Ibupedia

Mengenalkan Makanan Solid pada Anak

Mengenalkan Makanan Solid pada Anak
Mengenalkan Makanan Solid pada Anak

Mengubah menu makanan anak dari yang semula ASI atau susu formula menjadi makanan solid adalah transisi penting dalam perkembangan sang buah hati. Apalagi kalau si kecil sudah berusia 6 bulan, maka sudah waktunya ia untuk belajar menelan makanan.

 

Tanda Anak Siap Diberikan MPASI

Lalu, sebenarnya bagaimana ya cara kita kita tahu apakah si kecil sudah siap menyantap makanan solid atau tidak? Ini dia tanda kesiapannya:

  • Si kecil mampu duduk dengan bantuan Bunda.
  • Anak sudah dapat menegakkan kepalanya di posisi yang stabil dan lurus.
  • Tertarik pada makanan yang sedang Bunda makan.
  • Si kecil mulai 'memakan' tangannya sendiri atau mainannya.

Jika tanda tersebut sudah terlihat semua, maka ini sudah saatnya Bunda menambah asupan makanan solid untuk si kecil.

 

Makanan Pertama untuk MPASI

Pertama-tama, Bunda dianjurkan untuk tetap memberikan anak ASI atau susu formula seperti biasa. Baru setelah itu, perlahan-lahan Bunda sisipkan makanan solid di antara menu barunya. Sebagai permulaan, sereal bayi adalah makanan yang tepat.

Bunda cukup mencampurkan satu sendok makan sereal bayi dengan 4 sendok makan (atau sekitar 60 milimeter) ASI atau susu formula. Banyak orang tua yang mencoba menyajikan menu ini terlebih dahulu karena sereal bayi yang dicampur susu akan lebih mudah dicerna anak karena tidak mengental.

Meski begitu, hindari menyajikannya melalui botol ya, Bun. Lebih baik posisikan si kecil agar duduk tegak lalu suapi dia dengan sendok kecil sekali atau dua kali sehari. Nah, kalau dia mulai terbiasa menelan sereal, maka Bunda sudah boleh mengurangi jumlah takaran susu dan mulai menambahkan sereal atau bisa juga diganti dengan oatmeal supaya lebih sehat.

Setelah si kecil terbiasa menelan sereal bayi, Anda bisa mengenalkannya pada daging, sayuran, atau buah-buahan yang dihaluskan ke dalam menu makanan si kecil. Sampai usianya 1 tahun, beri dia makanan yang tidak mengandung gula maupun garam.

Satu menu makanan sebaiknya diberikan secara berturut-turut selama 3 hari sebelum memperkenalkan jenis makanan lainnya. Hal ini penting untuk mengetahui reaksi si kecil terhadap jenis makanan tertentu. Kalau anak Bunda mulai diare, muntah-muntah, atau timbul ruam kemerahan karena suatu jenis makanan, Bunda dapat segera tahu penyebabnya dan membawa si kecil ke dokter terdekat.

Setelah mengetahui makanan apa saja yang aman bagi anak, Bunda kini dapat menyusun menu harian yang terdiri dari makanan solid kombinasi. Misalnya, pisang dicampur dengan strawberry atau ayam rebus dengan tomat segar.

 

Finger Food untuk Anak

Ketika sang buah hati mulai menginjak usia 8 hingga 10 bulan, rata-rata mereka sudah mampu menggenggam makanannya sendiri. Seperti buah potong, sayuran, keju, biskuit bayi, atau sereal kering dalam porsi kecil. Ada baiknya sebelum anak berusia satu tahun, Bunda mulai memberinya makanan 3 kali sehari ditambah makanan ringan.

Tak perlu repot-repot, cukup potong kecil-kecil santapan keluarga yang Anda hidangkan di meja setiap harinya. Usahakan untuk selalu melibatkan si kecil dalam acara makan bersama seluruh keluarganya. Di meja makan, anak akan mengamati bagaimana cara Ayah menggunakan sendok atau bagaimana Bunda menyukai sayuran.

 

Alergi Makanan

Apakah si kecil memiliki alergi terhadap makanan tertentu? Kebanyakan orang tua butuh waktu lama untuk mengetahuinya karena harus melalui serangkaian trial and error. Padahal, alergi makanan tak dapat dianggap remeh lho, Bun.

Banyak usaha telah dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi pada anak. Salah satunya adalah dengan tidak memberikan makanan yang rentan reaksi alergi seperti telur, ikan, dan kacang-kacangan. Aduh, padahal mereka adalah sumber protein yang sangat tinggi!

Daripada bimbang, lebih baik Bunda segera cek alergi si kecil ke dokter anak langganan. Terlebih jika memang ada kerabat dekat Anda yang memiliki alergi terhadap makanan tertentu, bisa jadi anak Anda akan mengalami hal yang sama. Selain itu, jauh lebih baik untuk menyediakan makanan seperti telur dan ikan di rumah saja daripada di restoran. Pasalnya, Bunda dapat menakar dan mengetahui sendiri komposisi makanan yang Anda buat sehingga memudahkan pengamatan jika terjadi reaksi alergi pada si kecil.

 

Jus Buah untuk Anak

Hmm, lalu bagaimana dengan jus buah? Well, jus sebenarnya tidak terlalu penting dalam menambah asupan nutrisi sang buah hati. Memberi terlalu banyak jus malah akan membuat anak Anda kelebihan berat badan atau diare. Apalagi jika Bunda membiarkannya meminum jus sebelum tidur, waduh bisa-bisa gigi si kecil rusak lho, Bun.

Namun kalau Anda masih tetap ingin memberinya jus, lebih baik Bunda menunggu dia hingga berusia 6 bulan atau lebih. Juga selalu pastikan jus tersebut sudah mengalami proses pasturisasi, ringan, serta 100% dari buah asli. Batasi asupan jus 4 hingga 6 ons atau setara dengan 118-177 milimeter per harinya.

Tapi Bunda, menyajikan buah potong itu lebih menyehatkan lho daripada jus. Selain nutrisinya masih lengkap, buah potong juga akan melatih si kecil agar terbiasa dengan makanan solid.

 

Tunda Pemberian Makanan Ini

Sebelum usia satu tahun, jangan berikan anak Anda susu sapi maupun madu. Selain tidak memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, susu sapi dapat beresiko mengurangi zat besi pada tubuh. Bahkan madu yang dikenal kaya manfaat pun dapat menyebabkan penyakit serius seperti botulisme pada bayi.

Untuk menghindari bahaya tersedak pada anak, pastikan Bunda selalu meyajikan makanan yang bertekstur lembut dan telah dipotong-potong hingga kecil agar memudahkan untuk ditelan. Semakin anak Anda terbiasa menelan makanan solid, bukan berarti Bunda boleh memberikan si kecil potongan besar keju, permen, anggur, atau marshmallow. Meskipun terlihat aman, tetap potong kecil-kecil setiap makanan agar anak terhindar dari bahaya tersedak.

Jika Bunda telah memberi si kecil makanan solid sebelum umur 4 bulan, maka hindari bayam, kacang hijau, buah bit, serta wortel yang mengandung komponen berbahaya (nitrites) dari tanah.Berlaku pula jika Bunda memberinya air dari sumur pribadi, sebaiknya Anda selalu mengecek kadar nitrate yang terkandung. Selain itu, jeruk juga dapat menyebabkan ruam pada bayi, jadi ingat untuk senantiasa waspada ya, Bun.

 

Mendisiplinkan Anak Saat Makan

Well, satu hal yang juga sering dikhawatirkan Ibu adalah bagaimana mengatur polah tingkah anak saat tiba waktunya makan. Termasuk bagaimana cara membuat si kecil berhenti bermain-main dengan makanannya. Berikut Ibupedia sajikan tips dan trik agar waktu makan bersama anak menjadi super menyenangkan.

 

1. Tetap duduk di tempat

Awalnya, Bunda mungkin mendudukkan si kecil di booster seat atau bahkan Anda pangku selama proses makan. Tapi sebaiknya, selama anak dapat duduk tanpa bantuan Anda, maka usahakan untuk mendudukkannya di high chair yang luas dan stabil. Jangan lupa untuk memasang sabuk pengaman agar dia tidak jatuh ya, Bun.

 

2. Mengenalkan peralatan makan

Saat Bunda sedang menyuapi anak, berikan ia sendok untuk digenggam agar ia dapat 'berpura-pura' menyendok makanan seperti apa yang Anda lakukan. Ingat, anak adalah imitator handal, sehingga dengan memegang sendok maka kemampuan tangan kanannya akan berkembang. Perlahan, si kecil akan berani untuk menaruh sendoknya ke dalam makanan lalu membawanya ke mulut.

 

3. Biarkan dia bereksplorasi!

Kalau selama makan Anda malah sibuk menepuk tangannya sambil berkata, "Nanti tangannya kotor! Ayo berhenti!" saat si kecil bermain-main dengan makanannya, maka sebaiknya kali ini Bunda membiarkan dia berkesplorasi. Ya, meskipun kotor dan berantakan, namun hal yang bersifat menyenangkan bagi anak justru akan mempercepat dia untuk berkembang. Untuk mengantisipasi lantai kotor karena makanan yang jatuh berceceran, Bunda dapat menaruh koran atau lap di lantai.

Itu dia beberapa tips dan trik untuk mengenalkan makanan solid pada anak sejak dini. Have a nice day, Bunda!

(Yusrina)