Ibupedia

Sudah Cukup Bahagiakah Anak Bunda? (12-24 bulan)

Sudah Cukup Bahagiakah Anak Bunda? (12-24 bulan)
Sudah Cukup Bahagiakah Anak Bunda? (12-24 bulan)

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang orang tua dapat berikan pada anak seperti suatu hadiah yang dibungkus dalam kertas kado cantik. Kenyataannya, seperti yang diungkapkan oleh Edward Hallowell seorang psikiatris serta penulis buku The Childhood Roots of Adult Happiness, pemberian berbagai macam hadiah kesukaan si kecil justru memberikan efek negatif. Seorang anak yang semasa kecil selalu diberikan apa pun yang ia mau akan tumbuh sebagai orang dewasa yang sinis, mudah bosan, serta kekurangan rasa bahagia.

"Prediksi terbaik tentang kebahagiaan sifatnya berasal dari dalam, bukan sesuatu yang dipengaruhi dari luar," ujar Hallowell. Lebih lanjut lagi, ia juga menekankan pentingnya membantu sang buah hati untuk mengembangkan 'alat bantu' yang berasal dari diri mereka sendiri, sehingga anak tidak akan mendapatkan kesulitan saat beranjak dewasa.

Untungnya, Bunda tidak perlu menjadi seorang ahli di bidang psikologi anak demi dapat mengajarkan kekuatan serta kebijaksanaan di dalam diri si kecil agar siap menghadapi segala permasalahan dalam hidup. Bunda cukup mengajarkan pentingnya kesabaran serta fleksibilitas sebagai fondasi utama kebahagiaan dalam hidup ini.

Hidupkan suasana ceria dengan quality time bersama Bunda

Tentu si kecil akan sangat senang saat ia diberikan es krim atau diajak menonton film kartun, namun sebenarnya yang membuat ia paling bahagia adalah ketika dapat berbincang-bincang dengan Bunda. Menurut Hallowell, menghabiskan waktu berdua dengan anak adalah kunci pertama menciptakan kebahagiaan dalam diri anak.

Ketika Anda merasa senang bermain dengan sang buah hati, maka ia pun akan merasa senang. Nah, perasaan bahagia satu sama lain itu akan menjalin suatu hubungan yang berkesan bagi masa kecil seorang anak. Bermain selalu menciptakan rasa bahagia, namun lebih jauh lagi, bermain akan mengembangkan kemampuan anak yang penting dalam mencapai kebahagiaan di masa depan.

Misalnya saja, anak Bunda senang sekali bermain rumah-rumahan menyusun lego, atau berpura-pura sebagai dokter saat sedang bersama Anda. Dari kegemarannya tersebut, anak dapat menciptakan, berkreasi, serta berangan-angan tentang pekerjaan atau karir di masa depan yang terlihat begitu menyenangkan di mata mereka. Tak heran, banyak tokoh dunia yang sukses dalam karir mereka sudah terlebih dahulu memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan sedari kecil.

Belajar membaca tanda

Setiap anak memiliki caranya sendiri untuk mengungkapkan apa isi hati mereka. Ada anak yang sata terlibat suatu masalah memilih untuk menghindar, menjadi sangat manja, atau bahkan marah-marah tak terkendali. Semakin Bunda mengenali temperamen si kecil, maka Anda akan lebih mudah membaca tanda-tanda apabila ada sesuatu yang tidak beres terjadi dalam hidup si kecil.

Biasanya, orang tua lengah membaca kemarahan anak sebagai pertanda bahwa ia adalah anak nakal yang susah diatur. Padahal, kemarahan yang ditunjukkan anak bisa jadi cara dia mengekspresikan kesedihan akan suatu kondisi yang ia alami. Sebaliknya, bukan berarti anak yang suka menyendiri atau lebih banyak diam memiliki masalah yang membuat mereka tidak bahagia. Pasalnya, memang ada tipe-tipe anak yang memiliki kepribadian cenderung tertutup. Karena itu lah, Bunda harus jeli dalam memahami tingkah laku sang buah hati.

Tubuh yang sehat membuat anak lebih bahagia!

Olahraga, cukup waktu tidur, serta konsumsi makanan yang sehat adalah hal-hal yang sangat penting bagi kesehatan manusia terutama anak kecil. Di usia sangat muda, anak-anak memang suka sekali bergerak ke sana kemari. Bunda boleh kok sesekali membiarkan dia berlarian di taman sesuka hatinya asalkan Anda selalu siaga mengawasi. Berlari atau bermain kejar-kejaran dengan teman akan meningkatkan mood baik sang buah hati.

Meksi begitu, beberapa anak memiliki karakteristik yang lebih kaku dan cenderung taat pada rutinitas. Mereka tidak suka dengan hal-hal baru yang melenceng dari jadwal atau perkiraan mereka. Kalau sudah begitu, Bunda harus mengikuti bagaimana maunya si anak. Misalnya saja, beritahu anak sebelum Anda mengajak ia lari pagi dua kali seminggu. Ada tipe anak yang merasa bahagia saat harus menyiapkan kegiatan esok hari atau hidup secara teratur.

Selain itu, Bunda juga harus memperhatikan keterkaitan antara mood anak dengan beberapa jenis makanan tertentu. Ada anak yang merasa senang saat diperbolehkan mengonsumsi permen. Namun, ada juga anak yang malah berperilaku agresif sesaat setelah mengonsumsi permen atau makanan manis lainnya.

Bantu anak mengembangkan talenta mereka

Hallowell berbagi resep bagaimana menciptakan kebahagiaan jangka panjang dalam hidup seseorang, yakni dengan sedikit kejutan. Ya, kebanyakan orang-orang yang merasa dirinya bahagia adalah mereka yang memiliki kemampuan tertentu. Misalnya saat si kecil berlatih melempar bola ke arah Anda, maka ia pun akan belajar mengenai ketekunan serta disiplin agar bola tersebut sampai di tangan Anda dengan tepat. Setelah sukses melempar bola, anak pun merasa bahagia karena usahanya membuahkan hasil.  

Buatlah anak Anda terkejut dengan kemampuan yang dapat ia miliki setelah kerja keras dan ketekunan. Latih dia dengan berbagai tantangan lalu biarkan ia bersusah payah sendiri agar mendapatkan hasil yang Anda inginkan. Jangan lupa untuk memberikan penghargaan atau pujian saat si kecil sukses ya, Bun.

Dengan berbagai keterampilan yang ia miliki, anak pun merasa memiliki kontrol terhadap kehidupan mereka. Penelitan menyebutkan bahwa kontrol yang timbul setelah melakukan usaha semaksimal mungkin adalah faktor yang penting dalam mencapai kebahagiaan di masa depan. Coba deh bayangkan kalau sejak usia dini, si kecil sudah belajar bahwa segala hal mungkin ia dapatkan asalkan dirinya telah berusaha keras. Pastinya, banyak sekali prestasi yang mungkin ia dapatkan di kemudian hari. Kesabaran, keuletan, serta ketekunan akan melatih anak agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi suatu kesulitan.

Biarkan anak mengatasi masalahnya sendiri

Carrie Masia-Warner,seorang psikolog anak serta wakil direktur Anxiety and Mood Disorders Institute di New York University School of Medicine mengungkapkan bahwa orang tua seringkali salah saat menangani buah hati mereka yang sedang dirundung kesulitan. Selama ini, orang tua lebih memilih untuk langsung turun tangan membantu masalah anaknya dengan pemikiran bahwa itu lah cara membuat dia kembali tersenyum senang. Padahal, solusi tersebut tidaklah realistis.

Anak-anak butuh kesempatan untuk belajar menerima masalah atau rasa sedih. Biarkan ia berusaha dan memikirkan jalan keluar dari kesulitan mereka sendiri. Hallowell setuju dengan ide bahwa setiap anak harus merasakan berbagai pengalaman, baik itu senang maupun sedih. Mencapai kebahagiaan diri itu tidak melulu harus merasa senang sepanjang waktu loh, Bun. Bahkan kesedihan pun akan membuat anak semakin kuat dan bersyukur dalam menjalani hidup ini.

Namun bukan berarti lantas Bunda tidak boleh turun tangan saat si kecil mengalami problem. Peran Bunda bukanlah sebagai orang yang menyediakan solusi, tetapi sebagai sosok yang membantu si kecil menemukan solusinya sendiri.

Misalnya saja saat ia menangis karena tidak sanggup menyelesaikan tugas matematika, maka Bunda tidak boleh langsung turun tangan menyelesaikan tugasnya. Beri dia buku panduan matematika, perlihatkan video tutorial dari internet, atau suruh ia belajar bersama dengan teman-temannya di rumah. Nah, saat si kecil berhasil mengembangkan rasa kemandirian serta percaya diri, maka ia pun akan semakin mudah menemukan kebahagiaan.

(Yusrina)

Follow Ibupedia Instagram