Ibupedia

Membesarkan Anak Bilingual

Membesarkan Anak Bilingual
Membesarkan Anak Bilingual

Tahukah Bunda? Keuntungan paling signifikan dari anak yang menggunakan dua bahasa adalah risiko dimensia 4,5 tahun lebih lambat dibanding mereka yang hanya menggunakan satu bahasa. Anak bilingual juga lebih baik dalam multi tasking. Anak yang belajar bicara dalam dua bahasa lebih baik dalam bertukar tugas dibanding anak yang belajar hanya satu bahasa.

Bila Bunda ingin membesarkan anak dengan dua bahasa, ada beberapa hal yang perlu diingat:

  1. Mengajarkan anak dua bahasa tidaklah mudah 

    Anak tidak serta merta bisa mengerti dua bahasa dalam semalam. Ada mitos yang menyebut anak seperti spon ketika menyerap bahasa dan mereka menguasai semua bahasa yang didengar secara teratur, tapi mitos ini sangat tidak benar. Di kondisi yang tepat anak akan secara alami menyerap bahasa yang digunakan dalam keluarga, tapi ini tidak begitu saja terjadi.

  2. Buat perencanaan

    Supaya berhasil saat membesarkan anak bilingual, Anda perlu membuat perencanaan lebih dulu. Seberapa fasih Anda ingin anak nantinya? Bagaimana dengan kemampuan membaca dan menulis? Siapa bicara bahasa apa dan kapan? Diskusikan semua ini dengan keluarga dan sepakati tujuannya.

  3. Konsistensi jadi hal penting

    Ketika perencanaan sudah dibuat, Anda perlu berkomitmen dan tetap konsisten dalam penggunaan bahasa. Anak akan berhasil menjadi bilingual bila orangtua menggunakan kedua bahasa mereka. Tapi risiko anak lebih suka pada bahasa mayoritas jauh lebih besar bila orangtua mudah berganti dari bahasa minor ke bahasa mayor.

  4. Perhatikan waktu paparan bahasa

    Anda perlu memperhatikan seberapa banyak paparan tiap bahasa terhadap anak. Sebagai rekomendasi umum, anak harus terpapar satu bahasa setidaknya 30 persen dari waktu terjaga untuk bisa menguasai dua bahasa secara alami. Tapi ini hanya sebagai panduan, bergantung jenis paparannya, anak mungkin butuh waktu lebih banyak atau lebih sedikit untuk menyerap bahasa.

  5. Investasi waktu dan juga uang

    Anda perlu meluangkan waktu untuk banyak bicara, membaca, dan mencari sumber untuk membantu anak belajar bahasa. Anda bisa manfaatkan momen liburan untuk traveling ke negara lain demi meningkatkan motivasi anak menggunakan bahasa yang sedang dipelajari.

  6. Akan ada orang yang membuat anda ragu

    Tidak semua orang setuju mengajarkan anak berbicara dua bahasa. Akan ada orang yang memberitahu kalau hal ini tidak penting dan tidak akan berhasil. Ada juga orang yang menilai Anda berharap terlalu banyak pada anak, dan Anda membuat anak bingung dengan semua bahasa itu. Abaikan semua orang yang meragukan apa yang Anda lakukan, karena mereka tidak menyadari apa yang mereka katakan.

  7. Jangan dengarkan nasihat buruk

    Akan ada momen di mana seorang profesional memberitahu Anda untuk berhenti berbicara menggunakan bahasa tertentu pada anak. Bila ragu dengan perkembangan bahasa anak, bicaralah pada spesialis yang berpengalaman mengatasi anak bilingual.

  8. Tidak selalu mudah

    Selalu muncul tantangan ketika membesarkan anak bilingual selain orang yang membuat Anda ragu. Ketika menemukan kesulitan, minta saran dan bantuan pada orang yang tepat.

  9. Anak merespon dengan bahasa yang salah

    Ini biasa terjadi pada bahasa minoritas. Anda merasa telah melakukan semuanya dengan benar dan tetap konsisten. Tapi anak masih tidak merespon dengan bahasa yang Anda gunakan. Anda merasa kecewa ketika ini terjadi tapi jangan menyerah, terus konsisten dan tingkatkan paparan anak terhadap bahasa ini bila memungkinkan.

  10. Anda tak akan menyesalinya

    Anda tidak akan menyesal dengan keputusan untuk mengajarkan dua bahasa pada anak. Sebaliknya, beberapa orangtua merasa menyesal tidak mengajarkan bahasa mereka pada anak, belum lagi banyak orang dewasa merasa kecewa mereka tidak diajarkan bahasa ayah atau ibu mereka ketika masih kecil.

Manfaat belajar dua bahasa

Menguasai dua bahasa membuat anak berpikiran lebih terbuka dan sensitif pada orang lain. Dengan menjadi bilingual, anak memiliki kesadaran tentang sudut pandang orang lain. Sejak usia dini anak menyadari kalau orang memiliki perspektif yang berbeda.

Penelitian lain menyatakan anak bilingual memiliki kemampuan mendengar lebih kuat. Pada lingkungan yang bising, anak bilingual lebih baik dalam mendeteksi suara yang berbeda. Dibanding anak yang menggunakan satu bahasa, anak bilingual memiliki fokus perhatian lebih besar, resisten terhadap distraksi, dan responsif. Tumbuh sebagai anak bilingual juga berarti memahami dua budaya yang berbeda, manfaatnya, anak memiliki jaringan sosial lebih luas dan menyadari adanya perbedaan budaya.

Manfaat lingkungan bilingual

Bunda, ada beberapa manfaat lingkungan bilingual bagi anak:

  • Anak yang dibesarkan dengan lebih dari satu bahasa bisa menguasai kedua bahasa seperti anak yang dibesarkan dengan satu bahasa.

  • Anak dalam lingkungan multi bahasa memiliki perasaan bahasa lebih besar dan memahami bahasa sebagai alat untuk tujuan komunikasi.

  • Anak yang dibesarkan di lingkungan bilingual memiliki fasilitas lebih besar untuk lancar menyerap bahasa asing di masa yang akan datang.

  • Anak yang menikmati pendidikan multi bahasa bisa mentransfer pengetahuan satu bahasa ke bahasa lain. Transfer pengetahuan ini memberi pemahaman lebih besar dalam struktur bahasa dan juga meningkatkan kosa-kata.

Di sisi lain ada juga beberapa poin yang dinilai sebagai efek negatif dari lingkungan bilingual:

  • Anak yang dibesarkan di lingkungan bilingual memiliki risiko tidak menguasai kedua bahasa, dan kesulitan menyelesaikan pendidikan formal.

  • Anak yang berada di lingkungan bilingual memiliki risiko terisolasi oleh lingkungan atau diolok-olok oleh teman sebaya ketika berbicara dalam bahasa asing. Olok-olok ini bisa memberi efek kemunduran pada rasa percaya diri anak.

  • Kesukaran bicara pada anak, baik karena kondisi fisik atau kesulitan dalam pelafalan bahasa.

Mitos tentang membesarkan anak bilingual

Mitos tentang membesarkan anak dengan lebih dari satu bahasa sering kita dengar. Kadang ini membuat orangtua merasa takut mengajarkan anak lebih dari satu bahasa. Mereka diberitahu kalau mengajarkan lebih dari satu bahasa bisa memicu kebingungan dan keterlambatan bicara pada anak. Berikut ini mitos paling umum tentang membesarkan anak bilingual serta penjelasannya:

  1. Tumbuh dengan lebih dari satu bahasa membuat anak bingung

    Ini menjadi pemahaman yang paling keliru tentang membesarkan anak bilingual. Beberapa orangtua mengira bila anak diajarkan dua bahasa di waktu bersamaan, ia menjadi bingung dan tidak bisa membedakan keduanya.

    Menurut Barbara Zurer Pearson, penulis Raising a Bilingual Child, sejak beberapa hari setelah lahir, semua bayi bisa membedakan banyak bahasa. Ini terutama ketika dua bahasa sangat berbeda, seperti Bahasa Perancis dan Bahasa Arab. Di usia semuda itu, bayi umumnya masih punya kesulitan membedakan dua bahasa yang mirip seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda. Tapi di usia 6 bulan mereka bisa membedakannya.

    Mitos yang menyatakan anak akan merasa kebingungan mungkin akibat penelitian yang didesain kurang baik dan mengambil kesimpulan kalau belajar dini dua bahasa bisa berdampak merugikan bagi anak.

  2. Membesarkan anak bilingual memicu keterlambatan bicara

    Beberapa anak yang dibesarkan secara bilingual butuh waktu sedikit lebih lama untuk mulai berbicara dibanding mereka yang dibesarkan di lingkungan satu bahasa. Keterlambatan ini bersifat sementara, tapi menurut para ahli ini tidak jadi aturan umum.

    Sayangnya, orangtua yang khawatir tentang perkembangan bicara anak bilingual sering diminta untuk tetap menggunakan satu bahasa. Ini terjadi karena di masa lalu, bilingualisme dianggap penyebab masalah dalam perkembangan bahasa anak.

    Penelitian mengindikasikan kalau bilingualisme tidak menyebabkan keterlambatan pada bicara atau pemerolehan bahasa. Meski bila anak Anda telah didiagnosa dengan beberapa keterlambatan bicara, membesarkan anak bilingual tidak akan membuat bicaranya lebih terlambat.

    Penelitian telah menemukan kalau anak dengan keterlambatan bahasa di lingkungan dua bahasa memperoleh bahasa di tingkat yang sama seperti mereka yang ada di lingkungan satu bahasa.

  3. Anak bilingual akan mencampur dua bahasa

    Mencampur dua bahasa tidak bisa dihindari dan tidak berbahaya. Tapi untuk beberapa keluarga yang menggunakan dua bahasa, ini jadi bukti kalau anak tidak bisa membedakan kedua bahasa.

    Kebanyakan anak yang dibesarkan secara bilingual cenderung mencampur bahasa ketika kekurangan kosa-kata kedua bahasa. Selain itu, salah satu bahasa sering punya pengaruh lebih kuat pada anak dibanding bahasa yang lain. Anak yang punya kosa-kata lebih sedikit di bahasa minoritas bisa menarik kata dari bahasa mayoritas ketika dibutuhkan.

    Para ahli sepakat mencampur bahasa hanya bersifat sementara. Perlahan, kondisi ini akan hilang ketika kosa-kata anak berkembang di kedua bahasa dan ia menjadi lebih terekspos pada tiap bahasa.

    Sebenarnya pembicara dua bahasa di semua usia mencampur bahasa (yang dikenal dengan istilah code switching). Kadang orang melakukan ini karena tidak tahu kata yang dibutuhkan di bahasa yang sedang digunakan. Beberapa orang mencampur bahasa dengan sengaja karena mereka lebih suka kata atau frase di bahasa lain.

    Anak meniru apa yang mereka lihat dan dengar, jadi bila anak tinggal di lingkungan yang mencampur bahasa dianggap hal yang biasa, berharap ia tidak melakukannya sangatlah tidak realistis.

  4. Sudah terlambat untuk menjadikan anak bilingual

    Tidak ada kata terlambat atau terlalu dini untuk memperkenalkan anak pada bahasa kedua. Belajar bahasa kedua lebih mudah untuk anak di bawah 10 tahun, dan lebih mudah untuk anak di bawah 5 tahun, dibandingkan dengan usaha yang dibutuhkan oleh orang dewasa.

    Waktu yang optimal, menurut para ahli, mulai dari usia 3 tahun, tepat ketika anak belajar bahasa pertamanya, dan pikirannya masih terbuka dan fleksibel. Waktu tebaik berikutnya untuk belajar bahasa kedua ketika anak antara usia 4 hingga 7 tahun, karena mereka masih bisa memproses banyak bahasa di jalur paralel. Dengan kata lain, mereka membangun sistem bahasa kedua seiring bahasa pertama dan belajar berbicara kedua bahasa seperti penutur asli.

    Bila usia anak lebih dari 7 tahun dan Anda ingin menjadikannya bilingual, masih belum terlalu terlambat. Waktu terbaik ketiga untuk belajar bahasa kedua adalah dari usia 8 tahun hingga puber. Setelah puber, penelitian menunjukkan, bahasa baru tersimpan di area otak berbeda, jadi anak harus menerjemahkan atau menuju bahasa utama sebagai jalan ke bahasa yang baru.

    Memang benar akan lebih mudah bila memulai lebih awal, tapi orang bisa belajar bahasa kedua bahkan setelah dewasa.

  5. Anak seperti spon, dan menjadi bilingual tanpa perlu usaha 

    Meski lebih mudah bagi anak untuk belajar bahasa baru ketika lebih awal diperkenalkan, tapi ini tidak terjadi begitu saja. Tidak realistis bila berharap anak menguasai Bahasa Spanyol dengan hanya menonton banyak episode Dora The Exporer di televisi.

    Memperkenalkan bahasa kedua ke anak butuh struktur dan konsistensi, baik dalam percakapan sehari-hari atau instruksi formal. Yang terpenting memperkenalkan bahasa dalam cara yang bermakna dan menarik yang terhubung dengan kehidupan nyata.

Teknik mengajarkan dua bahasa ke anak

Sejumlah manfaat kognitif, akademik, dan sosial dari mempelajari bahasa asing telah mendorong para orangtua untuk mencari tips tentang bagaimana membesarkan anak bilingual. Meski ini tidak sesimpel menonton kartun Dora the Explorer dan berharap kosa-kata menempel di otak anak, memang benar anak akan lebih mudah mempelajarinya. Untuk memanfaatkan waktu yang tepat ini, orangtua harus berusaha membantu anak mempelajari bahasa yang ingin dikuasai. Tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua keluarga dan situasi tiap keluarga pasti berbeda, jadi berikut ini beberapa cara untuk membesarkan anak bilingual:

  1. Sistem satu orangtua, satu bahasa

    Anak dengan sendirinya memilih yang paling mudah, seperti air yang mengalir alami ke jalan yang sedikit hambatannya. Dibutuhkan sistem untuk mempermudah anak memahami bahasa mana yang dibutuhkan untuk mendapat apa yang ia inginkan. Salah-satu sistem yang bisa digunakan orangtua dalam membesarkan anak bilingual adalah satu orangtua, satu bahasa.

    Ini mungkin sistem yang paling populer saat ini, setidaknya pada orangtua yang memilih membesarkan anak bilingual berdasarkan keputusan akademis. Sistem satu orangtua satu bahasa berarati satu orangtua anak berbicara satu bahasa dan orangtua lain berbicara bahasa yang berbeda.

    Orangtua di konteks ini tidak mesti orangtua kandung, bisa suami dan istri yang bicara bahasa mayoritas yang tinggal bersama kakek-nenek yang bicara bahasa minoritas, selama anak berinteraksi dengan kakek-nenek seperti dengan kedua orangtuanya. Manfaat besar dari sistem ini adalah terjadi secara alami di rumah. Tak ada jadwal rencana untuk bicara. Bagi anak, lingkungan ini membuatnya mempelajari kedua bahasa sebagai hal yang penting.

    Tapi cara ini tidak maksimal hasilnya bila anak tidak sama paparannya pada bahasa yang berbeda. Misalnya bagi anak yang tinggal bersama ibu yang tidak bekerja dan ayah yang bekerja lama di luar rumah, anak kurang berlatih bahasa yang digunakan ayah. Ini masih bisa berhasil bila ayah bicara bahasa mayoritas, karena anak masih terpapar bahasa ini di tempat umum dan sekolah, tapi hasilnya akan lambat bila ayah adalah satu-satunya paparan anak pada bahasa minoritas.

  2. Bahasa minoritas di rumah

    Pilihan lain adalah teknik “Minority Language at Home” atau ML@H (bahasa minoritas di rumah). Ini bisa berhasil ketika kedua orangtua nyaman dengan gabungan dua atau lebih bahasa asli. Misalnya, ibu dari Italia membesarkan anak di Sydney bersama suami dari Australia yang juga bicara Bahasa Italia. Pada kasus ini, seluruh keluarga menggunakan Bahasa Italia di rumah tapi Bahasa Inggris ketika di luar rumah.

    Cara ini juga memberi pemahaman yang jelas pada anak, rumah menjadi tempat pertukaran bahasa. Tantangannya, orangtua yang setuju menggunakan bukan bahasa aslinya ketika di rumah (dalam hal ini ayah yang berkebangsaan Australia) bisa merasa tidak berinteraksi secara alami dengan anak seperti ketika menggunakan bahasa ibu.

  3. Program penyerapan bahasa

    Orangtua bisa mencari sekolah bahasa asing di lingkungannya. Orangtua bisa memanfaatkan sekolah ini untuk meningkatkan bahasa minoritas ketika tinggal di luar negeri.

  4. Kelas bahasa

    Untuk orangtua monolingual yang tidak punya kemungkinan untuk pindah ke luar negeri, mencari kesempatan untuk anak berinteraksi dengan bahasa lain jadi cara mudah untuk membuat anak belajar bahasa lain. Meski anak disebut seperti spon, penting untuk diingat meski lebih mudah untuk anak belajar bahasa asing, mereka tetap butuh latihan yang aktif dan bervariasi. Anda bisa daftarkan anak ke kelas bahasa atau menggunakan jasa pengasuh yang bahasa ibunya adalah bahasa target Anda. Lengkapi pengalaman anak dengan menghabiskan waktu bersama teman yang mahir bahasa target dan cari sumber seperti film dan buku dalam bahasa yang ingin dikuasai anak.

(Ismawati)

Follow Ibupedia Instagram