Seputar Ruam Popok pada Bayi

Tentunya orangtua merasa tidak tega, ketika melihat kulit di sekitar area popok si kecil mengalami kemerahan dan iritasi? Apalagi jika kulit bayi menjadi sedikit bengkak, lecet, dan hangat ketika disentuh.

Memang ruam popok dapat terjadi pada setiap bayi. Dan bukan berarti Anda adalah bunda yang sembrono jika si kecil terkena ruam popok, karena ruam popok adalah bagian tak terpisahkan dalam perawatan anak, khususnya pada sekitar satu tahun pertama kehidupan si kecil.

Memang, kebanyakan ruam popok terjadi akibat popok digunakan dalam jangka waktu terlalu lama sehingga berpotensi menimbulkan iritasi di kulit bayi. Meski begitu, bisa juga bayi mengalami ruam popok padahal orang tuanya rajin mengganti popoknya. Ini disebabkan oleh kulit si kecil yang terlalu sensitif.

Tingkat keparahan ruam popok pada bayi Anda bervariasi. Ada yang ringan, hanya beberapa titik-titik merah kecil di area popok, namun ada pula yang cukup parah hingga menimbulkan bengkak dan iritasi kemerahan tersebar hingga sekitar perut dan paha.

Ruam Pada Kulit Bayi Baru Lahir

Kulit bayi baru lahir rentan mengalami segala jenis ruam. Untungnya kebanyakan ruam ini tidak berbahaya dan hilang dengan sendirinya. Berikut ini beberapa jenis ruam yang bisa terjadi pada bayi baru lahir:

• Prickly heat (biang keringat), terlihat seperti bintik merah, kebanyakan muncul pada area tubuh bayi yang cenderung kepanasan dan berkeringat, seperti leher, area popok, dan ketiak. Penanganannya dengan menjaga area tersebut kering dan menghindari kepanasan dengan memakaikan pakaian yang longgar.
• Cradle cap (seborrhea), sering muncul pada saat usia bayi 1 hingga 2 bulan. Serpihan kekuningan muncul pada kulit kepala dan kemerahan serta iritasi bisa terjadi pada wajah, belakang telinga, leher, dan bahkan pada ketiak. Dokter akan memberitahu cara terbaik mengatasi kondisi ini, bergantung gejala yang bayi alami.
• Eczema, merupakan bagian kemerahan dan gatal pada kulit, sering terlihat pada dada, lengan, kaki, wajah, siku, dan belakang lutut bayi. Meski sulit untuk mengetahui penyebabnya pada bayi baru lahir, eczema biasanya disebabkan oleh kulit kering dan sensitif atau kadang alergi. Dokter bisa memastikan apakah ruam terlihat seperti eczema dan meresepkan penanganan yang tepat. Umumnya, penanganan eczema pada bayi baru lahir terdiri dari:
• Penggunaan sabun yang sangat lembut
• Penggunaan deterjen dengan formula ringan dan tanpa pelembut pada cucian bayi
• Penggunaan pelembab kulit
• Penggunaan krim steroid seperti hydrocortisone atau yang lebih kuat bila eczema tidak juga hilang.
• Infeksi jamur (candidiasis), bisa muncul dengan cara berbeda pada bayi. Infeksi jamur pada lidah, disebut thrush dan terlihat seperti ASI kering padahal bukan ASI dan tidak bisa dihilangkan. Di area popok, candidiasis terlihat seperti ruam merah dengan benjolan kecil di sekitar pinggirnya. Infeksi jamur menyukai area gelap dan lembab, jadi akan muncul kemerahan pada pangkal paha bayi. Candisiasis ditangani dengan anti jamur yang diminum, krim anti jamur untuk area popok, atau keduanya.

Meski kebanyakan ruam tidak bersifat serius, beberapa kasus membutuhkan perhatian seksama:

• Benjolan berisi cairan (terutama cairan dengan warna kekuningan) bisa mengindikasikan infeksi serius seperti infeksi bakteri atau herpes.
• Titik kecil berwarna merah atau keunguan pada tubuh bayi bisa disebabkan oleh infeksi virus atau berpotensi bakteri infeksi yang sangat serius. Titik ini tidak akan memudar bila ditekan. Bayi dengan kondisi ini harus segera dievaluasi oleh dokter.

Penyebab Ruam Popok

Sebenarnya, apa yang jadi penyebab ruam popok? Banyak hal yang melatar-belakanginya, mulai dari makanan hingga air seni bayi Anda sendiri. Berikut beberapa hal yang dianggap pemicu terjadinya ruam popok:

1. Basah

   Popok yang paling cepat menyerap pipis sekalipun tetap dapat membuat kulit si kecil basah dan lembab. Dan ketika urin bayi Anda bercampur dengan bakteri (yang muncul dari feses bayi), terbentuklah amonia yang sangat keras dan akhirnya menyebabkan ruam popok. Itu sebabnya bayi yang kerap buang air besar (BAB) atau sedang dalam kondisi diare lebih mudah terkena  ruam popok.

2. Lecet atau sensitif terhadap bahan kimia

   Bayi Anda bisa terkena ruam popok sebagai akibat dari gesekan antara popok dan kulit, khususnya jika kulit si bayi tergolong sensitif terhadap bahan-bahan kimia seperti wewangian pada popok sekali pakai atau deterjen yang digunakan saat Anda mencuci popok kain atau clodi si kecil. Kondisi ini bisa juga disebabkan oleh lotion atau bedak yang Anda taburkan saat mengganti popok, sementara kulit bayi tidak cocok dengan bahan-bahan tersebut.

3. Makanan baru

   Sangat wajar bila bayi mengalami ruam popok ketika ia mulai mengonsumsi makanan padat atau diperkenalkan pada jenis makanan baru. Penyebabnya karena makanan baru tersebut dapat mengubah komposisi tinja si kecil. Misalnya rasa asam pada makanan tertentu, seperti stroberi atau jus buah, dapat menyulitkan bagi beberapa anak. Makanan baru kemungkinan juga dapat meningkatkan frekuensi BAB buah hati Anda. Akibatnya, kulit si kecil dapat bereaksi berlebihan terhadap apa yang dimakannya.

4. Infeksi

   Seperti Anda ketahui, daerah popok bayi hangat dan lembab. Tentu saja bakteri dan jamur sangat menyukai tempat-tempat seperti ini. Tak heran jika kulit pada area popok mudah terinfeksi bakteri atau jamur sehingga terciptalah ruam, khususnya pada daerah lipatan.

5. Antibiotik

   Anak yang sedang mengonsumsi antibiotik (atau bayi yang minum ASI dan ibunya sedang mengonsumsi antiobiotik) kadang-kadang juga bisa terinfeksi bakteri karena obat-obatan ini menurunkan jumlah bakteri sehat yang membantu melawan bakteri berbahaya. Antibiotik juga dapat menyebabkan diare sehingga anak lebih berpotensi mengalami ruam popok.

Cara Mengatasi Ruam Popok

Bagaimana mengatasi ruam popok? Haruskah membawa si kecil ke dokter? Kemungkinan besar tidak perlu, Bunda. Jika Anda rajin merawat ruam popok tersebut, dalam waktu 3-4 hari ruam popok bisa sembuh dengan sendirinya.

Anda boleh membawa si kecil ke dokter jika melihat ruam dan infeksinya cukup parah. Tanda-tanda infeksi tersebut antara lain kulit lecet, melepuh, bruntusan dan bernanah, atau luka terbuka. Nantinya dokter akan meresepkan antibiotik oral untuk bayi, atau krim anti jamur jika infeksi ini disebabkan oleh jamur.

Anda juga sebaiknya membawa si kecil ke dokter jika terjadi demam akibat ruam popok atau jika ruam itu tidak kunjung hilang selama berhari-hari padahal Anda sudah melakukan perawatan di rumah dengan baik.

Bunda, berikut langkah-langkah yang bisa Anda coba untuk perawatan ruam popok pada bayi:

• Pastikan si kecil selalu bersih dan kering dengan cara rajin mengganti popoknya, bahkan ketika ia sedang tidur malam sekalipun.

• Selalu cuci atau lap dengan air daerah popok si kecil setiap kali mengganti popok. Jangan gunakan tisu basah yang mengandung alkohol atau wewangian. Beberapa orang tua memilih selalu siaga dengan menyiapkan bola-bola kapas dan baskom berisi air hangat sehingga lebih mudah ketika mengganti popok dan bayi selalu bersih.

• Ketika membersihkan daerah popok si kecil, cukup dengan gerakan menepuk-nepuk, jangan menggosok, karena kulit bisa lecet.

• Gunakan salep pelindung kulit setiap kali mengganti popok agar kulit bayi terhindar dari iritasi kulit dari tinja maupun urin. Ada banyak salep yang bagus di pasaran. Cermati mana yang paling cocok dengan kulit buah hati Anda.

• Pilihlah popok yang longgar atau popok yang sedikit lebih besar dari ukuran si kecil agar kulit di daerah popoknya mendapat sirkulasi udara yang lebih baik. Jika Anda memilih memakaikan popok sekali pakai, cobalah berbagai merek untuk mengetahui apakah si kecil cocok atau tidak. Anda bisa juga mencermati apa yang tertulis di kemasan, misalnya popok untuk kulit sensitif, popok untuk malam hari, dan sebagainya. Popok untuk kulit sensitif biasanya dapat menyerap pipis lebih cepat sehingga kulit si kecil cenderung tidak lembab.

• Ketika musim kemarau, sebaiknya Anda tidak sering memakaikan si kecil popok. Agar mudah membersihkan saat bayi Anda ngompol, sebaiknya ia bermain di halaman atau di dalam ruangan tanpa karpet. Udara luar sangat membantu mempercepat hilangnya ruam popok.

• Biarkan si kecil tidur tanpa popok begitu Anda melihatnya mengalami iritasi. Siapkan perlak atau gunakan seprei anti ompol agar ompol si kecil tidak meresap ke dalam kasur.

Cara Mencegah Ruam Popok

Dapatkah ruam popok dicegah? Tentu saja bisa, Bunda. Beberapa tips di bawah ini mudah-mudahan dapat membantu Anda mengatasi masalah ruam popok pada si kecil di kemudian hari.

• Pencegahan terbaik terhadap ruam popok adalah pantat yang tetap kering. Jadi, tentu saja Anda harus rajin-rajin mengganti popok sebelum benar-benar basah atau kotor.

• Bersihkan area genital si kecil dengan cermat setiap kali mengganti popok. Agar daerah popok bayi Anda lebih cepat kering, Anda bisa menggunakan hair dryer namun dengan setting low.

• Jika bayi Anda tampak rentan terhadap ruam popok, lapisi bagian pantat si kecil dengan salep anti-ruam setiap Anda mengganti popoknya. Pakaikan tipis-tipis saja, ya, Bun.

• Tidak perlu menggunakan bedak talc karena bubuknya dapat membahayakan paru-paru si kecil. Jika Anda ingin menaburkan bedak, pilihlah yang terbuat dari saripati jagung. Kocok bedak dan taburkan ke tangan Anda, baru gosokkan ke tubuh bayi. Jauhkan bedak dari si kecil dan jangan pernah memberikan langsung pada tubuh bayi. Pada saat mengganti popok, cuci atau lap dengan lembut sisa-sisa bedak agar tidak menumpuk di kulit yang akhirnya mengakibatkan iritasi.

• Jika si kecil sudah mulai mengonsumsi makanan padat, perkenalkan satu jenis makanan dalam satu waktu sebelum akhirnya mengganti dengan jenis makanan lain dalam 1-2 hari. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat sensitivitas si kecil terhadap makanan tertentu. Jika anak mengalami ruam popok, maka sebaiknya Anda menghentikan pemberian makanan tersebut selama beberapa saat sebelum mencoba memberikannya lagi di lain waktu.

• Jangan terlalu rapat memakaikan popok pada si kecil agar sirkulasi udaranya tidak terganggu. Gunakan pula pakaian yang longgar.

• Jangan cuci popok kain dengan deterjen yang mengandung pewangi dan hindari penggunaan pelembut pakaian karena keduanya dapat mengakibatkan iritasi kulit pada bayi Anda. Gunakan air panas dan bilas dua kali popok kain bayi. Anda boleh juga menambahkan setengah cangkir cuka pada bilasan pertama untuk mengurangi penyebab iritasi.

• Berikan si kecil ASI sesering mungkin untuk meningkatkan daya tahan bayi terhadap infeksi sehingga ia tidak membutuhkan antibiotik yang dapat memicu terjadinya ruam popok.

Mitos  Dan Fakta Seputar Ruam Kulit Pada Bayi

Ruam kulit bisa muncul seperti bagian bersisik atau bintik merah yang terasa gatal dan bisa terjadi di area tertentu atau di seluruh tubuh. Meski membuat orang tua frustrasi, sering kali ruam kulit bisa dikontrol, tapi tidak bisa disembuhkan dan sering terjadi lagi.

Ruam kulit bisa disebabkan mulai dari kondisi kulit seperti eczema, jerawat, psoriasis, atau biang keringat. Ada gejala seperti kemerahan, rasa gatal, infeksi, atau keluar cairan. Berikut beberapa mitos umum yang terkait dengan ruam kulit:

• Ruam kulit perlu segera diobati dari dokter 

  Faktanya, kebanyakan ruam akan hilang hanya dalam waktu 2 hari, tapi bila ruam masih berlanjut selama lebih dari beberapa hari, direkomendasikan untuk mengunjungi dokter. Tanda dan gejala lain seperti bengkak, perubahan warna kulit menjadi ungu atau hitam, pendarahan atau pengelupasan kulit, semua ini membutuhkan pemeriksaan dokter. Kesulitan bernafas, mual, dan pusing membutuhkan perhatian segera dari dokter karena ini adalah tanda darurat medis.

• Ruam akibat psoriasis tidak bisa disembuhkan

  Sisik berawarna putih yang muncul pada lapisan kulit yang merah akibat psoriasis bisa ditangani. Kulit harus tetap dalam kondisi lembab. Penanganannya bisa berupa obat yang dijual bebas atau lotion serta krim yang diserepkan dokter. Sesi phototherapy bisa jadi pilihan lain untuk menangani gejala psoriasis.

   

• Swimmer’s itch (gatal perenang) membutuhkan perhatian medis

  Swimmer’s itch merupakan ruam kulit sementara yang disebabkan oleh parasit yang mirip cacing yang sering ditemukan pada sungai tertentu. Meski ruam ini menyebabkan rasa gatal, tapi tidak membutuhkan perhatian medis dan biasanya perlahan hilang dengan sendirinya.

   

• Biang leringat terjadi hanya pada bayi

  Meski biang keringat (miliaria) lebih umum terjadi pada anak kecil, bisa juga terjadi pada usia berapapun. Ketika kelenjar keringat tersumbat, keringat berkumpul di bawah kulit yang memicu peradangan dan biang keringat. Kompres es serta bedak talc tanpa pewangi bisa digunakan untuk mengatasi ruam. Tapi orangtua harus hati-hati ketika menangani biang keringat dengan bedak talc untuk menghindari serpihan bedak yang masuk ke paru-paru bayi.

• Ruam akan hilang ketika kadas kurap ditangani

  Ruam dan rasa gatal dari kadas kurap akan bertahan selama 1 bulan, meski telah ditangani dengan benar. Kadas kurap adalah tungau kecil yang ada di bawah kulit. Tungau  ini berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa terlihat oleh mata telanjang. Obat steroid yang diresepkan dokter dan Benadryl bisa membantu meredakan rasa gatal akibat ruam kulit ini.

• Penggunan popok bisa menyebabkan ruam

  Diyakini penggunaan popok selalu menyebabkan ruam popok pada bayi. Tapi ini tidak sepenuhnya benar. Popok kain atau popok sekali pakai merek apapun, tidak akan menyebabkan  ruam bila diganti dalam waktu 2 hingga 3 jam. Meski bayi tidak buang air besar di popok, penting untuk tetap menggantinya setelah 3 jam.

(Dini & Ismawati)