Ibupedia

Pengaruh Televisi Terhadap Anak

Pengaruh Televisi Terhadap Anak
Pengaruh Televisi Terhadap Anak

Kebanyakan anak saat ini sangat mengenal benda-benda seperti TV, tablet, dan telepon pintar. Sebenarnya pengaruh televisi terhadap anak bisa menjadi bagian dari masa kecil yang positif, selama digunakan dengan bijak. Misalnya, anak usia prasekolah mendapat bantuan belajar mengenal alfabet dari televisi, anak usia sekolah bisa memanfaatkan aplikasi edukatif di smartphone untuk anak, dan anak usia remaja bisa melakukan penelitian di internet.

Tapi terlalu banyak menonton televisi bisa berakibat buruk. Berikut beberapa faktanya:

  • Anak yang secara konsisten menghabiskan lebih dari 4 jam setiap hari menonton televisi lebih beresiko mengalami kelebihan berat badan.

  • Anak yang melihat tindakan kekerasan di TV lebih mungkin menunjukkan perilaku agresif, dan merasa takut ada sesuatu yang buruk akan terjadi pada mereka.

  • Remaja yang sering bermain video games dan menggunakan aplikasi yang mengandung  kekerasan lebih mungkin menjadi agresif.

  • Karakter di TV dan video games sering menggambarkan perilaku negatif, seperti merokok dan minum alkohol.

Itu sebabnya, Bunda, penting bagi orangtua untuk membatasi waktu anak menonton TV dan membuat aturan untuk memastikan anak tidak menghabiskan waktu terlalu banyak di depan TV.

Panduan Menonton TV Untuk Anak

Panduan berikut bisa membantu Anda membatasi waktu menonton TV anak:

  • Bayi dan batita hingga usia 18 bulan, tidak menonton televisi, kecuali menonton video yang berisi keluarga dan teman.

  • Batita usia 18 hingga 24 bulan, boleh menonton TV sebentar saja bersama orangtua atau pengasuh.

  • Anak usia prasekolah, tidak lebih dari 1 jam setiap hari menonton program edukasi, bersama orangtua atau pengasuh yang bisa membantu mereka memahami apa yang mereka tonton.

  • Anak dan remaja usia 5 hingga 18 tahun. Orangtua perlu membuat batasan yang konsisten untuk waktu menonton TV, termasuk penggunaan media sosial dan video games. Televisi tidak boleh mengurangi waktu tidur dan menghalangi keaktifan fisik anak.

Kekerasan di Televisi

Rata-rata anak menyaksikan 200.000 tindakan kekerasan di televisi pada usia 18 tahun. Banyak tindakan kekerasan disebabkan oleh orang yang anak kagumi. Seperti pada video games, si pahlawan berhasil menang dengan berkelahi atau membunuh musuhnya.

Ini bisa memicu kebingungan ketika anak mencoba memahami perbedaan antara benar dan salah. Anak kecil merasa takut dengan gambar yang menakutkan dan mengandung kekerasan. Dengan mengatakan gambar tersebut tidak nyata tidak akan membuat mereka merasa lebih baik, karena mereka belum bisa membedakan antara fantasi dan kenyataan. Masalah perilaku, mimpi buruk, dan kesulitan tidur bisa disebabkan oleh paparan pada kekerasan macam ini.

Anak yang lebih besar juga bisa merasa takut pada gambar kekerasan. Orangtua dianjurkan memberi penjelasan pada anak usia ini. Penting untuk menenangkan dan memberi informasi yang jujur untuk membantu anak mengatasi rasa takut. Tapi akan jauh lebih baik tidak membiarkan anak menonton program atau bermain games yang membuat mereka ketakutan.

Perilaku Buruk di Televisi

TV dan video games penuh dengan konten yang mengandung perilaku beresiko seperti minum alkohol, konsumsi obat terlarang, dan seks bebas di usia dini. Penelitian telah menunjukkan kalau anak remaja yang menyaksikan banyak konten seksual dari TV lebih mungkin melakukan hubungan seks atau berpartisipasi dalam aktivitas seksual lebih awal dibanding teman yang tidak menonton tontonan seksual.

Meski iklan rokok dilarang di TV, anak tetap masih bisa melihat banyak orang merokok di acara TV. Ini membuat perilaku seperti merokok dan minum alkohol terlihat bisa diterima dan memicu masalah kekerasan.

TV dan Obesitas

Ahli kesehatan telah lama menghubungkan waktu menonton TV dengan obesitas pada anak. Ketika anak menatap layar kaca, mereka menjadi tidak aktif dan cenderung makan cemilan. Mereka juga dihadapkan oleh iklan yang mendorong mereka untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

Penelitian telah menunjukkan kalau penurunan jumlah jam menonton TV pada anak berpengaruh pada berkurangnya penambahan berat badan dan menurunnya indeks massa tubuh. Mengganti waktu bermain video games dengan permainan luar ruangan jadi cara yang tepat untuk membantu anak menjaga berat badan yang sehat.

Iklan Produk di Televisi

Kebanyakan anak di bawah usia 8 tahun tidak memahami kalau iklan digunakan untuk menjual produk. Anak usia 6 tahun atau yang lebih kecil tidak bisa membedakan antara acara TV dan iklan, terutama bila karakter favorit mereka mempromosikan sebuah produk. Bahkan anak yang lebih besar perlu diingatkan tentang tujuan iklan.

Memang hampir tidak mungkin menghindari pengaruh iklan kecuali Anda mematikan televisi. Ketika anak bertanya tentang produk yang diiklankan, jelaskan kalau iklan tersebut dibuat untuk membuat orang membeli produk yang tidak mereka butuhkan. Dan iklan ini membuat kita mengira produk tersebut akan membuat kita lebih bahagia.

Ajarkan anak menjadi konsumen cerdas ya Bun dan coba batasi paparan anak pada iklan TV dengan:

  • Merekam program televisi tanpa iklan.

  • Menghilangkan volume TV selama iklan untuk membahas program acara yang sedang ditonton.

  • Membeli atau menyewa DVD favorit.

Tapi Bun, beberapa ahli meyakini kalau TV tidak sepenuhnya buruk. Sebagian menganggap menonton TV bisa bermanfaat selama tidak berlebihan dan program yang ditonton telah diseleksi:

  • Beberapa acara TV bisa mengedukasi, memberi informasi, dan menginspirasi. Televisi bisa lebih efektif dibanding buku atau rekaman suara dalam mengajarkan sebuah proses pada anak seperti bagaimana menanam tumbuhan atau memasak kue.

  • Penelitian menunjukkan kalau anak yang menonton acara edukasi dan tidak ada kekerasan di dalamnya bisa lebih baik dalam tes membaca dan matematika dibanding anak yang tidak menonton program ini.

  • Anak prasekolah yang menonton program informasi dan edukasi cenderung menonton lebih banyak acara informasi dan edukasi ketika bertambah besar. Mereka menggunakan TV secara efektif sebagai pelengkap pelajaran sekolah. Sebaliknya, anak yang menonton lebih banyak program hiburan akan lebih sedikit menonton program informasi ketika bertambah besar.

  • Anak usia prasekolah yang menonton program edukasi cenderung lebih tinggi rankingnya, kurang agresif, dan lebih menghargai nilai belajar ketika mencapai sekolah menengah, berdasarkan sebuah penelitian.

  • Menurut penelitian lain, anak mendapat efek menenangkan dan hilang rasa sakit dengan menonton kartun. Jadi mungkin sedikit hiburan dari TV bisa jadi sumber penyembuh bagi anak yang stres atau mengalami rasa sakit.

Orangtua perlu memikirkan apa yang anak lakukan ketika tidak menonton TV. Akan baik bila alternatifnya berupa membaca buku, bermain di luar ruangan, atau ngobrol bersama orangtua. Tapi bila alternatifnya hanya dengan duduk diam dan tidak melakukan apapun, lalu anak merasa bosan atau mulai berkelahi dan menimbulkan konflik, maka membiarkan anak menonton TV jadi pilihan yang lebih baik.

(Ismawati)