Risiko Diabetes Anak Meningkat, Ketahui Bahaya Junk Food Bagi Si Kecil
Ketika anak mulai bosan dengan makanan rumahan buatan Ibu, salah satu solusi jitu yang biasa Ibu lakukan adalah membelikan makanan fast food untuk anak alias junk food. Sebenarnya, makan junk food nggak akan berbahaya bagi si kecil asalkan konsumsinya dibatasi dan bukan setiap hari diberikan.
Sayangnya, belakangan ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa, risiko diabetes dan kelebihan lemak anak Indonesia terus meningkat tiap tahun. Hal ini salah satunya diakibatkan oleh bahaya junk food.
Waduh! Masih kecil bisa kena hipertensi dan diebetes, apa sih bahayanya? Yup! Kebiasaan atau pola makan junk food ini sedikit banyak juga dapat meningkatkan risiko diabetes, obesitas hingga penyakit berbahaya lain yang mengintai si kecil.
Apalagi junk food anak ini sangat tinggi gula dan bersifat inflamatif. Jadi nggak heran jika risiko bahaya junk food ini semakin tinggi bagi anak tiap tahun. Yuk, kita dengar apa kata IDAI dan ahli lainnya mengenai bahaya junk food bagi anak.
Kenali bahaya junk food bagi anak
Dikutip dari Antara News, belum lama ini, IDAI menyatakan bahwa konsumsi junk food anak kiat meningkat tiap tahunnya. Nggak main-main, bahkan menurut Dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) hal ini membuat anak di usia remaja di Indonesia sudah banyak yang terkena penyakit obesitas dan diabetes mellitus tipe 2.
Meskipun dokter Piprim tidak menyebutkan jumlah pastinya, namun yang jelas jumlah penderita penyakit berbahaya ini kian meningkat bahkan setiap harinya, lho! Sehingga menurutnya, bahaya junk food bagi anak nggak bisa ditoleransi lagi.
Orang tua dianggap jadi kontrol utama yang paling penting dalam pemberian gizi anak setiap hari. Orang tua juga diminta untuk selalu memberikan makanan yang sehat bagi anak.
Tak lupa untuk selalu memperhatikan keseimbangan asupan gizinya. Tujuannya tak lain untuk mencegah anak kekurangan gizi maupun kelebihan gizi yang jadi penyebab obesitas.
Melansir Mom n Junction bahaya fast food untuk anak lainnya yang perlu diketahui oleh orang tua adalah sebagai berikut:
- Tekanan darah meningkat. Hal ini karena kebanyakan junk food anak mengandung kadar natrium dan garam yang tinggi. Sehingga dapat menyebabkan sistem peredaran darah dalam tubuh anak jadi lemah
- Obesitas. Hal ini karena, fast food anak mengandung kadar lemak tinggi yang berfungsi sebagai umami atau perasa tambahan. Jadi, heran kebanyakan junk food punya rasa yang sangat gurih dan memang disukai anak
- Diabetes. Junk food anak mengandung kadar gula yang tinggi dan dapat meningkatkan risiko kerusakan sekresi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2
- Anak jadi mudah lelah dan kenyang. Sehingga anak berisiko kekurangan karbohidrat dan protein yang penting untuk menambah tenaga
- Kurangnya kecerdasan emosional. Hal ini juga tak jarang menyebabkan anak jadi sering mengalami ketidakseimbangan hormon, sehingga lebih sering merasa tidak mood dalam beraktivitas
- Berisiko alami penyakit ginjal. Kadar natrium yang tinggi dalam fast food juga menyebabkan retensi air (edema) dalam tubuh dan menyebabkan masalah pada fungsi ginjal
- Rentan alami gangguan pencernaan. Proses pembuatan junk food seringkali menggunakan bahan berulang yang rendah nutrisi, sehingga meningkatkan kemungkinan sembelit dan risiko gangguan pencernaan bahkan kanker usus besar
- Rentan alami kelainan bentuk tulang dan gigi. Kandungan gula yang tinggi pada junk food dapat menyebabkan kerusakan gigi anak secara permanen
- Berisiko alami penyakit jantung dan stroke di usia dini
- Lambatnya perkembangan fungsi otak. Sehingga anak berisiko alami gangguan konsentrasi, dan kemampuan belajar yang berkurang.
Lalu, kenapa anak lebih tertarik makan junk food?
Pernahkah Ibu bertanya-tanya mengapa anak generasi zaman sekarang banyak yang cenderung picky eaters dan tidak suka makan makanan rumahan? Ternyata penyebabnya ini seringkali dikaitkan oleh banyak faktor, lho!
Jika dikutip dari Healthy Children dalam 2 tahun pertama kehidupan anak, mereka akan terus berkembang dan belajar. Dalam proses ini preferensi makanan juga terbentuk.
Preferensi makanan anak secara langsung akan memengaruhi perilaku makan, yang pada gilirannya terkait dengan kesehatan, kebugaran, jadi penyebab obesitas secara keseluruhan. Sayangnya, kondisi ini kemudian dimanfaatkan oleh industri makanan cepat saji atau fast food.
Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk keuntungan dan mendorong perkembangan preferensi makanan yang tidak sehat pada anak-anak. Hal ini dilakukan melalui berbagai teknik pemasaran dan periklanan.
Apalagi perusahaan makanan dan minuman cepat saji di negara berkembang bisa menghabiskan 2 miliar dollar setahun, hanya untuk melakukan pemasaran makanan. Di mana targetnya kebanyakan adalah anak-anak.
Bahkan sebagian perusahaan fast food juga menggunakan mainan yang dikaitkan dengan karakter film kesukaan anak, sebagai daya tarik utama. Kondisi Ini jelas memiliki konsekuensi yang berdampak pada preferensi makanan anak dan membentuk anak makan makanan tidak sehat, sehingga erat kaitannya dengan bahaya junk food.
Bagaimana menghindari anak dari bahaya junk food?
Memang, menerapkan pola makan sehat untuk anak setiap hari menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua zaman sekarang. Apalagi ada berbagai macam platform digital yang bisa melengkapi kebutuhan pangan hanya dalam sekali tekan. Boom! Tak lama paket berisi fast food pun bisa datang ke rumah dalam hitungan menit saja.
Wah, kalau seperti ini bagaimana ya kita bisa menghindari anak dari bahaya junk food? Dikutip dari Kids Health berikut ini adalah 5 trik yang bisa dilakukan agar anak terhindar dari bahaya junk food:
1. Biasakan makan bersama keluarga
Makan bersama keluarga adalah ritual yang sangat nyaman bagi si kecil. Dalam suasana tersebut, orang tua bisa berbagi cerita bersama anak.
Selain itu, makan bersama keluarga adalah kesempatan bagi orang tua untuk mengenalkan anak pada makanan baru dan menjadi panutan untuk makan sehat.
Tapi, pastikan momen makan bersama keluarga ini hanya diisi dengan aktivitas positif tanpa distraksi seperti:
- Tidak bermain gadget
- Menyajikan makanan yang kaya akan gizi seperti sayuran, buah-buahan atau protein lainnya
- Hindari menyajikan snack saat anak sedang makan makanan utama
2. Selalu sajikan makanan yang bergizi
Pastikan Ibu selalu menyajikan buah dan sayur tiap kali makan. Biarkan anak memilih camilan yang sehat setiap hari, Ibu bisa berikan pilihan seperti; yogurt, buah, sereal gandum atau keju.
Sajikan sumber protein lain yang baik bagi tubuhnya, termasuk kacang-kacangan, daging, ayam dan lainnya. Batasi asupan lemak dengan menghindari gorengan dan memilih cara memasak yang lebih sehat, seperti memanggang, dan mengukus.
3. Jadi contoh yang baik
Orang tua juga perlu menjadi contoh yang baik bagi anak. Mereka akan mengikuti jejak orang dewasa yang mereka lihat setiap hari. Cara lain untuk menjadi panutan yang baik adalah dengan menyajikan porsi yang sesuai dan tidak makan berlebihan.
4. Hindari berdebat saat makan
Makanan bisa jadi sumber konflik saat si kecil hendak makan. Meski orang tua bermaksud baik dan menawarkan untuk menyuapi si kecil agar mudah makan.
Sebisa mungkin biasakan anak makan makanannya sendiri ya Bu. Strategi ini penting untuk mengajarkan anak tentang sebuah kendali, serta membatasi jenis makanan yang tersedia di rumah.
5. Libatkan anak saat menyajikan makan
Termasuk mengajak anak berbelanja bahan makanan serta membuat makanan itu sendiri. Ibu juga bisa menawarkan apa makanan yang ingin anak makan hari ini.
Ajarkan anak untuk menghargai makanan dan menghabiskan makanan yang ia makan setiap hari. Sedikit banyak hal ini bisa mencegah anak dari bahaya fast food yang berefek pada kesehatan tubuhnya kelak.
Nah, membiasakan anak makan makanan sehat dan terhindar dari bahaya fast food memang butuh waktu ya Bu. Perubahan ini tentu tidak mudah, namun perlahan pasti Ibu bisa melakukan hal ini sehingga menjadi kebiasaan makan makanan sehat setiap harinya.