Mengatasi Gagal Tumbuh dengan Memberi Nutrisi Terbaik untuk Anak
Gagal tumbuh adalah suatu kondisi ketika anak tidak dapat memenuhi standar pertumbuhan normal. Contoh gagal tumbuh adalah anak yang terus-terusan ada di bawah kisaran berat badan standar untuk usia mereka. Tidak terlihat pertambahan berat badan sedikit pun. Biasanya, kondisi gagal tumbuh ini dapat segera diketahui, terutama jika Ibu rutin melakukan pemeriksaan sejak Si Kecil masih berada di dalam kandungan.
Lantas, bagaimanakah cara untuk mencegah terjadinya gagal tumbuh? Jika sudah terlanjur terjadi, apa yang harus dilakukan?
Apa itu gagal tumbuh?
Gagal tumbuh atau faltering growth adalah suatu kondisi ketika pertumbuhan anak tidak sesuai dengan standar pertumbuhan yang normal. Perlu diingat, gagal tumbuh bukanlah suatu penyakit atau kelainan, tapi merupakan suatu kondisi saat seorang anak kekurangan gizi. Entah itu mereka tidak mendapat asupan yang cukup atau justru tidak bisa memproses kalori yang masuk.
Standar pertumbuhan seperti apa yang bisa menjadi indikator gagal tumbuh? Ada dua kurva pertumbuhan yang umum digunakan. Pertama, standar dari WHO (World Health Organization) untuk anak di bawah 5 tahun. Kedua, standar dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) yang bisa diterapkan pada anak di atas 5 tahun.
Bagaimana mengetahui anak mengalami gagal tumbuh?
Untuk bisa mengetahui anak gagal tumbuh tentu harus melalui pemeriksaan. Tidak bisa sekadar dari melihat tampilan fisik anak. Misalnya, oh anak ini kurus, berarti gagal tumbuh. Sebab, belum tentu hal tersebut menggambarkan kemampuan fisik anak dalam menyerap nutrisi.
Menurut dr. Reza Fahlevi, Sp.A., gagal tumbuh ditandai dengan pola pertumbuhan anak yang tidak sesuai jalur kurva pertumbuhan. Mendeteksi anak gagal tumbuh pun tidak sekadar melihat kondisi fisiknya dalam satu waktu. Untuk memastikan, dokter perlu melakukan pengamatan.
Misal, berat badan anak turun dalam kurun waktu 1 bulan. Ini tidak bisa langsung dikatakan sebagai gagal tumbuh. Harus diperiksa ulang apakah kondisi tersebut bertahan hingga bulan-bulan selanjutnya. Pemeriksaan pun tidak boleh hanya melihat satu indikator saja, misalnya dari berat badan. Namun juga harus melihat indikator lain seperti tinggi badan atau indeks massa tubuh anak.
Waktu pemeriksaan yang paling signifikan adalah dalam 1.000 hari pertama kehidupan Si Kecil, yaitu dari usia 0-2 tahun. Sebab, itulah masa-masa paling krusial bagi pertumbuhan anak.
Benarkah gagal tumbuh tanda stunting?
Gagal tumbuh adalah kondisi yang bisa menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Pada jangka pendek, gagal tumbuh membuat anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Akibatnya, ia pun mudah terserang penyakit. Selain itu, perkembangan otaknya juga akan terganggu. IQ anak yang gagal tumbuh cenderung lebih rendah dari anak-anak normal.
Sedangkan untuk jangka panjang, dr. Reza menjelaskan bahwa gagal tumbuh bisa menjadi tanda-tanda awal stunting. Gizi yang buruk menyebabkan anak memiliki daya tangkap yang rendah. Akibatnya, masa depan anak pun terganggu. Dikhawatirkan, saat dewasa nanti, kesempatan anak untuk belajar dan mendapatkan pekerjaan menjadi kecil.
dr. Reza juga menambahkan bahwa gagal tumbuh adalah suatu situasi yang unik. Saat terjadi di masa anak-anak, Si Kecil kesulitan menambah berat badannya. Namun sebagai dampak jangka panjangnya, anak justru berpotensi mengalami obesitas di saat dewasa nanti. Padahal obesitas bisa menyebabkan berbagai macam penyakit berbahaya, seperti jantung koroner.
Cara mencegah gagal tumbuh
Gagal tumbuh dapat dicegah, bahkan caranya sederhana. Penyebab terjadinya gagal tumbuh adalah karena anak tidak mendapat nutrisi yang cukup. Jadi, untuk mencegahnya pun masih berhubungan dengan pemberian nutrisi.
Pastikan anak mendapat nutrisi sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Untuk anak usia 0-6 bulan, bisa diberi ASI. Kemudian di usia 6-9 bulan bisa mulai diberikan MPASI, usahakan untuk tidak terlambat, namun jangan terlalu cepat juga. Perhatikan juga proporsinya. Untuk anak berusia 6-9 bulan, proporsi idealnya adalah 70% ASI dan 30% MPASI. Lalu di usia 9-12 bulan, proporsinya adalah 50-50%. Nah, di usia 12 bulan ke atas, proporsinya berbalik menjadi 30% ASI dan 70% MPASI.
Pemberian nutrisi juga bukan hanya masalah kuantitas, tapi juga kualitas. Komposisi nutrisi yang diberikan harus seimbang. Makanan yang dikonsumsi Si Kecil sebisa mungkin mengandung makronutrien seperti karbohidrat dan mikronutrien seperti vitamin-mineral. Terakhir, jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. Untuk usia 0-2 tahun, pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap bulan agar gangguan bisa segera dideteksi dan dicari penyebabnya. Jadi, jangan lupa rutin periksa ke dokter anak ya, Bu!
Mengatasi anak gagal tumbuh
Lalu, apa yang harus dilakukan jika anak terlanjur gagal tumbuh? Langkah awal yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui penyebab anak gagal tumbuh. Setelah diketahui penyebabnya, barulah dicari solusi. Misalnya, Si Kecil ternyata gagal tumbuh karena menderita infeksi. Maka, infeksi tersebut harus disembuhkan terlebih dulu. Akan percuma jika langsung memberikan nutrisi penunjang, tanpa mengobati penyebab gagal tumbuh.
Barulah setelah itu anak diberi nutrisi untuk mengembalikan pertumbuhannya. Biasanya, dokter akan menyarankan 2 pendekatan. Pertama, melalui pemberian makanan bernutrisi dan kedua, melalui pemberian susu tinggi kalori. Namun jika anak tidak mengalami kesulitan makan, disarankan untuk memberi makanan bernutrisi.
Bisa disimpulkan bahwa sebenarnya gagal tumbuh bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari sesuatu yang lebih serius, seperti stunting. Selain karena kurangnya asupan nutrisi sehat, gagal tumbuh juga bisa terjadi karena terdapat gangguan pada fisik anak. Oleh karenanya, untuk bisa mengatasi gagal tumbuh, harus diketahui penyebab pastinya terlebih dulu.