Manfaat Menceritakan Dongeng Sebelum Anak Tidur
Bunda, apakah Anda selalu menceritakan kisah dongeng sebelum tidur untuk si kecil? Kadang kita membacakan cerita hingga anak tertidur. Ada kalanya kita meninggalkan mereka bersama buku di sisi tempat tidur dan membiarkan mereka melihat gambar yang ada di sana hingga akhirnya menutup mata dan terlelap. Kadang di saat mereka terbangun di jam 3 pagi, hanya dengan melanjutkan cerita dongeng ini mereka bisa menjadi tenang dan tidur kembali.
Saat tubuh sudah terlalu lelah karena kurang tidur, para bunda memilih untuk tidak beranjak dari tempat tidur untuk menyalakan lampu kamar. Cukup melanjutkan cerita yang sudah dihapal di luar kepala di kegelapan, karena memang dongeng pada umumnya berisi kisah yang hampir semua orang pernah membaca atau mendengarnya.
Dulunya, orang menceritakan dongeng di lingkaran api unggun. Kisah yang disampaikan sangat menarik, dengan karakter binatang yang berbicara, manusia kerdil, dan tokoh memikat lainnya. Seiring berjalannya waktu, kisah-kisah itu kini terkumpul dan hadir dalam bentuk tulisan.
Banyak juga kisah yang diangkat ke layar lebar dalam bentuk film. Lalu para orangtua mulai bertanya; Bukankah cerita dongeng itu terlalu seram dan menakutkan bagi anak-anak yang mudah dipengaruhi? Apakah tokoh seperti si Kancil, Sangkuriang, Bawang Putih, Malin Kundang, dan Jaka Tarub, bisa menjadi teladan yang baik? Masih banyak lagi pertanyaan yang serupa. Meski begitu, terlepas dari benar tidaknya cerita tentang kekejaman ibu tiri dalam kisah Bawang Putih dan Bawang Merah, misalnya, dongeng-dongeng semacam ini tetap ada hingga kini.
Di satu sisi, cerita dalam dongeng memberi hal yang positif. Kisah dongeng memiliki peran yang nyata dalam meningkatkan daya imajinasi anak. Meski mengalami penindasan dan penyiksaan, pada akhirnya tokoh baik selalu menang.
Mungkin sebagian orangtua khawatir dengan unsur moral dibalik cerita dongeng ini, tapi banyak ilmuwan memandang dongeng sebagai alat bantu bagi anak untuk melalui rasa kecemasan yang tidak bisa mereka ungkapkan. Kisah dongeng dianggap penting untuk perkembangan anak karena karakter utama biasanya mendemonstrasikan keberanian dan kemampuan untuk mengakhiri kesengsaraan yang diakibatkan oleh orang-orang yang jahat.
Tidakkah kekejaman ibu tiri atau anak yang durhaka yang direpresentasikan dalam dongeng terlalu menakutkan dan kejam bagi buah hati Anda? Well, Bunda, Andalah yang bisa menentukan seberapa jauh buah hati Anda bisa menerima cerita tersebut. Misalnya, ada beberapa anak yang tidak mengalami masalah dengan dongeng dalam bentuk buku atau film fantasi karena mereka sudah mengetahui kalau semua itu tidak nyata.
Orangtua dianjurkan untuk membaca cerita dongeng terlebih dulu sebelum membacakannya untuk anak. Pada versi film, mungkin ada bagian cerita yang hilang dari dongeng yang sudah lekat dengan masyarakat pembacanya.
Anda bisa coba menceritakan dongeng dalam versi modern dibanding versi aslinya, misalnya kisah Cinderella, dimana di cerita aslinya seekor burung mencungkil mata si ibu tiri yang kejam. Beberapa dongeng dengan versi terbaru tetap memiliki alur konflik dari versi lama meski tetap memunculkan tokoh utama yang baik. Cari versi yang menurut Anda menarik, lalu buat modifikasi saat menceritakannya. Karena kemungkinan Anda akan selalu perlu untuk melakukannya.
Biasanya di tengah bercerita Anda tersadar betapa cerita yang Anda bacakan memang memerlukan perubahan. Seorang ibu berbagi pengalamannya, pertama kali ia memiliki ide untuk memodifikasi cerita sebelum tidur ketika ia membacakan sebuah dongeng untuk anaknya. Ceritanya tentang seorang anak yang tidak patuh pada perintah ibunya, lari menuju ke tempat raksasa, mencuri barang miliknya, dan akhirnya dibunuh oleh si raksasa.
Saat menceritakan dongeng ini, ia merasa perlu untuk mengubah tindakan membunuh yang dilakukan si raksasa, karena ia tidak mau cerita ini memberi pesan moral pada anaknya bahwa tidak apa membunuh orang yang berbeda pendapat dari kita. Kebanyakan cerita dongeng memang membuat anak berimajinasi tinggi. Jadi ayo keluarkan buku cerita Anda, dan bersiaplah untuk membacakannya dengan senang hati selalu, selamanya!
(Ismawati)