Menerapkan Time-Out Pada Anak Prasekolah (3-4 Tahun)
Anak usia prasekolah sangat perlu memahami peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungannya. Peraturan ini menjadi batasan baginya dalam berperilaku. Anak prasekolah memang lebih mampu berpikir rasional daripada batita, namun mereka masih dikuasai oleh emosi.
Anak usia 3 hingga 4 tahun kapan saja bisa berubah dari sosok yang manis dan menyenangkan menjadi anak yang suka memukul, menendang, suka menggigit, bahkan meraung.
Sering kali si kecil berada di luar kontrol. Pada kondisi seperti ini cara terbaik untuk membuatnya mampu menguasai dirinya sendiri adalah dengan memindahkan ia dari situasi yang membuatnya melampaui batas. Ia perlu mendapatkan waktu untuk menenangkan diri. Metode disiplin ini lebih dikenal dengan istilah time-out.
Time-out merupakan cara untuk mengarahkan kembali perilaku yang tidak semestinya. Tidak tepat bila time-out dikategorikan sebagai sebuah bentuk hukuman. Metode time-out dapat membuahkan hasil bila Anda mengetahui bagaimana dan kapan menggunakannya. Berikut ini 5 strategi yang perlu Anda pahami dalam penerapan time-out untuk anak balita:
Memahami Arti Time-Out
Jangan menganggap time-out sebagai hukuman, ya Bunda. Si kecil juga tidak boleh menganggapnya sebagai konsekuensi dari kesalahan yang ia lakukan. Time-out merupakan kesempatan untuk membantu anak Anda mengatasi frustrasi yang ia alami. Tujuannya agar si kecil dapat menata ulang perilakunya.
Jangan menerapkan time-out bila Anda menyertainya dengan omelan, teriakan, atau amarah. Kadang Anda perlu menjadi manusia super sabar untuk melakukannya. Bayangkan saja, hati ini mungkin sudah kesal akibat ulahnya tapi Anda tetap harus berkepala dingin dan menahan emosi yang rasanya ingin meledak. Inti time-out bukanlah untuk menghukum anak prasekolah Anda, tapi untuk membantunya mengatasi emosi.
Time-out memberi anak Anda waktu untuk tenang ketika ia bersikap “di luar batas.” Anda juga mendapat kesempatan untuk mengambil nafas sejenak. Kondisi ini membantu Anda tidak terjebak dalam sikap dan perilakunya yang salah. Bagaimana mungkin Anda berharap si kecil berperilaku baik sedangkan Anda di luar kontrol Anda sendiri. Time-out dapat mengarahkan kembali situasi yang meninggi menjadi tanpa emosi.
Tetap Konsisten
Tentukan tindakan apa saja yang patut mendapat time-out. Pastikan aturan yang Anda buat masih tetap bisa digunakan meski Anda berada di area bermain atau di rumah seorang kerabat. Perlu Bunda ingat, penggunaan time-out terlalu sering akan mengurangi keefektifannya. Karenanya, gunakan time-out hanya pada perilaku yang lebih serius, misalnya tindakan agresif berupa mengigit, memukul, melempar mainan, atau menentang.
Carilah waktu yang tepat untuk mendiskusikan bersama anak Anda perihal kebijakan time-out di keluarga. Berikan pemahaman dimana Anda akan memberi time-out, untuk alasan apa, dan berapa lama. Ketika aturan time-out mulai diberlakukan, Anda harus menaatinya. Memberikan kesempatan ketiga atau keempat hanya akan mengundang protes darinya. Si kecil juga perlu tahu bahwa ia tidak bisa membujuk Anda untuk bebas dari time-out. Anda hanya perlu katakan, “Kamu berteriak, kamu akan mendapat time-out 4 menit sekarang.”
Menghitung Time-Out
Lakukan time-out dengan cepat saat perilaku tak diinginkan terjadi. Terapkan time-out sebelum ia lupa. Atau beri peringatan bahwa ia akan mendapat time-out jika tidak berhenti berperilaku negatif. Dengan begitu ia menjadi lebih mudah untuk bisa tenang dan mengerem dirinya sendiri sebelum lepas kontrol.
Gunakan timer untuk menghitung waktu yang dihabiskan anak masa time-out. Para ahli menyarankan satu menit time-out untuk setiap tahun usia anak. Jadi anak usia 4 tahun akan menghabiskan waktu time-out selama 4 menit. Jika Anda menerapkan waktu yang lebih lama, ia akan berganti fokus dari tenang menjadi marah. Ada juga yang menyarankan durasi time-out hanya hingga anak Anda menjadi tenang.
Memilih Tempat yang Sesuai
Cari tempat untuk melaksanakan time-out yang terpisah dari aktifitas yang membuatnya berperilaku negatif. Pilih tempat yang masih dalam jarak pendengaran Anda. Misalnya di anak tangga paling bawah di dekat ruang keluarga. Disarankan untuk menggunakan tempat yang membosankan, tanpa mainan atau gangguan lain.
Jangan menempatkan si kecil di tempat yang menakutkan. Kamar tidurnya dengan pintu tertutup bisa terlalu berlebihan baginya. Ruang dapur yang gelap juga tidak cocok karena dapat membuatnya mengalami trauma. Ingat, tujuan Anda adalah untuk menenangkannya bukan untuk membuatnya merasa takut.
Tindak Lanjuti
Setelah time-out selesai dilakukan, bicarakan perilaku negatif yang baru saja dilakukannya. Jika ia memukul sang adik karena tidak mau berbagi mainan, buat ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan dan ia harus meminta maaf pada adiknya. Minta ia untuk dapat mengatasi situasi yang sama di lain waktu.
Pastikan yang Anda bicarakan adalah perilaku anak Anda, bukan pribadinya. Jangan katakan, “Kamu anak nakal,” tapi cukup katakan, “Jangan pukul adik lagi.” Tak perlu berteriak padanya dan jangan menceramahinya. Omongan saja tidak akan membuat ia berhenti memukul adiknya lagi. Memberi contoh perilaku yang baik akan mengajarkannya mengatur sikap yang lebih baik.
Berikan juga banyak time-in untuknya. Jika time-out digunakan untuk menghindari perilaku buruk, maka time-in diberikan untuk memicu perilaku baik. Setelah Anda konsisten menerapkan time-out pada sang buah hati saat berkelahi dengan adiknya, lakukan time-in sebagai cara untuk membuatnya bersikap baik dengan saudaranya. Anda bisa katakan, “Pintar deh kamu main sama adik. Bunda seneng sekali kalo kamu baik sama dia.” Semakin besar usaha Anda pada time-in akan membuat sedikit time-out yang perlu Anda lakukan.
Banyak anak yang tidak dapat diam dan tenang selama lebih dari beberapa menit. Kadang Anda tak bisa lagi berpatokan pada aturan tambahan menit untuk tiap usia anak. Time-out telah mencapai tujuannya bila si kecil sudah bisa tenang, tanpa Anda harus menunggu hingga durasinya selesai. Anda perlu membantu si kecil jika ia menolak ke tempat time-out dan diam di sana. Gandeng tangannya dan minta ia duduk dengan tenang. Jika ia meronta, dengan sabar kembali dudukkan ia di sana.
Tapi jangan biarkan hal ini terjadi berulang-ulang sehingga ia menganggapnya sebagai permainan. Jika hal ini terjadi untuk ketiga kalinya, rangkul ia dengan kedua tangan Anda lalu duduklah bersamanya selama durasi time-out. Katakan padanya, “Bunda pegangin kamu supaya duduk di sini karena kamu perlu time-out.”
Lakukan ini dengan konsisten, lembut, dan tanpa emosi. Diperlukan beberapa kali time-out sebelum ia akhirnya berpikir untuk lebih baik bersikap kooperatif daripada membangkang. Sehingga Anda tak perlu memaksanya menuju tempat time-out.
Bila Anda tak dapat membuat si kecil menjalani time-out tanpa meronta, beritahukan padanya akan ada konsekuensi bila ia tidak memenuhi waktu time-out. Hal ini cocok diterapkan pada anak yang lebih besar. Konsekuensi yang Anda berikan bisa berupa kehilangan kesempatan untuk menonton program televisi kesayangannya atau tak boleh bermain dengan mainan kesukaannya sepanjang hari itu.
Bila anak Anda malah merasa senang saat mendapatkan time-out, Anda perlu melakukan evaluasi kembali. Bisa jadi Anda terlalu sibuk hingga waktu satu-satunya untuk mendapat perhatian Anda adalah saat ia berperilaku tidak baik dan Anda memintanya melakukan time-out.
(Ismawati)