Balita

Mengenalkan Emosi pada Anak: Kunci untuk Anak Bahagia

Mengenalkan Emosi pada Anak: Kunci untuk Anak Bahagia

Tahu kah Parents kalau ada banyak manfaat saat kita membantu anak-anak untuk menamai emosi mereka? Sesederhana menjelaskan “Mama lihat adik merasa sedih ya karena harus pulang dan tidak bisa bermain bersama teman lagi.” Buat kita, itu mungkin terlihat simple, tapi membantu anak mengenali perasaan yang mereka rasakan dan memberi nama pada perasaan tersebut itu penting agar ia bisa belajar untuk merespon perasaan tersebut.

Sebagai orang dewasa saja, kita kadang merasa kewalahan jika sedang merasakan “big emotions”, tak hanya saat kita marah, tapi juga saat kita bahagia. Yup, perasaan-perasaan yang kita rasakan bisa terasa sangat kuat dan kadang-kadang juga bisa bikin kita tidak tahu harus gimana.

Bayangkan, hal seperti ini juga dirasakan oleh si kecil lho. Anak-anak juga merasakan emosi yang kompleks seperti kita; marah, frustrasi, bersemangat, bahagia, dan masih banyak lagi. Nah, anak-anak tidak dilahirkan dengan kemampuan untuk memberi nama pada perasaan mereka.

Itulah kenapa kita sering memahami apa yang sedang mereka rasakan lewat ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan perilaku mereka, bukan dari penjelasan melalui mulut kecil mereka. Kita perlu membantu anak untuk mengekspresikan emosinya dengan baik melalui kosakata dan juga membantu mereka paham bagaimana perasaan itu bisa terasa di tubuh mereka.

Ini bisa dimulai dari saat bayi lahir. Ketika bayi, si kecil sudah bisa mengekspresikan emosi mereka. Cara kita merespons emosi-emosi inilah yang akan menjadi langkah awal anak mengenali, mengekspresikan, dan meregulasi emosinya sendiri kelak.

Misalnya, saat ada bunyi balon meletus yang sangat keras, si kecil mungkin meresponnya dengan menangis karena bagi mereka suara letusan balon itu terasa mengagetkan dan menakutkan. Ibu bisa menenangkan si kecil, menggendongnya, dan bicara padanya dengan lembut “Pasti adik kaget ya? Suara balon meletusnya tadi keras sekali, ya?” Ini bisa jadi interaksi awal yang penting untuk memberi nama pada perasaan dan membantu meregulasi emosi si kecil.

Apa pentingnya mengenalkan emosi ke anak? 

Ibu mungkin bertanya-tanya, memangnya kenapa sih anak harus mengenali perasaan mereka? Apa manfaatnya buat mereka? Ternyata, anak-anak yang mampu mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat akan merasakan dampak positif di kemudian hari. 

Anak-anak ini cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih empatik dan peduli, berprestasi lebih baik di sekolah atau tempat kerjanya, menjalin hubungan positif dengan orang-orang sekitarnya, berisiko kecil mengalami masalah perilaku, lebih tangguh, memiliki self-image yang positif dan lebih percaya diri.

Orang tua yang selalu memvalidasi emosi anak, juga akan membuat anak-anak lebih nyaman mengekspresikan perasaan mereka. Secara otomatis, kesehatan mental dan fisik mereka juga akan meningkat lho. Ini karena mengekspresikan diri bisa mengurangi kecemasan. Tidak jarang juga kalau perasaan sering dipendam bisa memicu gejala fisik seperti sakit kepala. Jadi saat pikiran anak bahagia, tubuhnya pun juga lebih sehat!

Terus, gimana caranya mengajarkan anak mengenali emosi yang mereka rasakan?

Jika si kecil Kita bisa memulainya dengan membiasakan diri untuk mengekspresikan emosi kita sendiri, menamai emosi yang kita rasakan, dan bicarakan hal ini dengan si kecil. Ibu bisa beri tahu anak saat sedang merasa senang, atau sedang mengalami hari yang sulit. Ini akan menunjukkan ke si kecil kalau semua orang punya perasaan dan mengungkapkan perasaan adalah suatu hal yang sangat normal dan wajar. 

Ibu juga bisa lho menceritakan tentang gimana ekspresi wajah Ibu, bagaimana kepala, hati, dan tubuh Ibu terasa saat sedang merasakan emosi tertentu. Contohnya “Mama senang sekali hari ini tidak hujan jadi kita bisa main di taman. Ini bikin mama ingin senyum terus, hati mama rasanya excited sekali seperti ada letupan kembang api.”

Anak-anak selalu memperhatikan dan mendengarkan, mereka juga akan mencontoh orang tuanya. Jadi lakukanlah sesuai dengan apa yang Ibu ingin mereka lakukan ya.

Selain menjadi role model untuk si kecil, Ibumin juga terbantu dengan membaca buku “50 Aktivitas Mengasah Emosi Anak” karya Kusumastuti. Melalui buku ini, Ibumin jadi makin mengerti cara membantu anak meregulasi emosinya, serta makin paham bagaimana cara membuat anak mengenali emosinya lewat beragam aktivitas. Penasaran? Simak yuk ulasan lengkapnya!

50 Aktivitas Mengasah Emosi Anak, Buku Panduan Lengkap dan Praktis Bagi Orangtua

Untuk Buibu yang saat ini sedang meraba-raba dan bingung bagaimana cara mengenalkan emosi ke anak, sekarang tak perlu merasa resah lagi. Buku karya Kusumastuti ini menurut Ibumin bisa menjadi bekal andalan untuk mengasah emosi anak. 

 

Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), buku ini dikemas dengan sangat menarik. Setiap halamannya penuh warna dengan ilustrasi yang memanjakan mata, membuatnya sangat menyenangkan untuk dibaca. 

Buku ini membahas banyak hal tentang emosi anak dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Mulai dari penjelasan soal emosi, cara meregulasi emosi balita, hingga memahami apa yang terjadi saat anak berusia 2 tahun. Ada juga pembahasan tentang warna dan emosi, emosi yang tidak seimbang, dan tentunya 50 aktivitas yang bisa dilakukan untuk mengasah emosi balita.

Nah, ide 50 aktivitas untuk mengasah emosi balita ini yang jadi highlight dari buku ini. Ide aktivitas-aktivitas yang disajikan sangat praktis dan banyak pilihannya, sehingga bisa dilakukan mulai dari bayi baru lahir sampai anak usia balita. Setiap aktivitas dirancang dengan cermat untuk membantu anak mengenali dan mengelola emosinya dengan cara yang menyenangkan dan edukatif.

Misalnya, ada aktivitas yang melibatkan permainan sederhana untuk membantu anak memahami rasa marah atau kesedihan dengan lebih baik. Ada juga kegiatan kreatif seperti melukis atau bermain peran yang memungkinkan anak mengeksplorasi berbagai emosi dengan cara yang aman dan terarah.

Selain itu, aktivitas-aktivitas ini juga bisa dilakukan bersama-sama dengan orangtua, sehingga mempererat ikatan emosional antara orangtua dan anak. Dengan melakukan aktivitas-aktivitas ini secara rutin, anak-anak akan belajar untuk lebih peka terhadap perasaan mereka sendiri dan juga perasaan orang lain. Ini tidak hanya membantu mereka dalam jangka pendek, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan emosional yang berguna seumur hidup. 

Selain itu, buku ini juga memberikan bonus poster emotion wheel yang bisa membantu anak menamai emosinya. Poster ini sangat berguna untuk mengenalkan berbagai macam emosi kepada anak, sehingga mereka bisa lebih mudah mengenali dan mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Dengan poster ini, anak-anak dapat belajar bahwa perasaan mereka adalah bagian normal dari kehidupan sehari-hari, dan mereka bisa mulai mempelajari cara-cara untuk mengelola emosi tersebut dengan lebih baik.

Ada juga bonus tabel jurnal yang dirancang untuk melacak emosi anak sehari-hari. Tabel ini sangat membantu orangtua untuk memantau perkembangan emosional anak mereka, melihat pola-pola tertentu, dan mengidentifikasi emosi mana yang mungkin memerlukan perhatian lebih. Melalui jurnal ini, orangtua dapat melihat bagaimana perasaan anak berubah dari hari ke hari dan bagaimana berbagai aktivitas atau kejadian mempengaruhi emosi mereka.

Ini sangat berguna untuk orangtua yang ingin lebih memahami perasaan anak mereka dan membantu mereka mengelola emosinya dengan lebih baik, serta untuk mencari solusi atau pendekatan yang lebih tepat dalam mendukung perkembangan emosional anak.

Buku ini benar-benar menyenangkan, aplikatif, dan informatif. Setiap halaman penuh dengan ilustrasi yang menarik dan instruksi yang mudah diikuti, menjadikannya alat yang hebat bagi orangtua yang ingin mengasah keterampilan emosional anak mereka. Bisa dibeli di toko buku terdekat atau secara online di Gramedia yaa. 

Jadi, kalau Ibu ingin membantu anak mengasah emosinya dengan cara yang menyenangkan dan efektif, buku ini sangat direkomendasikan! Tidak hanya memberikan teori dan pengetahuan dasar tentang emosi, tetapi juga menawarkan berbagai aktivitas praktis yang bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar mengelola emosi mereka sambil bermain dan berinteraksi dengan orangtua, menciptakan momen-momen berharga yang memperkuat ikatan keluarga.


(Atalya)