Ibupedia

Memberikan Uang Saku pada Anak

Memberikan Uang Saku pada Anak
Memberikan Uang Saku pada Anak

Untuk belajar mengendarai sepeda, yang Anda butuhkan adalah sebuah sepeda, dan untuk belajar mengatur uang, yang Anda perlukan tentu saja sejumlah uang. Dengan berlatih menggunakan uang mereka sendiri, anak akan mempelajari berbagai konsep seperti menabung untuk masa depan atau menentukan priotas utama dalam hal keuangan.

Uang saku memberi anak ruang untuk melakukan kesalahan dalam lingkungan rendah resiko, seperti halnya belajar berkendara di area parkir yang kosong. Ketika anak Anda yang berusia 8 tahun tidak bisa ikut pergi ke bioskop bersama keluarga salah satu kerabat karena ia telah menghabiskan semua uang sakunya, ia kemungkinan akan melakukan perencanaan lebih dulu ketika mendapatkan uang saku di minggu berikutnya.

Pemberian uang saku biasa dilakukan saat anak di usia sekitar 5 atau 6 tahun. Tapi beberapa orangtua mulai melakukannya saat anak memasuki usia TK, sementara yang lain ada yang menunggu hingga anak berumur 10 tahun atau lebih. Sebenarnya tidak ada ketentuan untuk kapan orangtua mulai memberikan uang saku pada anak. Waktu yang paling baik adalah ketika anak mulai memahami bahwa uang bisa digunakan sebagai alat untuk mendapatkan benda yang ia inginkan.

Jadi bila anak Anda menggeleng saat diberikan uang atau menghilangkan uang sakunya sebelum digunakan, tunda hingga Anda melihat tanda ia menyukai menabung uangnya atau memiliki ide bagaimana ia akan menghabiskan uang sakunya.

Untuk menentukan seberapa besar jumlah uang saku yang Anda berikan pada si kecil, pertimbangkan sumber keuangan keluarga, biaya hidup harian di area Anda, dan tingkat yang nyaman bagi Anda. Semua bergantung kepada Anda untuk memutuskan jumlah yang terbaik.

Banyak keluarga yang menggunakan pola berdasarkan usia anak, misalnya Rp. 5000 setiap minggu untuk tiap tahun usia anak. Jadi Anda memberikan uang saku sebesar Rp. 35.000 setiap minggu bila anak berusia sekitar 7 tahun, dan naik menjadi Rp. 40.000 saat ia berusia 8 tahun.

Pola ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pemberian uang jajan dalam jumlah yang stabil. Anak secara otomatis mendapat kenaikan uang saku di hari ulang tahunnya, jadi ia tidak perlu bertanya-tanya lagi kapan uang sakunya akan naik. Ini juga menghindari protes dari saudara kandung lain, karena anak yang lebih kecil bisa memahami kenapa anak yang lebih besar mendapat uang saku lebih banyak.

Sebagian keluarga memberikan uang saku dalam jangka waktu mingguan, ada juga yang memberikannya setiap dua minggu atau bulan. Yang paling penting adalah konsistensinya. Buat cara sendiri untuk membantu Anda mengingatnya, jadi Anda tak akan mendapati si kecil ngambek atau marah karena Anda lupa memberi uang sakunya. Sebaliknya, jangan merasa buntu jika apa yang Anda terapkan tidak berhasil, Anda selalu bisa duduk bersama anak dan menemukan rencana yang berbeda.

Mungkin Anda khawatir kalau si kecil akan menghabiskan uang sakunya untuk membeli kembang api atau mainan tembak-tembakan. Ini bukanlah masalah besar, pemberian uang saku juga bisa mengakibatkan kekeliruan.

Tapi, daripada Anda menulis daftar barang-barang yang tidak  boleh ia beli, buat saja aturan umum seperti, “Kamu boleh menghabiskan uang saku sesuka hati, selama tidak menyebabkan masalah.” Jadi bila anak Anda yang berusia Ini 6 tahun ingin membeli banyak sekali permen dengan uang sakunya, cukup katakan penyebab masalahnya bahwa permen-permen itu bisa menyebabkan giginya berlubang.

Anda bisa memberi tanggung jawab pada si kecil dalam menggunakan uang sakunya, berapa banyak yang ia habiskan dan berapa yang ditabung. Ia pastinya akan belajar dari keberhasilan dan juga kesalahannya. Secara bertahap Anda bisa memberi panduan tentang nilai yang ingin Anda tanamkan. Minta anak Anda untuk menyimpan 10 persen dari uang sakunya dan mendonasikan 10 persen lagi untuk acara amal yang ia pilih sendiri.

Anda sepertinya perlu membagi tabungannya menjadi tabungan tetap dan tabungan revolving. Tabungan tetap langsung menuju rekening bank, untuk digunakan pada pengeluaran masa depan seperti kuliah atau membeli kendaraan. Sedangkan tabungan revolving disimpan di rumah, untuk ia gunakan sesuai keinginan. Meski si kecil menghabiskan uang simpanannya, ia akan tetap belajar betapa bergunanya menabung.

Mungkin pada satu kesempatan anak Anda meminta dengan mata yang memohon “Bunda, mau beliin aku mainan ini dong, Aku janji akan kembalikan uang Bunda kalau kita pulang nanti.” Apa yang harus Anda lakukan? Selama Anda merasa nyaman dengan mainan dan juga harganya, jadikan uang Anda sebagai pinjaman jangka pendek yang bisa menjadi pelajaran berharga bagi anak Anda. Tapi tetap lakukan antisipasi untuk hal yang tidak Anda inginkan.

Anda perlu meminta si kecil menanda tangani bukti pembayaran, untuk berjaga-jaga bila anak Anda mengalami amnesia tiba-tiba sehingga ia lupa membayar hutangnya pada Anda. Jangan berikan mainannya hingga ia mengembalikan uang yang ia pinjam.

Jika setibanya di rumah ternyata jumlah uang yang ia punya tidak cukup untuk membayarnya, simpan mainan hingga ia mendapat atau menabung sejumlah uang. Bila ia tak juga memberi uang Anda kembali, berpikirlah kreatif Bunda. Lain waktu di saat Anda memberikan uang sakunya, sertakan tagihan untuk uang belanjaannya.

Bagaimana bila si kecil meminta uang saku sebelum waktunya? Misalnya saat teman baik anak Anda mengajaknya pergi ke bioskop, tapi ia sudah menghabiskan semua uang sakunya. Jika anak Anda bisa bertanggung jawab dalam menggunakan uangnya dan Anda merasa yakin ia akan membayar kembali pada Anda, tak mengapa memberinya uang saku lebih awal dari waktu yang semestinya, meski akan lebih baik jika ia menandatangani kesepakatan lebih dulu.

Bila Anda merasa tak yakin, mintalah sebuah jaminan dari anak Anda. Minta si kecil untuk memberikan barang miliknya yang bernilai sama dengan jumlah uang yang ia pinjam. Pastikan barang yang dijaminkan bukan mainan yang sudah rusak yang sebenarnya tidak lagi ia mainkan. Jaminan harus berupa barang yang ia inginkan kembali.

Kembalikan jaminan bila pada putaran uang saku berikutnya ia melakukan kewajiban pada pinjamannya. Tapi Anda bisa selalu berkata tidak kok Bun, terutama bila pemberian uang saku lebih awal ini menjadi kebiasaan. Anak Anda bisa kecewa karena tidak bisa pergi ke bioskop, tapi ia akan belajar tentang pentingnya mempersiapkan dana untuk masa depan.

Sebagian orangtua ada yang menghubungkan tugas rumah tangga dengan uang saku anak. Hal ini bergantung pada mood anak Anda, uang saku mungkin cukup untuk memotivasinya atau Anda akan terjebak dengan tugas yang tidak dikerjakannya.

Saat anak mendapat bayaran untuk tugas yang ia kerjakan, ia tidak secara penuh memiliki perasaan sebagai anggota keluarga atau sebagai anggota tim. Padahal sangat penting untuk mengajarkan bahwa semua anggota keluarga memiliki tanggung jawab pada keluarganya.

Ini merupakan hal yang tidak ternegosiasikan. Meski anak Anda mengeluh saat harus mencuci piring, kebutuhan untuk berkontribusi dalam cara yang bermanfaat sangatlah diperlukan.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram