Ibupedia

Memahami Transmisi Varian Omicron pada Bayi dan Anak-anak

Memahami Transmisi Varian Omicron pada Bayi dan Anak-anak
Memahami Transmisi Varian Omicron pada Bayi dan Anak-anak

Pandemi Covid-19 memasuki babak baru, di mana transmisi varian Omicron pada bayi dan anak-anak perlu diwaspadai. 

Dilansir dari Liputan 6, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia setidaknya sudah ada 92 kasus terkonfirmasi varian Omicron per tanggal 4 Januari 2022. 

Jika dijumlahkan, maka saat ini terdapat sebanyak total 254 kasus transmisi varian Omicron di Indonesia.

Tentu saja, hal tersebut membuat Ayah dan Ibu merasa khawatir. Terlebih belum ada izin pemberian vaksin Covid-19 untuk bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun. 

Lebih lanjut, disebutkan oleh Kompas, kasus transmisi Omicron pada bayi dan anak-anak menyebabkan lonjakan angka rawat inap hingga 48 persen di Amerika Serikat. Dengan begitu, transmisi varian Omicron pada bayi dan anak-anak perlu dipahami dan dicegah semaksimal mungkin.

Dikutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), transmisi varian Omicron terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan pada 9 November 2021. Varian baru dari virus Covid-19 ini memiliki beberapa mutasi yang mungkin berdampak pada perilakunya di dalam tubuh manusia. 

Pada dasarnya, masih ada ketidakpastian substansial mengenai Omicron, sehingga banyak penelitian sedang dilakukan untuk mengevaluasi penularan, tingkat keparahan, dan risiko infeksi ulang akibat varian Omicron.

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh setiap orang tua agar transmisi varian baru Omicron pada bayi dan anak-anak dapat dicegah?

Kenali Gejala Omicron pada Bayi dan Anak-anak

Gejala varian baru Omicron sebenarnya mirip dengan yang ada pada varian Delta, antara lain:

  • Suhu tubuh meningkat;
  • Sakit kepala;
  • Sakit tenggorokan;
  • Batuk;
  • Pilek;
  • Sesak napas;
  • Hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman;
  • Kelelahan ekstrem
  • Mual; dan
  • Diare.

Akan tetapi, selain gejala-gejala tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa transmisi Omicron pada bayi dan anak-anak bisa menimbulkan gejala lain. Misalnya, gejala Omicron pada bayi dan anak ditandai dengan munculnya ruam yang tidak biasa di tubuh dan hilangnya nafsu makan. Pemeriksaan lanjutan tentu dibutuhkan guna memberikan pengobatan yang tepat.

Sebagai catatan tambahan, gejala Omicron pada bayi dan anak-anak bisa muncul 3 - 14 hari pasca transmisi. Meskipun demikian, bayi dan anak-anak yang terinfeksi varian baru ini bisa menularkan virus pada orang lain dalam kurun waktu satu atau dua hari sebelum muncul gejala.

Risiko dan Komplikasi Varian Omicron

Risiko dan komplikasi varian Omicron pada setiap tubuh manusia akan berbeda, termasuk yang terjadi pada bayi dan anak-anak. Beberapa mungkin hanya mengalami flu ringan, sementara lainnya bisa lebih parah hingga perlu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. 

Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dari yang dialami orang dewasa akibat transmisi virus Omicron.

Namun, bayi dan anak-anak yang memiliki penyakit bawaan, seperti penyakit jantung, neurologis, metabolik, dan masalah genetik rentan mengalami komplikasi yang lebih parah. 

Begitu juga pada bayi dan anak-anak dengan riwayat kelahiran prematur berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi yang lebih parah bahkan kematian.

Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Untuk melindungi bayi dan anak-anak dari paparan varian Omicron, pastikan untuk:

  1. Kenakan masker yang menutupi hidung dan mulut. Pastikan tangan dalam keadaan bersih saat memakai dan melepas masker.
  2. Jaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain. 
  3. Hindari ruang yang ramai dan berventilasi buruk.
  4. Hindari perjalanan luar kota/negeri yang tidak penting.
  5. Cuci tangan secara teratur.
  6. Berikan buah dan sayur sebagai sumber vitamin baik, demi menjaga daya tahan tubuh.
  7. Istirahat yang cukup.

Selain itu, bagi Ayah dan Ibu yang terpaksa masih harus melakukan perjalanan dinas, diwajibkan untuk melakukan tes Covid-19, yaitu Swab-PCR dan melakukan karantina mandiri setidaknya dalam kurun waktu 4-5 hari untuk mencegah penularan varian baru Omicron pada bayi dan anak-anak di rumah.

Berikan Penjelasan pada Anak

Nah, ketika Ayah dan Ibu memiliki anak yang sudah agak besar di rumah, sebaiknya berikan penjelasan terkait Covid-19 dan variannya dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami usianya. Bagaimana caranya?

  1. Tanyakan apa saja yang sudah mereka ketahui tentang virus Covid-19 dan variannya.
  2. Hindari memberikan penjelasan terlalu detail karena justru akan membuat anak cemas.
  3. Pastikan Ayah dan Ibu selalu up-to-date terhadap informasi terkait Covid-19.
  4. Jika ada pertanyaan yang sulit, cobalah untuk mencari jawaban dari sumber terpercaya agar terhindar dari hoax.

Jadi, Ayah dan Ibu tidak perlu menutupi atau bahkan berbohong pada anak tentang kondisi pandemi saat ini. Anak-anak memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya, sehingga mereka berkesadaran untuk mengikuti protokol kesehatan.

Jika Anak Terlanjur Terinfeksi Varian Omicron …

Saat si kecil terlanjur terinfeksi virus Covid-19 varian baru Omicron, sebaiknya orang tua tetap bersikap tenang dan jujur. Biarkan anak memahami apa yang terjadi pada tubuhnya. 

Katakan juga jika kondisinya akan segera membaik beberapa hari ke depan. Pastikan Ayah dan Ibu berada di sampingnya untuk memberi kekuatan dan motivasi untuk lekas sembuh.

Pada kondisi tertentu, normalisasi mungkin perlu dilakukan. Maksudnya, bantu anak memahami bahwa ia bukan satu-satunya yang terinfeksi virus. 

Ayah dan Ibu bisa menceritakan tentang kerabat yang juga mengalami kondisi sama dengannya dan sembuh seperti sedia kala setelah menjalani karantina dan pengobatan.

Itulah tadi penjelasan lengkap tentang transmisi hingga gejala Omicron pada bayi dan anak-anak. Tetap patuhi aturan protokol kesehatan di manapun berada. Semoga Ayah, Ibu, dan si kecil selalu sehat, ya!

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram