Ibupedia

Mengenal Terapi Makan, Jawaban Untuk Masalah Makan Anak

Mengenal Terapi Makan, Jawaban Untuk Masalah Makan Anak
Mengenal Terapi Makan, Jawaban Untuk Masalah Makan Anak

Bila Ibu tengah menghadapi anak susah makan dalam waktu yang cukup lama, bisa jadi anak memerlukan terapi makan. Anak yang menolak makan dan berat badannya tidak naik optima data berarti adanya silent disease seperti ISK, tuberculosis atau anemia. 

Tetapi jika disertai masalah ketika mengunyah atau menelan makanan, anak kemungkinan besar sedang mengalami masalah serius. Sebuah solusi dapat ditawarkan dalam kondisi seperti ini, yaitu terapi makan.

Apa Itu Terapi Makan?


Terapi makan adalah terapi yang dilakukan secara khusus oleh seorang terapis ahli kepada anak yang mengalami berbagai macam masalah makan. Terapis yang menangani terapi makan tidak hanya mengajari anak makan.

Dalam terapi makan, mereka akan fokus pada skill mengunyah anak dan evaluasi terhadap gerakan lidah. Begitu yang dijelaskan dalam laman Intermountain Healthcare. Bahkan, organisasi CHOC juga menegaskan bahwa terapi makan ini juga melibatkan pendekatan terhadapa anak dan orang tua. Jadi terapis bekerja sama dengan orang tua untuk mencapai kesembuhan anak dalam masalah makannya.

Siapa yang menyangka, kalau ternyata masalah makan ini tidak selalu terjadi saat anak mulai makan makanan padat. Ada juga anak yang mengalami masalah makan sejak kurang dari 6 bulan, saat mereka hanya mengonsumsi ASI atau susu formula.

 Dengan terapi makan, bayi yang kesulitan menyusu, kesulitan minum dari botol, serta anak yang mengalami masalah saat mengunyah dan menelan makanan akan menemukan solusi dan makan dengan normal kembali.

Tanda Anak Butuh Terapi Makan


Makan seharusnya jadi sarana yang menyenangkan untuk membangun bonding antara orang tua dan anak. Pada anak dengan masalah makan, makan akan menjadi waktu paling stress yang pernah ia alami. Berikut tanda-tanda lain yang ditunjukkan anak dengan masalah makan.

  1. Kesulitan mengunyah dan menelan makanan bahkan yang berbentuk potongan kecil.
  2. Sering menolak makanan yang sudah hampir ditelan, atau menolak menelan tekstur makanan tertentu.
  3. Kesulitan berubah tekstur makanan. Misalnya, di usia 10 bulan masih kesulitan mengunyah dan menelan bubur kasar.
  4. Sangat sensitif terhadap beberapa jenis rasa, tekstur, dan aroma makanan. Seringkali timbul refleks mengeluarkan makanan seperti tersedak.
  5. Kesulitan untuk memindahkan makanan dengan lidah, mengunyah dan ketika akan menelan.

  1. Jadi lebih rewel, karena sebenarnya lapar tapi sulit makan;
  2. Trauma saat proses makan;
  3. Sering terbatuk saat makan;
  4. Menolak makanan yang baru pertama kali dilihat;
  5. Waktu makan sangat lama, bisa lebih dari 30 menit; dan
  6. Kesulitan bernafas dan mengatur nafasnya ketika makan atau minum.

Hal-hal inilah yang menandakan bahwa masalah makan yang dialami anak bukan sekedar anak GTM biasa seperti pada umumnya. Menjadi super picky eater terhadap makanan tertentu serta diiringi dengan kesulitan menempatkan makanan dalam mulut menjadi poin penting untuk mengidentifikasi bahwa anak butuh terapi makan.

Hal Yang Biasanya Diajarkan Dalam Sesi Terapi Makan


Sebenarnya setiap anak berbeda cara penangannnya. Karena disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tetapi, yang paling sering dilakukan adala terapi berikut ini:

1. Skill Oral

Terapis akan melakukan sesi terapi untuk menguatkan otot rahang dan oral si kecil. Terapi ini juga berfungsi mengordinasikan sistem oral anak untuk mengunyah, mengisap, menueruput, hingga menelan.

2. Orientasi Terhadap Makanan

Pada sesi ini, terapis akan membiasakan anak dengan berbagai macam jenis, tekstur, dan rasa makanan. Selain itu, pembiasaan ini juga akan mengurangi trauma makan pada anak.

3. Mengembangkan Pengalaman Makan yang Menyenangkan

Karena makan menjadi hal yang traumatis bagi anak, maka meltih pengalaman makannya menjadi hal yang menyenangkan penting dilakukan. Terapis akan bekerja sama dengan orang tua atau pengasuh agar kmetika terapi makan sudah selesai dilakukan, anak bisa makan dengan bahagia seperti biasa bersama orang tua atau pengasuhnya.

Nantinya, orang tua atau pengasuh akan dibekali teknik dan strategi untuk melanjutkan terapi makan sendiri tanpa terapis. Durasi lamanya terapi makan ini bergantung pada kondisi anak. Tidak bisa disama ratakan karena penangannya mungkin berbeda.

Cara Minim Stres Saat Anak Makan


Orang tua bisa melakukan beberapa cara ini di rumah untuk membuat waktu makan menjadi menyenangkan:

1. Percaya dirilah terlebih dahulu. Pikirkan hal-hal positif dan bangun mood yang menyenangkan.

2. Tawarkan berbagai jenis makanan yang penuh warna, aneka tekstur, dan kreasikan dengan bentuk yang menarik perhatian anak.

3. Makanlah bersama anak, sebagai role model-nya. Makanlah makanan yang mungkin ditolak anak dan tunjukkan betapa Ayah dan Ibu juga menikmatinya.

4. Biasakan makan di jam yang sama. Rutinitas akan membiasakan anak dengan waktu makannya.

5. Hindari memaksa anak. Bila ia tidak suka duduk di kursi makan, tawarkan alternative lain seperti duduk di lantai atau dipangku.

6. Jika anak menolak di satu waktu makan, bersabarlah. Keluarkan ekspresi dan bahasa tubuh yang tetap positif, sehingga anak tidak semakin menciut. Tawarkan beberapa saat kemudian. Jika menolak kembali, tawarkan di sesi makan berikutnya.

Proses dalam terapi makan tidak bisa instan. Dibutuhkan kesabaran dan kerjasama orang tua agar anak dapat makan dengan baik dan menganggap makan adalah hal yang menyenangkan.

Editor: Dwi Ratih

Follow Ibupedia Instagram