeli di toko mengandung unsur unggas, ikan, daging, atau telur, akan tetap segar di lemari pendingin selama 24 jam. Yang terbuat dari buah dan sayur bisa bertahan 2 atau 3 hari. Makanan yang sudah dibuka kemasannya harus digunakan dalam 24 jam. Periksa labelnya ya Bun, kadang ada informasi berapa lama isinya tetap segar setelah dibuka.

Anda bisa membekukan makanan bayi, tapi proses pembekuan akan mengubah konsistensinya. Gunakan makanan bayi beku dalam satu bulan untuk kualitas terbaik. Simpan makanan bayi di wadah bersih dan sisakan ruang di bagian atasnya.

Sebelum menyimpan sisa makanan bayi di dalam kulkas, pastikan Anda tidak mencelupkan sendok bayi ke dalamnya saat menyuapi, ini bisa menimbulkan bakteri. Daripada menyuapi bayi langsung dari wadah toplesnya, lebih baik tuang sebagian makanan ke dalam mangkuk dan suapi bayi dari sana. Bila perlu tambahan, gunakan sendok bersih untuk mengambil makanan ke dalam mangkuk. Hal yang sama berlaku untuk makanan bayi dalam kemasan kantong.

Setelah selesai menyuapi, buang makanan yang tersisa di mangkok. Bila ada makanan tersisa di toples, pasang tutupnya dan simpan di kulkas. Anda juga bisa menyimpan sisa makanan instan dalam kemasan kantong di dalam kulkas selama bayi tidak menghisap langsung dari kemasannya, air liur bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri. Jangan biarkan makanan bayi ada di suhu ruang lebih dari dua jam.

Dibanding buah dan sayur yang dimasak sendiri, MPASI instan cenderung memiliki lebih banyak gula, sodium, kurang serat, dan harganya jauh lebih mahal. Meski makanan bayi kemasan menyebut tanpa tambahan gula atau garam, tapi tetap saja makanan ini adalah makanan yang diproses. Kebanyakan puree instan dibuat dari konsentrat yang dilarutkan oleh air.

Kandungan Nitrat

Nitrat adalah bahan kimia yang secara alami terbentuk pada sayur seperti wortel, bayam, atau bit dan paparan pada tingkat tinggi bisa menyebabkan gangguan darah yang berbahaya pada bayi. MPASI instan untuk bayi dianggap lebih aman dibanding buatan rumah karena perusahaan memonitor tingkat nitrat pada sayuran yang digunakan, tapi nitrat dari sayur yang disiapkan di rumah hanya memiliki resiko pada bayi kurang dari usia 3 bulan. Sedangkan bayi usia 3 bulan belum diberikan makanan padat. Orangtua disarankan memperkenalkan makanan padat hingga bayi setidaknya berumur 6 bulan. Jadi nitrat pada makanan bayi rumahan tidak jadi hal yang mengkhawatirkan.

Kandungan Arsenik 

Masalah lain dari makanan instan untuk bayi adalah kandungan arsenik. Sebuah laporan di Amerika Serikat menemukan kalau sereal nasi buatan pabrik untuk bayi mengandung bahan logam yang terbentuk alami, yang terbukti menyebabkan masalah kesehatan kronik, termasuk kanker.

Badan perlindungan lingkungan Amerika menyarankan setiap orang mengknsumsi kurang dari 0,3 mikrogram inorganik arsenik per kilogram berat tubuh tiap hari. Dosis ini berdasarkan penelitian yang menghubungkan arsenik inorganik dengan masalah vaskular dan kulit. Ini artinya bayi dengan berat badan 18 pounds tidak boleh mengonsumsi lebih dari 2,45 mikrogram arsenik per hari. Dalam investigasinya, ada 3 sereal beras komersil untuk bayi yang diteliti dan ditemukan rata-rata ada 1,44 mikrogram inorganik arsenik pada satu sajian, yang berarti bayi yang mengonsumsi dua kali sajian per hari melebihi batas paparan arsenik yang dianjurkan.

Makanan Bayi Kemasan Pouch

Selalu ada perubahan pada presentasi makanan bayi, mulai dari kemasan kaleng, kemasan kaca, dan kini tersedia makanan instan untuk bayi dalam kemasan pouch. Sebagian orangtua menganggap ini sangat praktis karena penyajiannya cukup dengan membuka tutup kemasan dan bayi bisa langsung menghisap makanan dari kemasannya. Makanan bayi kemasan pouch biasanya terdiri dari sayuran atau buah dan kombinasi keduanya.

Bunda, tidak semua makanan dalam kemasan tidak bagus, ada juga beberapa kelebihannya:

  • Mengandung nutrisi

  • Bisa dibeli di supermarket dengan harga kompetitif

  • Pembuatannya diatur, diawasi, dan higienis

  • Anak cenderung menyukainya

  • Tidak membutuhkan persiapan. Untuk orangtua yang sibuk, membeli makanan kemasan mengurangi waktu berbelanja dan memasak

  • Mengurangi kondisi berantakan saat makan

  • Isi dalam kantong pouch mudah ditelan. Bagi orangtua yang memonitor seberapa banyak anak makan, kemasan kantong memberi indikasi yang jelas.

  • Bisa digunakan untuk mengatasi anak rewel dan mengalihkan perhatian anak, terutama di dalam mobil atau selama perjalanan.

  • Mendorong kemandirian untuk makan sendiri. Anak mengontrol seberapa banyak mereka makan dan kapan berhenti saat kenyang.

Kekurangan Makanan Bayi Kemasan Pouch

Sayangnya, ada kekurangan dari makanan kemasan pouch, terutama karena anak selalu menghisap dan tidak mengunyah. Anak belajar melalui sentuhan dan melihat serta mencium makanan yang akan dimakan. Ini tidak bisa dilakukan ketika anak makan dari kemasan pouch. Kemasan pouch juga tidak mengajarkan anak membangun kemampuan mengunyah dan bagaimana menggerakkan makanan di dalam mulut.

Masalah lain dari makanan kemasan pouch:

  • Ketika tidak tertantang untuk mengunyah, bayi cenderung menolak makan apapun selain makanan puree yang lembut.

  • Bentuknya puree dan semi cair. Ini berarti anak menghisap dan menelan makanan, bukan menggigit, mengunyah, dan lalu menelan. Semua keterampilan oral tidak terpenuhi.

  • Tidak ada dorongan untuk mengambil makanan dan memainkannya. Padahal ini bagian vital dari belajar tentang makanan dan bagaimana memakannya.

  • Makanan berbentuk puree tertinggal di gigi dan tidak memiliki kualitas abrasif seperti makanan yang dikunyah. Ini berati ada peningkatan resiko kerusakan gigi, khususnya pada anak yang menghisap makanan kemasan pouch untuk waktu lama.

  • Anak tidak bisa melihat makanan di dalam kemasan sehingga tidak tahu apa yang ia makan. Ini berarti anak tidak bisa membuat pilihan tentang apa dan bagaimana memakannya.

  • Semua bungkus makanan menjadi sampah yang merusak lingkungan.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram