Rahasia Kecerdasan Bayi
Menjadi orangtua merupakan pekerjaan full time yang kita lakukan dari pagi hingga waktu tidur. Semua orang tua pasti ingin punya anak yang cerdas. Kecerdasan anak sudah mulai bisa dilatih sejak dini lho. Ada banyak hal yang bisa dilakukan agar anak cerdas dan untuk membantu perkembangan otak si kecil. Yang jelas, kita tidak perlu berubah menjadi orang paling pintar dulu sebelum menstimulasi si kecil agar anak cerdas. Kita hanya cukup berikan cinta yang tulus sebagai orangtua, serta melakukan kebiasaan-kebiasaan baik berikut ini.
Tunjukkan hal-hal disekitar anak dengan jari Anda
Penelitian menunjukkan kalau anak belajar bahasa lebih cepat saat kita mengucapkan nama satu benda sambil menunjuknya. Awalnya, si kecil akan menatap Ibu saat menunjuk objek tertentu. Ketika ia semakin besar, si kecil akan mulai melihat ke arah jari Anda.
Di usia 9 bulan, sebagian besar bayi biasanya sudah mulai mengikuti arah telunjuk Ibu saat menunjukkan sesuatu dan memperhatikan objek yang Ibu maksud. Di usia 9 atau 10 bulan, bayi mulai menggunakan telunjuknya untuk memperlihatkan berbagai objek kepada Ibu atau Ayah. Interaksi seperti ini disebut dengan istilah joint attention, artinya si kecil sedang mengembangkan kemampuan untuk membuat Ibu memperhatikan sesuatu atau seseorang di luar Anda berdua.
Agar anak cerdas, Ibu bisa terus melakukan kebiasaan menunjuk berbagai objek dan bicarakan apapun tentang objek tersebut dengan si kecil. Si kecil mungkin belum mengerti bahasa yang Anda gunakan, tapi komunikasi yang Ibu lakukan bersamanya perlahan akan menjadi lebih kompleks.
Agar si kecil makin banyak berkenalan dengan hal-hal baru, Ibu bisa mengajaknya ke kebun binatang, lalu ajak anak mengamati berbagai binatang di sana. Ketika berada di depan kandang orang utan, Ibu bisa tunjukkan, bicarakan, dan jelaskan pada si kecil. Aktivitas ini dapat menstimulasi perkembangan sosial, kognitif dan kemampuan berbahasa anak.
Menjalin ikatan batin dengan bayi
Otak anak cenderung mencari rasa aman, bila otak sedang tidak merasa aman, organ penting ini tak dapat melakukan proses belajar. Itulah kenapa kita perlu menciptakan rasa aman agar anak cerdas. Kontak fisik secara langsung dengan si kecil dapat membangun rasa aman yang dibutuhkan anak, begitu juga dengan tatapan mata, dan percakapan bersamanya.
Meski terdengar mudah, menciptakan rasa aman untuk anak tantangan saat kita baru menjadi orang tua. Orang tua baru cenderung sering mengalami kurang tidur, terisolasi dari kehidupan sosial di luar rumah, dan harus menjalani proses adaptasi baru lainnya. Rasa lelah ini jelas tidak akan membuat Ibu fokus untuk menciptakan rasa aman ke si kecil.
Agar Ibu bisa memberikan rasa aman ke si kecil, Ibu harus melakukan sesuatu. Sebagai contoh, Ibu bisa menulis daftar pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, lalu membuat kesepakatan bersama pasangan tentang pembagian tugas pekerjaan rumah, dan saling menahan diri saat sedang sama-sama emosi.
Tidak jarang, banyak orang tua yang tak sengaja bertengkar di depan si kecil. Hal ini memang wajar terjadi. Yang terpenting, pastikan untuk memulihkan rasa aman si kecil dengan berbaikan di depannya. Bayi memang belum mengerti kata-kata yang kita ucapkan, tapi ia bisa ikut merasakan emosi antara Ibu dan Ayahnya.
Menumbuhkan kekreativitasan anak
Ketika si kecil sudah cukup besar, Ibu bisa mendudukkan ia di atas lantai. Berikan kertas dan aneka krayon, serta pensil warna. Biarkan ia bereksplorasi dengan objek di hadapannya. Kecerdasan bayi bukan hanya dalam hal kata dan angka. Ekspresi seni juga menjadi cara yang baik untuk menstimulasi perkembangan otak agar anak cerdas.
Ceritakan apa yang sedang Ibu lakukan
Banyak ahli menyarankan orangtua untuk banyak berbicara pada anaknya, meski ia belum bisa bicara dan mengerti bahasa Ibu. Jill Stamm, seorang ahli perkembangan otak di usia dini dan penulis buku berjudul Bright From the Start, mengatakan bahwa otak adalah organ yang aktif mencari pola tertentu. Semakin sering otak anak mendengar pola-pola bahasa, maka proses pembelajaran bahasa akan semakin mudah dilakukan oleh si kecil.
Tracy Cutchlow, editor di Brain Rules for Baby memberi saran agar orang tua aktif menceritakan kesehariannya pada anak. Dalam sehari-hari, ada banyak hal yang ada di pikiran kita. Nah, coba deh untuk menarasikan setiap hal yang ada di pikiran kita ke si kecil. Aktivitas ini dapat meningkatkan fungsi otak anak lho.
Di usia 3 tahun, anak yang lebih sering diajak bicara rata-rata memiliki IQ 1,5 kali lebih tinggi dari anak yang jarang diajak bicara oleh orang tuanya. Saat memasuki sekolah dasar, anak-anak yang sering diajak bicara berpotensi memiliki kemampuan lebih kuat dalam hal membaca, mengeja, dan menulis.
Ada tiga kunci agar anak cerdas dan memiliki perkembangan bahasa yang kuat, yaitu perhatikanlah jumlah kata, variasi dan kerumitan kata, serta cara Ibu mengatakan kata-kata. Dengan menceritakan kegiatan sehari-hari, Ibu akan menggunakan banyak jenis kata secara alami .
Kalimat deskripsi, seperti “mobil itu berwarna merah” atau “tehnya sangat panas”, yang Ibu katakan ke si kecil dapat memperkaya kosa kata bayi lho. Tak hanya itu, nada suara Anda juga tak kalah penting. Gunakan nada yang tinggi dan suara vokal yang didramatisir, seperti saat mengucapkan “Halooooooo!” atau “Daaadaaaa!”
Cara ini sangat baik untuk membantu otak bayi belajar agar anak cerdas karena setiap suara menjadi terdengar jelas dan berbeda. Variasi nada membantu bayi memisahkan suara menjadi beberapa kategori, Nada tinggi juga lebih mudah ditiru oleh si kecil.
Biasanya orangtua tidak banyak berbicara pada bayi saat ia belum mulai mengoceh. Jangan sampai seperti itu y. Nggak apa-apa kok cerewet di depan si kecil meski ia belum mengerti. Ini semua demi kebaikannya agar ia bisa meningkatkan kemampuan bahasanya.
Membacakan buku untuk si kecil
Sebenarnya Ibu dapat memulai kebiasaan membacakan buku ke anak saat ia masih berada di dalam kandungan. Tapi jangan khawatir bila Anda tidak melakukannya saat hamil. Ibu bisa memulainya saat si kecil sudah lahir. Banyak manfaat dari kebiasaan ini, salah satunya adalah agar anak cerdas.
Kebiasaan membacakan buku untuk anak akan menumbuhkan kecintaannya pada aktivitas ini. Hobi membacanya juga akan terus berlanjut hingga ia masuk sekolah dan sampai ia dewasa. Jika Ibu suka membaca buku, lakukan kebiasaan ini di depan si kecil agar ia meniru apa yang Ibu lakukan.
Kenalkan berbagai ekspresi wajah
Penelitian menunjukkan bayi mulai mengenali ekspresi muka orangtuanya saat mereka berusia 3 atau 4 bulan. Memasuki usia 5 bulan, bayi dapat memahami emosi pada wajah orang yang belum dikenal. Selanjutnya di usia 7 atau 9 bulan mereka sudah dapat membaca ekspresi muka pada hewan, seperti anjing atau monyet.
Emosi merupakan salah satu cara pertama bayi berkomunikasi dengan kita. Kemampuan untuk membaca ekspresi wajah adalah kemampuan komunikasi non verbal tahap pertama. Kemahiran ini nantinya akan membuat anak cerdas, dapat bekerja sama dengan baik di dalam tim, membuat si kecil tidak suka berdebat, dan dapat memelihara hubungan relasi saat sudah dewasa nanti.
Namun, jangan berlebihan saat menstimulasinya. Perhatikanlah bila ia sudah merasa bosan dan membutuhkan waktu istirahat. Jangan memaksa si kecil bila ia tidak menginginkannya. Ini bisa ditandai saat ia menoleh ke arah lain dan terlihat tidak tertarik.
Jangan letakkan bayi terlalu lama di “ayunan”
Hayoo siapa yang sering meletakkan bayi di ayunan, bouncer, atau stroller seharian? Itu akan membuat gerakan si kecil jadi terbatas. Padahal, bayi perlu mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya dengan bebas. Untuk bisa melakukannya, Ibu perlu memberikannya floor time agar ia bisa bergerak bebas, melihat ke depan, ke samping, dan ke belakang. Kemampuan ini nantinya akan menjadi fondasi agar anak cerdas dan bisa berkonsentrasi dengan lebih baik.
(Isma, Atalya)