Ibupedia

Menyapih Si Kecil dengan Cinta

Menyapih Si Kecil dengan Cinta
Menyapih Si Kecil dengan Cinta

Menyapih si kecil artinya Ibu mulai membiarkan anak berhenti menyusu ASI. Jadi ketika Ibu memutuskan untuk menyapih si kecil, tidak akan ada lagi sesi menyusui, baik menyusui secara langsung maupun menyusui dari botol. Singkatnya, Ibu akan menghentikan asupan ASI untuk tubuh si kecil.

Membuat anak berhenti menyusu tentu bukanlah hal yang mudah. Ibu butuh waktu yang cukup lama untuk menghentikan kebiasaan ini. Terkadang Ibu juga akan merasa tidak tega, tapi muncul pula rasa bebas pada waktu bersamaan, di kala anak berhasil berhenti menyusu. Walaupun begitu, Ibu tak usah khawatir dan cemas. Saat anak berhenti menyusu, hubungan erat yang telah Ibu jalin dengan si kecil selama ini tidaklah putus.

Proses menyapih mungkin akan lebih sulit jika anak mengasosiasikan sesi menyusu dengan kegiatan lain, seperti tidur atau mencari rasa nyaman. Jika Ibu memiliki kebiasaan menyusui anak agar ia merasa nyaman, maka ketika mulai punya niatan menyapih si kecil, Ibu harus memiliki alternatif lain untuk menggantikan hal tersebut. Ibu bisa mengajak si kecil membaca buku bersama, bernyanyi, atau bahkan mengajak si kecil bermain untuk membuatnya nyaman.

Jika anak menolak untuk berhenti menyusu ASI, santai saja ya, Bu. Hal tersebut memang wajar dan proses menyapih harus dilakukan secara perlahan-lahan, tak usah terburu-buru. Ibu harus membiasakan si kecil terlebih dahulu untuk tidak terbiasa menyusu lagi dan tentu hal ini pun tidaklah mudah serta memerlukan waktu yang cukup lama

Kapan waktu yang tepat menyapih anak dari ASI?

Sebenarnya, Ibu sendirilah yang tahu kapan waktu yang tepat untuk menyiapkan anak berhenti menyusu ASI. Sebaiknya Ibu tak usah menetapkan batasan umur atau deadline mengenai kapan anak harus berhenti menyusui.

WHO menyarankan pemberian ASI eksklusif hingga anak usia 6 bulan, dan diteruskan sampai bayi usia 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping. Namun, jika si kecil masih terus menyusu saat usianya lebih dari 2 tahun pun tidak apa-apa.

Terkadang memang ibu yang menyusui anak yang sudah lebih dari usia 1 tahun sering dianggap aneh oleh sebagian orang. Tidak perlu memedulikan apa kata teman, kolega atau orang di sekitar Anda ya, Bu. Selama Ibu dan si kecil nyaman untuk melanjutkan sesi menyusui, lakukan saja tanpa mengkhawatirkan perkataan orang-orang.

Biasanya di usia 2 tahun, si kecil sudah mulai kehilangan rasa ketertarikan pada ASI dan kegiatan menyusu. Dia mungkin akan mulai risih dan terlihat tak nyaman saat Anda menyusuinya. Jika Ibu melihat sikap tersebut dari si kecil, ini bisa jadi pertanda bahwa anak sudah siap untuk berhenti menyusu.

Bagaimana cara agar anak berhenti menyusu ASI?

Lakukanlah proses menyapih secara perlahan. Ibu bisa pertimbangkan usia anak terlebih dahulu. Para ahli mengatakan bahwa proses menyapih yang dilakukan secara tiba-tiba dan memaksa anak berhenti menyusu bisa menimbulkan efek traumatis dan juga bisa menyebabkan infeksi pada payudara Ibu.

Cobalah trik berikut ini agar anak berhenti menyusu ASI secara perlahan dan alami, sehingga tidak menimbulkan efek trauma dan rasa nyeri pada payudara Ibu.

  1. Pertama, Ibu bisa memperpendek waktu menyusui si kecil.

    Ibu bisa mulai membiasakan anak untuk menyusui dengan durasi yang pendek. Jika Ibu terbiasa menyusui si kecil selama 15 menit per sesi, cobalah perpendek waktu menyusui tersebut menjadi 12 atau 10 menit. Jika si kecil sudah mulai terbiasa, perpendeklah lagi waktu menyusuinya jadi 5 menit. Lakukanlah hal ini terus-menerus hingga anak berhenti menyusu ASI.

  2. Kedua, biasakan si kecil untuk minum ASI dari botol atau gelas. 

    Ibu bisa menggabungkan cara pertama dengan yang kedua ini. Jadi, setelah Ibu berhasil memperpendek waktu menyusui si kecil, Ibu bisa memberikan ASI untuk si kecil dengan gelas, tentu hal ini harus dilakukan secara perlahan-lahan.

    Jangan berharap si kecil akan langsung familiar dengan kebiasaan minum susu atau ASI dari gelas. Ibu tentu harus melakukan ini secara berulang-ulang dan sabar.

    Proses menyapih yang dilakukan secara perlahan-lahan ini tidak hanya bermanfaat untuk anak, tapi juga berdampak positif bagi kesehatan Ibu. Tubuh Ibu akan mulai membiasakan diri dengan pola menyusui yang baru, di mana si kecil membutuhkan lebih sedikit ASI dari biasanya karena Ibu memperpendek waktu menyusui dan juga memberikan selingan ASI atau susu dari gelas.

    Dengan begitu, tubuh Ibu akan mulai mengurangi produksi ASI dengan sendirinya. Itu artinya, Ibu akan terhindar risiko payudara bengkak atau mastitis yang biasanya terjadi karena ASI tidak dikeluarkan dari payudara dan tubuh terus-menerus memproduksi ASI.

  3. Cara terakhir, tunda dan alihkan perhatian si kecil jika ia mulai minta menyusu.

    Dalam proses menyapih, Ibu akan menemukan momen di mana si kecil tiba-tiba minta menyusu tiada henti, meski ia sudah mulai terbiasa dengan aktivitas menyusui yang baru, di mana frekuensi dan durasi menyusu makin sedikit. 

    Nah jika ini terjadi, Ibu bisa menolaknya dengan cara tidak langsung meng-iya-kan permintaan si kecil tersebut. Ibu bisa mengalihkan perhatian si kecil ke hal lain yang lebih menarik. Misalnya, Ibu bisa mengajak si kecil bermain di taman, atau mengajaknya main air, atau bisa juga mengijinkan si kecil main di taman dengan teman-temannya.

    Yang harus diingat, Ibu harus tegas. Jangan sampai Ibu menuruti keinginan si kecil walau hanya satu kali saja. Saat Ibu menyerah dan menuruti keinginan si kecil, ini akan merusak kebiasaan menyusui yang baru yang telah Ibu terapkan pada si kecil.

Metode untuk membantu anak berhenti menyusu ASI

Ada tiga metode untuk membantu anak berhenti menyusu ASI, yaitu metode di mana ibu memandu proses penyapihan (mother-led-weaning), metode di mana anak yang dibiarkan memandu proses penyapihan (child-led weaning) dan metode gabungan keduanya (mutual weaning). Simak yuk penjelasan lebih lengkapnya berikut ini:

  1. Mother-led weaning 

    Metode ini merupakan cara membantu anak berhenti menyusu ASI di mana Ibu yang menjadi 'pemandu' proses penyapihan. Ini artinya, Ibu lah yang menentukan kapan anak harus berhenti menyusu. Ada banyak alasan yang membuat ibu memutuskan untuk menyapih anak, misalnya:

    • Ibu merasa sudah cukup untuk menyusui si kecil. ini mungkin sering terjadi saat anak sudah berusia lebih dari 1 tahun. Ibu merasa proses menyusui yang berjalan selama ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

    • Ibu ingin hamil lagi dan proses menyusui mengganggu masa subur. Jika ini alasan Ibu, coba bicara pada bidan atau dokter tentang hal ini, ya.

    • Tidak menyusui lagi karena hamil. Banyak bayi atau batita yang berhenti menyusu dengan sendirinya ketika ibu hamil. Ini karena perubahan hormon saat hamil membuat produksi ASI menurun. Namun, bila si kecil tetap mau menyusu dan kehamilan Ibu dinyatakan sehat oleh dokter, maka tidak masalah untuk melanjutkan proses menyusui selama kehamilan.

    • Ibu disarankan menyapih anak karena alasan medis.

    • Ibu harus kembali bekerja. Memang sih, saat ini banyak sekali Ibu yang tetap berhasil memberikan ASI ke anaknya meski harus kembali bekerja. Namun, tidak bisa disamaratakan ya karena tidak semua tempat kerja memiliki kebijakan yang mendukung ibu menyusui. Tidak sedikit yang akhirnya harus menyapih anak lebih cepat karena kesulitan untuk memompa ASI di tempat kerja.

    • Punya masalah menyusui. Masih banyak Ibu yang kurang informasi dan dukungan untuk menyusui anaknya. Sehingga saat ada masalah menyusui muncul, Ibu tidak mengusahakan untuk memecahkan masalah tersebut demi bisa menyusui anaknya lagi. Jika ini terjadi pada Ibu, selalu ingat kalau ada konselor laktasi yang bisa membantu Ibu mengatasi masalah menyusui, membantu Ibu untuk menyapih atau memberi support untuk Ibu.

    • Ibu mendapatkan tekanan dari berbagai pihak untuk membiarkan anak berhenti menyusu ASI. hal ini sering terjadi karena masih banyak mitos seputar menyusui yang beredar di masyarakat, misalnya:

      • Ibu diberi tahu kalau ASI terlalu encer atau tidak cukup untuk bayi. hal ini sangat tidak benar ya Bu.

      • Ibu diberi tahu kalau pola makan tidak cukup bagus untuk menghasilkan ASI berkualitas. Ini juga tidak benar. Kalau Ibu khawatir apakah si kecil mendapatkan cukup ASI atau tidak, simak yuk artikel tanda anak cukup ASI berikut ini.

      • Ibu diberi tahu kalau bayi harus disapih setelah tumbuh gigi atau masuk masa MPASI. Ini juga sangat tidak benar.

      • Ibu mengira kalau anak harus berhenti menyusu ASI saat ia bingung puting dan menolak menyusu atau nursing strike.

      • Mengalami tekanan untuk menyapih ketika anak bertambah besar. Bila si kecil dan Ibu masih sama-sama nyaman untuk melanjutkan proses menyusu, maka jangan pedulikan apa kata orang, ya.

  2. Child-led weaning 

    Metode ini merupakan proses penyapihan di mana anak yang memandu dan memutuskan kapan ia berhenti menyusu. Biasanya metode child-led-weaning terjadi dengan sendirinya.

    Bila ini terjadi pada si kecil, penyebabnya kemungkinan karena si kecil sudah berusia lebih dari 12 bulan dan sedang menikmati variasi makanan dan minuman berbeda.  Bila bayi masih di bawah usia 12 bulan, jangan langsung berhenti menyusuinya saat anak menolak ASI. Kondisi anak yang menolak ASI tersebut bisa saja terjadi karena nursing strike.

  3. Mutual weaning 

    Proses penyapihan juga bisa terjadi saat Ibu dan anak sama-sama memandu proses ini. Misalnya, menjelang usia 2 tahun, si kecil secara alami kurang berselera untuk menyusu lagi. Nah, Ibu bisa menyambut preferensi si kecil tersebut dengan mulai mengurangi frekuensi menyusu dan mengalihkan si kecil untuk mengonsumsi makanan dan minuman lain saat lagi ingin menyusu.

Apa yang terjadi setelah anak berhenti menyusu ASI?

Kondisi yang dialami ibu ketika anak berhenti menyusui bisa sangat tak terduga. Buat beberapa ibu, proses menyapih bisa menjadi momen yang penuh emosi. Ibu juga bisa mengalami perubahan fisik setelah berhasil membuat anak berhenti menyusu ASI. 

Sayangnya banyak ibu yang belum menyadari kondisi apa saja yang akan dialami setelah anak berhenti menyusu ASI. Simak yuk beberapa kondisi yang mungkin terjadi setelah menyapih berikut ini:

  1. Ibu mengalami perubahan mood

    Ketika perjalanan menyusui berakhir, wajar bila Ibu jadi mudah marah dan merasa sedih. Beberapa ibu mengalami kecemasan juga. Biasanya perasaan ini akan menghilang setelah beberapa minggu setelah menyapih. Bila kondisi ini parah, atau terus berlanjut setelah beberapa minggu, cari bantuan dari tenaga profesional, seperti psikolog.

    Diperkirakan mood swings ini disebabkan karena perubahan hormonal, seperti penurunan kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang terjadi ketika ibu berhenti menyusui. Ini tentu tidak mengejutkan karena hormon prolaktin biasanya membantu kita untuk merasa tenang dan rileks, sedangkan hormon oksitosin dikenal sebagai hormon cinta.

    Bila memungkinkan, lakukan proses menyapih secara perlahan untuk meminimalisir perubahan mood drastis. Meski dilakukan secara bertahap, tetap wajar kok bila Ibu merasa sedih dan kehilangan saat anak berhenti menyusu ASI. Banyak ibu yang merasa sesi menyusui itu menciptakan kedekatan fisik dan emosi antara ibu dan bayi.

    Jadi ketika  proses menyusui berakhir, wajar bila Ibu merasa kedekatan dengan anak merenggang. Tapi tetap ingat Bu, jalinan kedekatan antara Ibu dan si kecil bisa terus berlanjut meski ia sudah disapih.

  2. Butuh waktu sampai tubuh berhenti memproduksi ASI 

    Saat ibu menyapih, wajar bila ASI masih keluar saat kita iseng memerahnya dengan tangan. Lama waktu yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berhenti memproduksi ASI bervariasi dari satu ibu dengan ibu lain. Ada Ibu yang butuh hitungan minggu, namun ada juga ibu yang butuh waktu berbulan-bulan.

  3. Persediaan ASI jadi naik-turun

    Saat Ibu menyapih si kecil, payudara akan tetap memproduksi ASI. Jika Ibu melakukan proses penyapihan secara tiba-tiba, Ibu berisiko mengalami  payudara bengkak, kelenjar ASI tersumbat, atau mastitis. Oleh karena itu, proses menyapih disarankan untuk dilakukan secara bertahap.

    Agar tidak bengkak saat menyapih, Ibu disarankan untuk mengeluarkan sedikit ASI ketika payudara terasa penuh. Tapi jangan terlalu banyak dan terlalu sering memompa ASI ketika sudah menyapih ya Bu karena ini bisa memberikan sinyal ke tubuh untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi.

  4. Siklus menstruasi kembali terjadi

    Pada beberapa ibu, menstruasi tidak terjadi ketika mereka menyusui secara eksklusif. Bahkan ini sering menjadi salah satu jenis KB alami yang dikenal dengan Lactational Amenhorrhoea Method. nah, ketika Ibu menyapih si kecil, siklus menstruasi biasanya akan kembali normal.

  5. Payudara kembali ke ukuran seperti sebelum hamil

    Setelah berhenti menyusui, payudara akan kembali ke ukuran sebelum hamil secara perlahan.

Proses menyapih memang bisa membawa banyak perubahan emosi dan fisik pada Ibu dan si kecil. Semoga penjelasan di atas bisa membuat Ibu lebih siap untuk membantu anak berhenti menyusu ASI ya.

(Wati, Ismawati, Atalya)

Follow Ibupedia Instagram