Mengajarkan Anak Melakukan Tugas Rumah
Pekerjaan rumah tangga bukan hanya perlu dilakukan orangtua, anak-anak juga bisa ikut berperan. Membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga mengajarkan anak tentang tanggung jawab terhadap keluarga dan lingkungan sosial.
Melakukan tugas rumah memberikan rasa pencapaian dan kebanggaan, serta membantu anak mempelajari keterampilan praktik. Berkontribusi pada tugas rumah tangga juga membantu anak merasa penting, menjadi seperti bagian dari sebuah tim.
Tetapi meminta anak melakukan tugas rumah kadang menjadi masalah tersendiri bagi sebagian keluarga. Mungkin Anda pernah berteriak pada si kecil, “Kak, kenapa belum juga membersihkan kamar?” sementara anak Anda dengan asyiknya duduk di sofa sambil menonton televisi seraya menjawab, “Iya nanti aja, Bunda.”
Biasanya alasan anak tidak menyukai tugas rumah menjadi alasan yang sama yang membuat orang dewasa juga tidak menyukainya, yaitu tugas rumah biasanya membosankan. Realistis saja, bermain video games memang jauh lebih menyenangkan daripada membersihkan peralatan dapur, bukan? Tapi itu tidak berarti anak tidak perlu melakukan tugas rumah.
Alasan lainnya adalah anak merasa terenggut dari hal yang mereka sukai untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan atau tidak menantang. Anda akan melihat mereka kurang tertarik atau malas-malasan saat mengerjakan tugas rumah.
Perlu dipahami bahwa anak tidak memiliki struktur nilai yang sama seperti orang dewasa. Kebanyakan orangtua merasa sudah menjadi kewajiban anak untuk melakukan tugas rumah, untuk berbagi tugas dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Mungkin beberapa anak bisa memahami kalau mereka harus melakukan tugas rumah karena mereka adalah bagian dari keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Tapi mereka masih sulit untuk menghubungkan konsep ini dalam bentuk tindakan.
Di awal masa prasekolah, nilai sesungguhnya bukanlah untuk membuat semua tugas rapi dikerjakan. Tujuan yang lebih mendasar adalah menanamkan kebiasaan untuk membantu. Anak usia 2, 3, dan 4 tahun senang sekali membantu. Memanfaatkan dorongan natural ini membuat lebih mudah untuk mulai melakukan pekerjaan rumah. Seiring pertumbuhan si kecil, ia bisa mengatasi tugas yang lebih kompleks dan mulai melakukan beberapa hal secara mandiri.
Beberapa hal yang perlu Anda ingat, Bunda:
Jangan berharap terlalu banyak. Meminta si kecil mengerjakan tugas rumah berarti ia membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukannya dibanding Anda. Ingat, Anda sedang menanamkan dasar untuk kontribusinya. Semua tugas rumah tangga memiliki garis pembelajaran tersendiri dan anak prasekolah memiliki rentang perhatian yang pendek. Jangan berharap anak Anda bisa melakukan semua tugas setiap hari tanpa perlu diingatkan atau ia melakukannya dengan sangat baik saat pertama kali diminta.
Berikan instruksi yang sangat spesifik. Kalimat seperti, “Kak, bersihkan kamarmu!” menjadi terlalu luas dan membingungkan bagi anak prasekolah. Katakan sesuai apa yang Anda ingin ia lakukan, misalnya, “Letakkan pakaian kotor di dalam keranjang.” Tunjukkan bagaimana melakukannya sebanyak beberapa kali di saat pertama Anda memintanya.
Jangan remehkan anak Anda. Orangtua sering kali meremehkan apa yang anak mereka bisa lakukan. Ketika anak tumbuh besar, orangtua terjebak melakukan semuanya untuk anak padahal si anak sudah mampu melakukannya secara mandiri, seperti mengambil minum sendiri atau merapikan tempat tidur.
Bangun dasar tanggung jawab personal. Menggosok gigi, menggunakan toilet mini, mencuci tangan, dan memakai baju sendiri adalah tugas pertama pada kebanyakan anak. Kebanyakan orangtua tidak berpikir dua kali dalam memberikan tugas personal ini. Tugas rumah tangga juga dibutuhkan untuk mengajarkan tanggung jawab sosial.
Jangan beri imbalan untuk tugas yang dikerjakan. Kebanyakan anak prasekolah masih terlalu kecil untuk memahami nilai uang. Banyak ahli keuangan tidak menyetujui pemberian imbalan uang untuk melakukan tugas rumah. Alasan terbaik memberikan uang saku pada anak adalah untuk mengajarkan konsep seperti menabung atau membuat keputusan keuangan. Memberi imbalan uang bisa mengalahkan tujuan pemberian tugas yang jauh lebih tinggi, yaitu untuk mengajarkan nilai berkontribusi pada keluarga dan mengembangkan rasa bangga terhadap tugas yang telah dikerjakan dengan baik.
Berikan tugas yang sesuai dengan umur anak. Jika tugas terlalu sulit untuk dilakukan, anak Anda akan frustrasi dan tidak ingin melakukannya. Juga jangan menugaskan pekerjaan yang bisa membahayakan, seperti mencuci pisau yang tajam atau membawa beberapa gelas kaca ke tempat cuci piring.
Di usia 2 tahun, anak Anda seharusnya mampu:
Menata serbet di atas meja
Meletakkan baju kotor di keranjang
Membuang popok kotor ke tempat sampah
Merapikan mainan setelah digunakan
Di usia 3 tahun, anak Anda sudah mampu:
Menyiram tanaman
Memisahkan kaos kaki berdasarkan warna atau memasangkannya
Membersihkan tumpahan makanannya
Memberi makan hewan peliharaan
Membantu mencuci mobil
Menyiapkan cemilan sendiri
Memindahkan piring kotor bekas pakai ke dapur
Di usia 4 tahun, anak Anda sudah bisa:
Melipat handuk
Menyapu menggunakan sapu ukuran kecil
Menata garpu, sendok, dan serbet di atas meja
Merapikan tempat tidur
Membersihkan debu
Memindahkan handuk basah dari lantai
Membantu menyiapkan makanan
Menuang susu
Bersikap netral dalam hal gender. Anak laki-laki bukan berarti tidak boleh melakukan tugas rumah tangga di dapur. Anda juga bisa memberi tugas yang dilakukan di luar rumah pada anak perempuan.
Jangan memberi perintah terlalu banyak. Memberikan 3 atau 4 tugas sekaligus bisa membuat anak Anda menjadi bingung. Ia bisa lupa semua yang diperintahkan atau mencampur-aduknya. Berikan instruksi satu per satu.
Lakukan dengan cara yang menyenangkan. Tantangan dalam tugas rumah tangga adalah melakukan hal yang sama secara berulang. Akan timbul kebosanan saat rasa senang untuk melakukannya mulai menyurut. Anda bisa membuat tugas rumah jadi menyenangkan bagi anak prasekolah dengan mencampur beberapa tugas dari waktu ke waktu.
Meski ia terlalu kecil untuk bisa membaca, Anda dapat membuat tabel tugas rumah dengan ilustrasi yang menggambarkan apa yang perlu ia kerjakan. Atau manfaatkan kekuatan lagu, Anda bisa nyanyikan lagu “Bangun Tidur” atau mengarang lagu sendiri tentang memasukkan mainan ke dalam kotak serta melipat pakaian.
Jangan segera memperbaiki tugas yang baru saja dikerjakannya. Biarkan saja jika serbet masih terlihat kurang tertata rapi di atas meja atau seprei terpasang tidak rata. Tunjukkan pada anak cara melakukan tugas dan biarkan ia mengerjakan dengan caranya sendiri. Memperbaiki apa yang telah ia kerjakan bisa menurunkan rasa kebanggaannya dan membuat ia mengurangi keinginannya untuk membantu.
Berikan pujian untuk tugas yang cukup baik dikerjakan. Penguatan positif sangat baik bagi anak prasekolah. Bersikaplah menyemangati dan tidak kritis saat ia melakuan tugasnya. Setelah itu, tunjukkan kalau Anda menghargai apa yang ia lakukan dan bantuannya sangat berarti. Katakan dalam kalimat yang konkret, “Karena Kakak membantu membereskan meja, Bunda jadi bisa masak dan kita bisa makan lebih awal.”
(Ismawati)